Pendayagunaan Zakat BAZDA Kabupaten Brebes

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik dan Persepsi Responden

Karakteristik dan persepsi responden ini merupakan hasil dari wawancara terhadap 100 responden yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Brebes yakni Kecamatan Brebes, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Tanjung. Karakteristik responden dilihat dari kondisi demografi yakni jenis kelamin, status pernikahan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan per bulan sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Demografi responden Variabel Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-laki 70 70 Perempuan 30 30 Status Pernikahan Belum Menikah 4 4 Menikah 92 92 JandaDuda 4 4 Jenis Pekerjaan Petani 23 23 Pedagang 6 6 Karyawan BUMN 1 1 PNS 58 58 Karyawan Swasta 2 2 Wiraswasta 6 6 Lainnya 4 4 Tingkat Pendidikan SD 20 20 SMP 6 6 SMA 21 21 D3 5 5 S1 42 42 S2 6 6 Pendapatan per bulan Rp 1 juta - Rp 2,5 juta 21 21 Rp 2,5 juta - Rp 5 juta 63 63 Rp 5 juta – Rp 50 juta 16 16 Sumber : Data Primer 2011 diolah Berdasarkan Tabel 5.1 mayoritas responden adalah laki-laki dengan status pernikahan sudah menikah. Jenis pekerjaan responden paling banyak adalah PNS sebesar 58 persen dan petani 23 persen. Ditinjau dari aspek pendidikan terdapat 42 persen responden pendidikan terakhirnya adalah S1, sekolah dasar 20 persen, SMA 21 persen kemudian SMP sebanyak 6 persen, D3 sebanyak 6 persen dan S2 sebesar 5 persen. Pendapatan responden sebanyak 63 persen antara 2,5 juta sampai 5 juta kemudian terdapat 21 persen responden dengan pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta dan sebesar 16 persen responden memiliki pendapatan 5 juta sampai 50 juta. Persepsi responden dijelaskan pada Tabel 5.2 meliputi kesanggupan responden membayar zakat, rutinitas membayar infak serta pemilihan tempat membayar zakat. Hasilnya dilihat dari berbagai macam variabel seperti, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran serta beberapa faktor yang diduga mempengaruhi seseorang membayar zakat. Faktor yang dimaksud adalah iman, penghargaan, altruism, kepuasan diri dan organisasi. Pada hasil penelitian ini juga dilihat alasan seseorang membayar zakat melalui lembaga amil formal ataupun informal. Kesanggupan seseorang untuk membayar zakat ditunjukkan pada Tabel 5.2. Pada tabel ini kesanggupan seseorang ditunjukkan dengan menjawab ya atau tidak untuk membayar zakat. Sebanyak 100 responden yang disurvei, 82 orang atau sama dengan 82 persen menjawab ya untuk membayar zakat dan 18 orang atau 18 persen menjawab tidak untuk membayar zakat. Tabel 5.2. Pembayaran zakat Zakat N Zakat Ya Tidak Ya Tidak Pendidikan SD 15 5 75.0 25.0 SMP 6 100.0 0.0 SMA 17 4 81.0 19.0 D3 4 1 80.0 20.0 S1 35 7 83.3 16.7 S2 5 1 83.3 16.7 Pekerjaan Petani 18 5 78.3 21.7 Pedagang 5 1 83.3 16.7 Karyawan BUMN 1 100.0 0.0 PNS 50 8 86.2 13.8 Karyawan Swasta 1 1 50.0 50.0 Wiraswasta 3 3 50.0 50.0 Lainnya 4 100.0 0,0 Pendapatan Kurang dari 2,5 juta 15 6 71.4 28.6 2,5 juta - 5 juta 52 11 82.5 17.5 Lebih dari 5 juta 15 1 93.8 6.3 Sumber: data primer 2011 diolah Berdasarkan variabel pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kesadaran untuk membayar zakat juga semakin tinggi. Pada Tabel 5.2, responden yang menjawab membayar zakat untuk tingkat pendidikan SD sebesar 75 persen. Persentase semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan SMP keseluruhan responden menjawab membayar zakat. Hal ini didasarkan pada semakin tingginya tingkat pendidikan, maka seseorang akan semakin mengerti dan sadar akan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk membayar zakatnya. Berdasarkan jenis pekerjaan yang didominasi oleh PNS, sebanyak 86,2 persen menjawab membayar zakat dan sisanya 13,8 persen menjawab tidak membayar zakat. Jenis pekerjaan lainnya yaitu, petani, pedagang, karyawan BUMN, karyawan swasta, wiraswasta dan lainnya menjawab membayar zakat. Persentase responden terbesar yang menjawab membayar zakat terdapat pada karyawan BUMN yaitu 100 persen, sedangkan yang terkecil adalah golongan karyawan swasta dan wiraswasta hanya 50 persen yang menjawab membayar zakat untuk membayar zakat. Hal ini dikarenakan pada responden yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta merasa penghasilannya belum memenuhi semua keperluan rumah tangga dan bagi responden wiraswasta adanya ketidakpastian penghasilan menyebabkan enggan mengeluarkan zakat atau membayar zakat tidak sesuai dengan kadar seharusnya ketika usahanya maju dan dana zakat yang dikeluarkan dirasa besar. Responden dengan jenis pekerjaan sebagai petani 78,3 persen menjawab membayar zakat dan sisanya 21,7 persen menjawab tidak. Bagi petani yang memiliki 0,25 hektar biasanya saat panen menghasilkan sekitar 1000 kg. Ini artinya penati tersebut sudah terkena kewajiban wajib zakat. Sebagian besar petani membayar sesuai ketentuan kadar zakat yakni 5 persen untuk sawah perairan dan 10 persen untuk sawah tadah hujan. Adapun petani yang tidak membayar zakat karena hasil panennya digunakan untuk keperluan lain seperti membayar hutang, sekolah, keperluan rumah tangga dan sebagainya sehingga tidak bisa membayar zakat. Karyawan BUMN, PNS, karyawan swasta dan wiraswasta cenderung lebih besar persentase yang membayar zakat karena penghasilan yang lebih besar dan biasanya zakat yang