Tahura Bukit Barisan yang berkedudukan di Tongkoh Kabupaten Karo, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas.
Dinas Kehutanan Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Karo adalah dua instansi pemerintah yang merupakan perpanjangan tangan dari Bupati Deli Serdang
dan Bupati Tanah Karo dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi dinas kehutanan yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat berkaitan dengan kehutanan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah PP No. 62 Tahun 2008 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah dibidang kehutanan kepada daerah dimana pada pasal 5 disebutkan urusan pengelolaa hutan
lindung diserahkan kepada pemerintah kabupaten melalui dinas kehutanan kabupaten. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata disbudpar Kabupaten Deli Serdang dan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Karo merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata. Dinas kebudayaan dan pariwisata mempunyai tugas
pokok melaksanakan kewenangan daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata serta melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah.
Kepala desa Negeri Gugung yang mengepalai dusun Negeri Suah sebagai salah satu stakeholder yang penting dalam pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-
Tongkoh. Kepala desa memiliki peranan besar dalam upaya pengembangan ekowisata karena memiliki hubungan pengaruh kepemimpinan terhadap masyarakat dusun Negeri Suah sebagai
salah satu objek pengembangan ekowisata. Masyarakat dusun Negeri Suah merupakan kelompok stakeholder yang memiliki
pengaruh dan kepentingan terhadap pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah- Tongkoh. Kawasan dusun Negeri Suah adalah pintu masuk jalur tracking, sehingga keterbukaan
masyarakat dusun Negeri Suah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh.
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah salah satu stakeholder dari pihak akademisi yang memiliki kepentingan terhadap kawasan jalur tracking
Negeri Suah. Departemen Kehutanan USU mendapat izin pemanfaatan kawasan Tahura Bukit Barisan yang akan digunakan sebagai hutan pendidikan dengan tujuan sebagai sarana
pendidikan, penelitian dan ekowisata. Kelompok Pecinta Alam Jerami, Mahasiswa Pecinta Alam Parintal, dan Kompas USU,
merupakan stakeholder yang terlibat dalam upaya pengembangan ekowisata di jalur tracking
Negeri Suah-Tongkoh. Kelompok tersebut merupakan pionir dan cikal bakal dari berkembangnya kegiatan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh. Kelompok tersebut
sering sekali melakukan kunjungan ke daerah jalur tacking dan memperkenalkan daerah tersebut kepada wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang masih asing dengan daerah tersebut.
5.4.2 Tingkat Kepentingan Stakeholder
Program pengembangan ekowisata jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh melibatkan berbagai stakeholder baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada tabel tingkat
kepentingan stakeholder, semua stakeholder yang berhubungan dengan program dan kepentingannya akan dijabarkan. Pada program pengembangan ekowisata di jalur tracking
Negeri Suah-Tongkoh terdapat beberapa stakeholder yang terkait dengan program dan kepentingan stakeholder yang diuraikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 22 Identifikasi tingkat kepentingan stakeholder
No. Stakeholder
Kepentingan Dampak
program Prioritas
1. 2.
3. 4.
Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten
Tanah Karo Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Deli
Serdang Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian USU
Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah
Karo ‐ Mengembangkan potensi pariwisata di
Kabupaten Tanah Karo. ‐ Mengembangkan Pariwisata Kabupaten
Tanah Karo sebagai sektor andalan PAD.
‐ Mengembangkan potensi objek dan daya tarik wisata serta kawasan wisata
potensial secara berkelanjutan. ‐ Mendorong pembangunan sektoral
melalui pengembangan pariwisata serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
‐ Pengembangan potensi wisata di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
Serdang sebagai wisata alternatif selain Danau Toba dan Berastagi
‐ Peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di sekitar
kawasan wisata. ‐ Mengembangkan pariwisata Kabupaten
Deli Serdang sebagai salah satu sumber PAD
‐ Sarana pendidikan dan pelatihan mengenai kehutanan dan konservasi
alam ‐ Sebagai sarana penelitian mahasiswa
dalam bidang kehutanan. ‐ Memantapkan kepastian status kawasan
hutan. ‐ Meningkatkan pengelolaan hutan
+ +
+ +
+
+ +
+ +
- +?
2
2
1
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. Dinas Kehutanan
Kabupaten Deli Serdang
UPT Tahura Bukit Barisan Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
Camat Sibolangit Kepala Desa Negeri
Gugung KPA Jerami
Mapala Parintal Mapala Kompas
produksi lestari untuk memperkuat kesejahteraan rakyat sekitar hutan dan
keadilan berusaha. ‐ Memantapkan penyelenggaraan dan
konservasi sumberdaya alam. ‐ Memelihara dan meningkatkan fungsi
dan daya dukung daerah aliran sungai. ‐ Memantapkan kepastian status kawasan
hutan. ‐ Meningkatkan pengelolaan hutan
produksi lestari untuk memperkuat kesejahteraan rakyat sekitar hutan dan
keadilan berusaha. ‐ Memantapkan penyelenggaraan dan
konservasi sumberdaya alam. ‐ Memelihara dan meningkatkan fungsi
dan daya dukung daerah aliran sungai. ‐ Konservasi plasma nutfah
‐ Pengembangan sarana bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan,
pembinaan generasi muda, dan pariwisata.
‐ Pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan
‐ Pengembangan kawasan objek wisata sungai Dua Rasa Lau Jabi di Negeri
Suah. ‐ Perbaikan aksesibilitas menuju Negeri
Suah ‐ Peningkatan kesejahteraan masyarakat
‐ Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa
‐ Penyediaan sarana prasarana yang memudahkan masyarakat desa, salah
satunya listrik ‐ Penyediaan aksesibilitas jalan menuju
desa terujung yaitu desa Negeri Gugung. ‐ Pengenalan ekowisata secara luas
kepada masyarakat ‐ Mengembangkan kawasan jalur tracking
sebagai salah satu daerah tujuan wisata. ‐ Kawasan jalur tracking Negeri Suah-
Tongkoh sebagai sarana pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam Parintal
‐ Kegiatan sosialisasi pedesaan yang dilakukan oleh Mapala Parintal di Desa
Negeri Suah. ‐ Kawasan jalur tracking sebagai tempat
?+ -
- +?
+?
- +?
+
+ +
+? +
+ +?
+? +
+ +?
+? 4
4
2
1
1
1
3
3
penerapan semua materi pendidikan, seperi teknik navigasi darat, survival,
fotografi, SAR. +?
5.4.3 Matriks Klasifikasi Stakeholder
Untuk mengklasifikasikan stakeholder terkait dengan pengembangan ekowisata jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh dilakukan dengan penafsiran matriks kepentingan dan pengaruh
stakeholder dengan menggunakan stakeholder grid dengan bantuan microsoft excel. Hasil analisis stakeholder dikategorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruh disajikan pada
gambar dibawah ini.
Gambar12 Matriks Klasifikasi Stakeholder.
Keterangan: a. Dinas Kehutanan Tanah Karo, b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanah Karo, c. Dinas Kehutanan Deli Serdang, d. Dinas Kebudayaa dan Pariwisata Deli Serdang, e. UPT Tahura Bukit Barisan, f. Departemen
Kehutanan USU, g. Pemerintah Kecamatan Sibolangit, h. Kepala Desa Negeri Gugung mewakili dusun Negeri Suah, i. KPA Jerami, j. Mapala Parintal, h. Mapala Kompas.
Kuadran 1 pada matriks klasifikasi stakeholder adalah stakeholder yang menjadi subjek dalam proyek pengembangan ekowisata, artinya stakeholder tersebut memiliki kepentingan yang
tinggi terhadap program tetapi pengaruhnya rendah. Kuadran 2 pada matriks klasifikasi stakeholder adalah stakeholder yang dijadikan sebagai key player, stakeholder tersebut memiliki
tingkat pengaruh dan kepentingan yang tinggi. Kuadran 3 ditempati oleh stakeholder yang menjadi context setter, stakeholder tersebut memiliki kepentingan yang rendah tetapi
pengaruhnya tinggi. Kuadran 4 ditempati oleh stakeholder yang menjadi crowd dengan tingkat kepentingan dan pengaruh yang rendah.
Posisi pada kuadran 1 ditempati oleh Departemen Kehutanan USU dan KPA Jerami. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU adalah lembaga akademis yang diberi izin
pemanfaatan sebagian kawasan Tahura Bukit Barisan sebagai kawasan hutan pendidikan,
A B
C D
E F
G,H
J,K 5
10 15
20
5 10
15 20
25
Matriks Klasifikasi Stakeholder
I I
II
IV III
sehingga Departemen Kehutanan USU memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap kawasan Tahura Bukit Barisan sebagai hutan pendidikan. Kelompok pecinta alam Jerami
merupakan stakeholder yang merintis kegiatan ekowisata dengan mendatangkan beberapa orang turis asing ke dusun Negeri Suah. Kelompok backpacker ini merupakan perintis kegiatan
ekowisata bersifat komersial di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh, sehingga keberadaan pengembangan ekowisata jalur tracking sangat penting bagi KPA Jerami.
Posisi pada kuadran 2 di tempati oleh beberapa stakeholder yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi. Stakeholder tersebut diantaranya; Dinas Pariwisata Kabupaten Deli
Serdang, Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Karo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Tanah Karo, UPT Tahura Bukit Barisan, Pemerintah Kecamatan Sibolangit, dan Kepala Desa
Negeri Gugung yang mewakili masyarakat Negeri Suah. Keenam stakeholder tersebut memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam pengembangan ekowisata jalur tracking
Negeri Suah-Tongkoh. Masyarakat Negeri Suah sebagai salah satu stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan ekowisata di Jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata di Jalur
Tracking Negeri Suah-Tongkoh. Masyarakat Negeri Suah memiliki sumberdaya yang berkaitan erat dengan upaya pengembangan ekowisata sangat penting untuk dilibatkan dalam program
pengembangan. Partipasi masyarakat lokal pada rencana pengembangan ekowisata dapat dilihat dari dua prespektif yang berlawanan yaitu keterlibatan masyarakat lokal dalam pengambilan
keputusan pada proses pengembangan ekowisata dan keterlibatan masyarakat lokal pada manfaat dari pengembangan ekowisata. Garrod B. 2002
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Deli Serdang saat ini sedang mengembangkan potensi wisata di daerah Kabupaten Deli Serdang terutama di Kecamatan
Sibolangit. Salah satu objek wisata yang baru ditemukan dan dalam proses pengembangan adalah Sungai Dua Rasa Lau Jabi yang berada di Negeri Suah. Pengembangan ekowisata jalur
tracking Negeri Suah-Tongkoh sangat erat hubungannya dengan program Dinas Kebudayaa dan Pariwisata Kabupaten Deli Serdang itu sendiri. Sedangkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Tanah Karo adalah stakeholder yang berwewenang dalam pemberian izin pengelolaan kawasan wisata. Dinas Pariwisata Kabupaten Tanah Karo sangat berperan penting dalam program
pengembangan ekowisata jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh. Kepentingan stakeholder Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Karo berdasarkan hasil wawancara adalah:
‐ Menjaga citra daerah Kabupaten Tanah Karo sebagai salah satu pusat kegiatan wisata utama di Provinsi Sumatera Utara.
‐ Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya Kabupaten Tanah Karo melalui kegiatan pariwisata daerah.
‐ Menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja khususnya masyarakat Kabupaten Tanah karo
Adapun tujuan dari pengembangan pariwisata Tanah Karo berdasarkan Rencana Strategi Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Tanah Karo tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi kepariwisataan di Kabupaten Tanah Karo sebagai daerah
tujuan wisata. b.
Mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Tanah Karo sebagai sektor andalan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD
c. Mengembangkan potensi objek dan daya tarik wisata serta kawasan wisata potensial
secara berkelanjutan. d.
Mendorong pembangunan sektoral secara terpadu melalui pengembangan kegiatan pariwisata serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan investasi
swasta. Masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Tanah Karo dalam
pengembangan pariwisata di kawasan tersebut adalah bahwa kegiatan pengembangan pariwisata di daerah masih merupakan kegiatan promosi untuk menarik investasi tanpa menjanjikan sesuatu
perencanaan ataupun ketiadaan program yang tersistem dari pengembangan tersebut sehingga pada akhirnya target dari lembaga kepariwisataan lebih terfokus pada konsumen akhir atau
wisatawan, yang mengakibatkan kurangnya keterlibatan pihak swasta dalam berinvestasi dibidang pariwisata. Renstra Kab. Tanah Karo 2006-2010
UPT Tahura Bukit Barisan adalah stakeholder yang memiliki wewenang dan kepentingan yang terlihat jelas pada tupoksi dari UPT Balai Tahura, terutama berkaitan dengan pemanfaatan
jasa lingkungan kawasan, yang salah satu bentuk pemanfaatannya adalah mengembangkan ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan. Saat ini, stakeholder UPT Balai Tahura sedang
mengembangkan jalur track yang dapat dilalui sepeda di bagian lain kawasan Tahura. UPT Balai
Tahura sangat mendukung program pengembangan ekowisata jalur tracking Negeri Suah- Tongkoh, salah satu program pengembangan yang sangat dibutuhkan oleh stakeholder adalah
identifikasi potensi sumberdaya di sepanjang jalur tracking. Pemerintah Kecamatan Sibolangit dan Masyarakat Negeri Suah yang diwakili oleh
kepala desa merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang cukup besar dalam pengembangan ekowisata jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh. Masyarakat Negeri Suah
adalah kelompok masyarakat yang memegang teguh prinsip adat mereka. Masyarakat Negeri Suah adalah pemilik tanah adat di dusun Negeri Suah dan lahan pertanian yang berada di
sepanjang pinggiran sungai Dua Rasa Lau Jabi. Kawasan Negeri Suah sendiri merupakan desa yang terpencil karena tidak memiliki jalan tembus menuju daerah lain, aksesibilitas jalan yang
sangat minim, dan sarana transportasi yang masih sangat jarang. Masyarakat Negeri Suah sangat membutuhkan akses jalan tembus menuju Kabupaten Tanah Karo untuk mempermudah
mobilitas mereka sehari-hari. Diharapkan dengan adanya pengembangan ekowisata jalur tracking perbaikan aksesibilitas jalan dan penyediaan sarana prasarana seperti alat transportasi
umum dan listrik dapat mereka nikmati. Kuandran 3 ditempati oleh stakeholder Dinas Kehutanan Kab. Deli Serdang dan Dinas
Kehutanan Kab. Tanah Karo. Stakeholder tersebut memiliki pengaruh yang sangat tinggi dengan kepentingan yang rendah. Dinas Kehutanan Kabupaten Deli Serdang merupakan stakeholder
yang berwewenang dalam pengelolaan dan penjagaan kawasan hutan lindung. Pembangunan jalan tembus dari Kecamatan Sibolangit menuju Kabupaten Tanah Karo melalui desa Negeri
Gugung dan dusun Negeri Suah mengalami hambatan dalam perizinan pembangunan jalan yang memotong kawasan hutan lindung. Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Karo dalam pelaksanaan
tugasnya selalu mengadakan koordinasi dengan berbagai pihak terutama UPT Balai Tahura dalam menjaga keamanan kawasan hutan. Selain itu pencurian kayu yang marak dilakukan di
Kabupaten Tanah Karo mendorong Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Karo untuk merangkul semua pihak dalam pengelolaan kawasan terutama kalangan KPA dan Mapala yang memiliki
kedekatan dengan masyarakat daerah sekitar untuk mengadakan penyuluhan berkaitan dengan kehutanan.
Kuadran 4 ditempati oleh Mapala Parintal dan Mapala Kompas. Kedua stakeholder tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh yang sama-sama rendah. Tetapi keberadaan dua
stakeholder ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Kedua stakeholder ini merupakan perintis awal
jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh, dan memiliki hubungan emosional dengan masyarakat Negeri Suah yang sudah terjalin lama.
5.5 Strategi Pengembangan Ekowisata di Jalur
Tracking Negeri Suah-Tongkoh.
Berdasarkan data dan analisis daerah operasi objek daya tarik wisata dan hasil wawancara dengan stakeholder yang dianalisis menggunakan analisis stakeholder, maka untuk mendapatkan
strategi pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh dilakukan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan dua data yang berasal dari ADO-
ODTWA dan analisis stakeholder, selengkapnya diuraikan seperti dibawah ini
5.5.1 Identifikasi faktor Internal dan Eksternal
Tahap awal penentuan strategi pengembangan ekowisata dengan menggunakan metode analisis SWOT adalah menentukan faktor internal dan eksternal yang ada dalam strategi
pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah Tongkoh. Faktor internal dan ekternal tersebut didapat dari hasil analisis terhadap ADO-ODTWA yang ada di jalur tracking Negeri
Suah-Tongkoh dan sebagian lagi merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan stakeholder yang berkaitan langsung dengan upaya pengembangan ekowisata di jalur tracking
Negeri Suah-Tongkoh. Faktor-faktor tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun beberapa faktor yang dimasukkan kedalam faktor internal berdasarkan hasil analisis ADO-ODTWA adalah:
a. Potensi daya tarik kawasan jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh.
b. Infrastruktur jalan dan jaringan telepon seluler di dalam kawasan jalur tracking.
c. Sarana fisik kawasan Kamar mandi, jambur, rambu-rambu, dan camping ground.
Sedangkan persepsi positif yang tercipta di masyarakat lokal terhadap wacana pengembangan ekowisata di kawasan jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh, dan sikap keterbukaan masyarakat
terhadap pendatang baru, merupakan faktor internal yang diperoleh dari hasil analisis ADO- ODTWA dan juga merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa stakeholder
terkait pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh. Faktor internal kelemahan dalam strategi pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh
berdasarkan hasil analisis ADO-ODTWA adalah:
a. Kemampuan berbahasa masyarakat di sekitar kawasan yang masih terbatas
b. Jasa pelayanan yang diberikan masih bersifat sederhana dan kekeluargaan.
Sedangkan faktor internal kelemahan lainnya seperti aksesibilitas menuju kawasan dengan jumlah kendaraan kurang dari 2 kendaraan angkutan per hari, dan kualitas sumberdaya manusia
yang masih terbatas mayoritas lulusan SMP diperoleh dari hasil analisis ADO-ODTWA dan wawancara dengan stakeholder terkait yaitu pemerintah Kecamatan Sibolangit dan kepala desa
Negeri Suah. Faktor eksternal pada strategi pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-
Tongkoh pada komponen peluang didapat dari hasil analisis ADO-ODTWA dan hasil wawancara dengan stakeholder yang terkait langsung dengan upaya pengembangan ekowisata di
jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh. Beberapa faktor eksternal peluang yang merupakan hasil analisis ADO-ODTWA adalah:
a. Waktu tempuh dari pusat penyebaran wisata menuju kawasan jalur tracking yang
tergolong dekat ± 3-4 jam. b.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang didominasi oleh masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani.
Sedangkan faktor eksternal peluang pada pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri Suah-Tongkoh lainnya yang merupakan hasil wawancara dengan stakeholder yang terkait
dengan upaya pengembangan ekowisata adalah: a.
Rencana pengembangan Kabupaten Deli Serdang sebagai ikon daerah wisata baru di Propinsi Sumatera Utara.
b. Rencana peningkatan PAD dengan pariwisata sebagai sektor andalan di Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Tanah Karo. c.
Program pengenalan ekowisata kepada masyarakat luas yang dilakukan oleh KPA Jerami d.
Program pemanfaatan jasa lingkungan yang dilakukan oleh UPT Tahura Bukit Barisan. e.
Pengembangan hutan pendidikan USU di kawasan Tahura Bukit Barisan. Faktor eksternal ancaman pada strategi pengembangan ekowisata di jalur tracking Negeri
Suah-Tongkoh yang merupakan hasil dari analisis ADO-ODTWA adalah potensi konflik kepentingan yang terjadi karena status kawasan didiami oleh masyarakat Negeri Suah adalah
tanah adat dan tingkat kesuburan tanah di kawasan dusun Negeri Suah yang tinggi. Sedangkan