Dampak Simulasi Kebijakan Redistribusi Lahan dan Redistribusi

terdapat pada tabel 7. Hal ini bisa dijelaskan karena perubahan pendapatan masing-masing kelompok rumah tangga yang terjadi pada redistribusi lahan plus cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan pendapatan rumah tangga pada saat kebijakan redistribusi lahan. Perubahan komposisi permintaan ini selanjutnya akan mengakibatkan perubahan dalam total produksi di setiap sektor serta komposisi perdagangan Indonesia dengan Negara lain seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13 Perubahan nilai produksi ekspor dan impor setiap sektor akibat kebijakan redistribusi lahan plus di Indonesia dalam Sektor Perubahan Nilai Produksi Perubahan Nilai Ekspor Perubahan Nilai Impor Pertanian Tanaman Pangan 15.44 0.52 1.64 Pertanian Tanaman Lainnya 29.80 6.26 4.18 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.92 -2.84 28.52 Kehutanan dan Perburuan 5.11 -7.24 75.19 Perikanan 2.25 -6.37 20.81 Pertambangan 0.26 -0.01 4.93 Industri Makanan Minuman dan Tembakau 2.82 1.10 6.43 Industri Lainnya 1.58 1.52 0.16 Jasa Swasta 1.25 1.55 -1.55 Sektor Lainnya -23.99 -19.99 -31.26 Sumber : Olahan penulis menggunakan model CGE Dampak akhir dari hasil simulasi kebijakan redistribusi lahan plus ini adalah meningkatnya PDB Indonesia dengan nilai 1.80 dan kenaikan tingkat harga konsumen dengan adanya inflasi sebesar 0.50. Berdasarkan hasil ini kita dapat melihat bahwa dengan kebijakan reforma agraria maka PDB naik dengan nilai sangat signifikan naik sebesar 1.8 sedangkan inflasi naik hanya sekitar 0.5. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam kasus reforma agraria kenaikan output nasional lebih banyak didorong dari sisi supply melalui kenaikan teknologi produksi sehingga kenaikan harga yang diakibatkan kenaikan permintaan dapat diredam oleh kenaikan dari sisi penawaran.

4.3 Dampak Simulasi Kebijakan Redistribusi Lahan dan Redistribusi

Lahan Plus terhadap Tingkat Kemiskinan Hasil simulasi yang diperoleh dari analisis CGE, selanjutnya digunakan untuk mengukur dampak kebijkan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus terhadap tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan. Untuk tujuan ini perubahan pendapatan yang terjadi antar kelompok rumah tangga dari hasil anailisi CGE ditransformasikan ke dalam data rumah tangga yang ada dalam SUSENAS. Dalam analisis microsimulation setiap rumah tangga yang terdapat dalam data SUSENAS dikategorikan ke dalam sepuluh kelompok keluarga sesuai dengan yang ada dalam kategori SNSE. Selanjutnya, setiap rumah tangga dalam SUSENAS pendapatannya dinaikkanditurunkan sesuai dengan perubahan yang terjadi dari hasil CGE untuk masing-masing kelompok rumah tangga. Perubahan pendapatan dari masing-masing rumah tangga ini selanjutnya digunakan untuk mengukur perubahan struktur kemiskinan dan distribusi pendekatan melalui pendekatan Foster-Greer-Thorbecke FGT dan koefisien Gini. Hasil microsimulation menunjukkan bahwa reforma agraria dapat memperbaiki kondisi kemiskinan di Indonesia seperti yang dapat ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14 Dampak kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus terhadap kemiskinan di Indonesia Indikator Kemiskinan Kondisi awal Hasil simulasi landreform Hasil simulasi landreform plus Head count index 15.42 13.57 11.37 Poverty gap ratio 18.78 18.14 17.53 Severity of poverty 5.48 5.16 4.87 Sumber : Olahan penulis hasil analisis microsimmulation Tabel 14 menunjukkan bahwa pada kondisi awal, tingkat kemiskinan di Indonesia adalah sebesar 15.42. Hal ini mengandung makna bahwa sekitar 15.42 dari total penduduk Indonesia hidup berada dibawah garis kemiskinan. Disi lain, pada tahun 2008 poverty gap ratio di Indonesia memiliki nilai sebesar 18.78 sedangkan severity of poverty memiliki nilai 5.48. Nilai poverty gap ratio sebesar 18.78 menunjukan bahwa rata-rata kesenjangan antara standar hidup orang-orang miskin di Indonesia dengan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar 18.78. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata, orang-orang miskin di Indonesia hidup dengan tingkat pengeluaran 18.78 lebih kecil dibandingkan dengan standar pengeluaran untuk dapat hidup layak. Adapun nilai severity of poverty sebesar 5.48 menunjukan bahwa kemiskinan di Indonesia mengalami tingkat keparahan sebesar 5.48. Hasil simulasi menunjukan bahwa kebijakan reforma agraria baik yang berupa kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus mampu memperbaiki kondisi kemiskinan di Indonesia. Hasil simulasi kebijakan redistribusi lahan menunjukkan bahwa ketiga indikator kemiskinan mengalami penurunan dengan besaran yang berbeda-beda. Nilai head count index mengalami penurunan sebesar 1.85 sedangkan poverty gap rasio dan severity of poverty masing-masing mengalami penurunan dengan nilai sebesar 0.64 dan 0.32. Hasil simulasi redistribusi lahan plus menunjukkan bahwa kebijakan ini mampu memperbaiki kondisi kemiskinan di Indonesia dengan amplitudo yang lebih besar. Kebijakan landreform plus mampu mengurangi tingkat kemiskinan sebesar 4.06 dari 15.42 menjadi 11.37. Selain itu, hasil simulasi redistribusi lahan plus menunjukkan bahwa poverty gap rasio dan severity of poverty masing- masing mengalami penurunan dengan nilai sebesar 1.25 dan 0.61.

4.4. Dampak Simulasi Kebijakan Redistribusi Lahan dan Redistribusi