Data Base Foster-Greer-Thorbecke Koefisien Gini

3.2.2.1 Data Base

Untuk melakukan analisis microsimulation, penelitian ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS Indonesia tahun 2008. Data SUSENAS merupakan data hasil survei rumah tangga mengenai berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk, terutama yang erat kaitannya dengan pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Secara struktur model, data SUSENAS terpisah atau independen dari database CGE yaitu SNSE. Agar SUSENAS dapat terintegrasi dengan SNSE-CGE maka dilakukan rekonsiliasi kelompok rumahtangga sehingga perubahan di CGE dapat ditransmisikan ke data SUSENAS. Rumahtangga yang ada di model CGE dijadikanz referensi dalam pengelompokan rumahtangga di SUSENAS.

3.2.2.2. Foster-Greer-Thorbecke

Dalam penelitian ini, tingkat kemiskinan diukur dengan menggunakan rumus berikut Foster et al. 1984 : , 1 ; 1               q i i z y z n z y P dengan definisi : P = tingkat kemiskinan i Y = pengeluaran rumahtangga per kapita individu ke i n = jumlah populasi q = jumlah kelompok rumahtangga z = garis kemiskinan Dengan melihat nilai alpha α, maka terdapat 3 tiga kemungkinan dalam mengukur tingkat kemiskinan: 1. Jika α = 0, P menyatakan headcount index yang menunjukkan jumlah populasi di bawah garis kemiskinan. Dengan demikian rumus tersebut berubah menjadi :           q i i z y z n z y P 1 1 ; 2. α=1 menunjukkan ukuran poverty gap yang menghitung jarak relatif terhadap garis kemiskinan. Dengan memasukkan nilai alpha=-1, maka angka kemiskinan dihitung dengan formula berikut ini: 1 1 1 1 ; q i i z y P y z n z           3. Jika α=2, P 2 menunjukkan derajat poverty severity keparahan kemiskinan karena indikator ini sangat sensitif terhadap perubahan pendapatan. Rumusnya indikator kemiskinannya menjadi :           q i i z y z n z y P 1 2 2 1 ;

3.2.2.3. Koefisien Gini

Koefisien Gini Gini Index adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini diturunkan dari kurva Lorenz yang merupakan sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari pendapatan dengan distribusi seragam yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk membentuk koefisien Gini, grafik persentase kumulatif penduduk dari termiskin hingga terkaya digambar pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran pendapatan digambar pada sumbu vertikal dan hal ini menghasilkan kurva Lorenz. Dalam penelitian ini, koefisien Gini diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Gini 1921 yang dinyatakan sebagai berikut:    1 1 1 1 n k K k K k G X X Y Y         dengan definisi bahwa X k adalah proporsi kumulatif dari jumlah rumah tangga, untuk k = 0,...,n, dengan X = 0, X n = 1. Y k adalah proporsi kumulatif dari jumlah pendapatan rumah tangga sampai kelas ke-k, untuk k = 0,...,n, dengan Y = 0, Y n =1. Jika kurva Lorenz dinyatakan dengan fungsi Y = LX, maka nilai koefisien gini dapat diperoleh dengan mencari nilai integral dari fungsi tersebut yaitu 1 L X dX  , sehingga rumus koefisien Gini menjadi 1 1 2 G L X dX    .

IV. HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan reforma agraria –terutama masalah redistribusi lahan– belakangan ini seringkali menjadi bahan perbincangan di berbagai kalangan. Banyak pihak yang pro dan kontra terhadap rencana diimplementasikan-nya program ini. Pihak yang mendukung beranggapan bahwa dengan dilaksankan-nya reforma agraria akan mampu membawa indonesia keluar dari permasalahan- permasalahan sosial yang ada sekarang ini seperti tingginya tingkat kemiskinan dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Mereka menganngap bahwa p roses reforma agraria bukan saja akan memberikan kesempatan kepada sebagian besar penduduk yang masih menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Lebih dari itu reforma agraria akan menjadi suatu dasar yang kokoh dan stabil bagi pembangunan ekonomi dan sosial dan juga menjadi dasar bagi pengembangan kehidupan masyarakat yang demokratis. Program ini akan membuka kesempatan untuk terjadinya proses pembentukan modal di pedesaan yang akan menjadi dasar bagi proses industrialisasi yang kokoh. Disisi lain banyak pihak yang kontra dan skeptis terhadap pelaksanaan reforma agraria ini. Salah satu kelompok yang berada dipihak ini adalah orang-orang yang takut kehilangan kekuasaan mereka atas tanah serta orang-orang yang berfaham kapitalistik. Dibalik pro kontra yang terjadi pada bagian ini akan mencoba membahas mengenai hasil simulasi dari reforma agraria yang dilakukan pada model CGE dan microsimulations. Dalam penelitian ini, reforma agraria yang berupa redistribusi lahan akan memiliki keterkaitan dengan seluruh sendi peroekonomian. Perubahan kepemilikan lahan yang terjadi diantara kelompok rumah tangga secara langsung akan mempengaruhi tingkat pendapatan dari rumah tangga yang tanahnya mengalami kenaikan maupun penurunan. Perubahan struktur pendapatan yang terjadi selanjutnya akan mempengaruhi komposisi konsumsi barang diantara berbagai kelompok rumah tangga. Dalam hal ini, barang-barang yang banyak dikonsumsi oleh kelompok rumah tangga yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengalami peningkatan permintaan, disisi lain barang-barang yang banyak dikonsumsi oleh kelompok rumah tangga yang mengalami penurunan pendapatan