Strategi Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan

61 Tabel 35. Hasil analisis matriks External Strategic Factors Analysis Summary EFAS subsektor pertanian tanaman pangan Faktor-Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Peluang 1 Permintaan pasar untuk komoditas pertanian yang masih cukup tinggi secara kuantitas dan harga komoditas 0.214 3 0.642 2 Aksesibilitas terhadap lembaga keuangan dan modal 0.142 3 0.425 3 Program-program pusat yang mendukung pengembangan sektor pertanian 0.048 3 0.144 4 Kerjasama sektor pertanian dengan daerah di sekitar Kabupaten Sukabumi 0.057 3 0.172 5 Adanya konsep agribisnis pertanian 0.039 3 0.117 Jumlah 0.500 1.500 Ancaman 1 Persaingan pasar domestik 0.068 3 0.204 2 Jumlah wilayah penghasil komoditas di sekitar wilayah sukabumi 0.068 3 0.203 3 Kurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian 0.121 4 0.483 4 Fluktuasi harga pasar untuk komoditas pangan 0.119 3 0.356 5 Konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun 0.125 3 0.375 Jumlah 0.500 1.621 Jumlah Keseluruhan 1.000 3.121 Matrik EFAS menunjukkan bahwa komponen-komponen untuk faktor peluang memiliki nilai rating 3 agak kuat yang berarti responden menganggap setiap faktor memiliki pengaruh yang sama kuat. Untuk faktor ancaman, komponen kurangnya minat generasi muda memiliki rating tertinggi yaitu 4 sangat kuat yang berarti responden menganggap faktor ini memiliki pengaruh yang lebih kuat jika dibandingkan faktor yang lain dalam upaya pengembangan pertanian pangan. Jumlah skor untuk faktor eksternal ini adalah 3.12 yang diperoleh dari skor peluang sebesar 1.50 dan skor ancaman sebesar 1.62. Selisih skor antara faktor peluang dan ancaman sebesar -0.12. Kombinasi antara jumlah skor faktor internal dengan faktor eksternal adalah 3.35, 3.12 yang berdasarkan analisis Internal-Eksternal menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk tanaman pangan adalah strategi yang didesain untuk terjadinya pertumbuhan sendiri. Berdasarkan hasil perhitungan matrik IFAS dan EFAS, selanjutnya dilakukan analisis matriks space. Diketahui selisih pada matriks IFAS adalah 0.014 dan pada matriks EFAS adalah -0.121, sehingga diperoleh titik koordinat pada matriks space yaitu 0.014 ; -0.121. Kombinasi nilai ini menggambarkan posisi kondisi dari faktor internal dan eksternal yang berada pada kuadran II. Kuadran II adalah posisi yang menunjukkan dimana subsektor pertanian tanaman pangan harus memanfaatkan kekuatan yang ada secara optimal untuk meminimalkan ancaman yang mungkin timbul saat ini maupun dimasa yang akan datang. Hasil matriks space pengembangan subsektor pertanian tanaman pangan seperti terlihat pada Gambar 28. Gambar 28. Hasil Matriks Space subsektor pertanian tanaman pangan Langkah selanjutnya adalah tahap pengambilan keputusan. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan matriks analisis SWOT. Merujuk pada hasil analisis matrik space, dimana letak subsektor pertanian tanaman pangan berada pada kuadran II maka strategi yang digunakan dalam matriks SWOT adalah strategi ST yaitu strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi dampak munculnya ancaman di masa yang akan datang. Hasil analisis matriks SWOT pada subsektor pertanian tanaman pangan dapat dilihat pada Gambar 29. Strategi yang dilakukan berupa pengembangan teknologi budidaya yang tepat guna sehingga bisa meningkatkan mutu dan produksi dari komoditas. Melakukan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dari produk komoditas pertanian dengan membangun industri pengolahan produk turunan berbahan dasar ubi kayu. Pengembangan industri hilir ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas sehingga meningkatkan nilai ekonomi dan pendapatan secara finansial. Kedua strategi di atas nantinya perlu didukung oleh suatu unit kerja yang memiliki kewenangan dalam memantau dan mengendalikan distribusi komoditas ke pasar demi menjaga stabilitas pasokan bahan pangan. Program intensifikasi melalui penggunaan teknologi tepat guna dapat meningkatkan jumlah produksi dengan meningkatkan luas panen danatau produktivitas. Berkenaan dengan upaya peningkatan luas tanam, memungkinkan untuk dilakukan program ekstensifikasi berupa perluasan areal tanam dengan mengembangkan komoditas pada lahan baru. Berbagai Ancaman Kuadran I 0.014, -0.121 Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Berbagai Peluang Kekuatan Internal Kelemahan Internal 63 Internal Eksternal Kekuatan Kelemahan 1. Sosial budaya masyarakat yang mendukung pengembangan wilayah dengan berbasis pada komoditas unggulan 2. Tersedianya suatu unit kerja yang memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang pertanian pangan 3. Sudah mulai terbentuknya kelompok tani 4. Sistem pengairanirigasi yang sudah cukup bagus 5. Sudah ditetapkannya lahan pertanian pangan berkelanjutan 1. Sumber daya manusia yang masih rendah dari sisi penguasaan teknologi pertanian, tingkat pendidikan dan kemampuan manajemen 2. Tingkat skala usaha yang masih relatif kecil 3. Belum optimalnya kinerja kelompok tani dalam upaya peningkatan produktivitas dan pengolahan produk pertanian 4. Infrastruktur penunjang yang belum memadai 5. Rendahnya akses petani terhadap pasar atau jaringan pemasaran Peluang S-O W-O 1. Permintaan pasar untuk komoditas pertanian yang masih cukup tinggi secara kuantitas dan harga komoditas 2. Aksesibilitas terhadap lembaga keuangan dan modal 3. Program-program pusat yang mendukung pengembangan sektor pertanian 4. Kerjasama sektor pertanian dengan daerah di sekitar Kabupaten Sukabumi 5. Adanya konsep agribisnis pertanian 1. Mendorong upaya peningkatan produktifitas komoditas pertanian melalui penerapan teknologi budidaya dan pasca panen 2. Sosialisasi dan fasilitasi kelompok tani dalam mengakses lembaga keuangan dan modal KUR 3. Membangun kerjasama secara terpadu antara unit kerja di daerah lain dalam upaya pemanfaatan informasi yang tepat guna 4. Mendorong pembangunan pusat- pusat pertumbuhan berorientasi agribisnis 1. Pengembangan SDM petani melalui pelatihan dan diseminasi 2. Pembangunan infrastruktur penunjang yang terintegrasi 3. Membentuk unit-unit usaha komoditas pertanian jaringan usaha dan fasilitasi kelompok tani dalam mengakses jaringan pemasaran Ancaman S-T W-T 1. Persaingan pasar domestik 2. Jumlah wilayah penghasil komoditas di sekitar wilayah sukabumi 3. Kurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian 4. Fluktuasi harga pasar untuk komoditas pangan 5. Konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun 1. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dari produk komoditas 2. Pengembangan teknologi budidaya yang tepat guna untuk meningkatkan mutu komoditas 3. Pendampingan terhadap kelompok tani 4. Sosialisasi Program LP2B untuk mengurangi laju alih fungsi lahan pertanian dengan memperluas area lahan pangan berkelanjutan 5. Pembentukan unit kerja yang memiliki tupoksi memantau dan mengendalikan distribusi komoditas ke pasar untuk menjaga stabilitas pasokan bahan pangan pembentukan unit bahan pokok daerah 6. Pembatasan ijin konversi lahan pertanian produktif 1. Mendorong gapoktan untuk mengembangkan sarana prasarana secara mandiri dalam rangka meningkatkan produktivitas komoditas pertanian 2. Membuat sarana promosi untuk lebih mengenalkan komoditas pertanian 3. Mentransformasikan peran gapoktan menjadi lembaga koperasi 4. Pengembangan SDM petani melalui pelatihan dan diseminasi 5. Sosialisasi dan pendampingan kepada petani terkait program LP2B Gambar 29. Hasil analisis matriks SWOT subsektor pertanian tanaman pangan Program peningkatan area tanam baik padi sawah maupun ubi kayu tentu saja perlu dibarengi dengan strategi pemanfaatan lahan yang efektif dan berkelanjutan. Pemanfaatan lahan untuk ubi kayu jangan sampai mengalihfungsikan lahan-lahan yang produktif untuk komoditas pangan lainnya terutama area persawahan. Oleh karena itu perlu adanya strategi berupa sosialisasi program lahan pertanian pangan yang berkelanjutan untuk mengurangi laju alih fungsi lahan yang didukung dengan pembatasan ijin-ijin konversi lahan produktif. Semua strategi dan arahan pengembangan komoditas tersebut tentu saja sangat memerlukan pengawasan dan monitoring yang cukup intensif, sehingga perlu adanya pendampingan-pendampingan terhadap kelompok tani dalam setiap tahapan budidaya untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Arahan dan Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan

1. Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan

Subsektor perkebunan dengan komoditas kelapa memiliki keunggulan secara komparatif di 27 kecamatan yan g ditunjukkan dengan nilai LQ≥1. Melihat pada kondisi wilayah, maka terdapat 25 kecamatan yang memiliki potensi lahan yang cukup untuk pengembangan komoditas kelapa. Kecamatan Ciemas memiliki potensi lahan eksisting terluas sebesar 8,833 hektar dengan penggunaan lahan eksisting berupa kebun campuran, perkebunan, semak belukar, padang rumputilalang, tanah kosongterbuka dan ladangtegalan. Kecamatan dengan potensi lahan eksisting terkecil adalah kecamatan Kalibunder sebesar 157 hektar Tabel 36. Lahan yang potensial untuk pengembangan komoditas kelapa adalah sama dengan potensi lahan eksistingnya, karena untuk penggunaan eksisting selain lahan sawah semuanya memiliki potensi untuk menjadi lahan pengembangan komoditas kelapa. Pengembangan komoditas kelapa di lahan-lahan potensial ini akan meningkatkan produksi kelapa sebanyak 15,776 ton. Dimana peningkatan produksi terbesar akan terjadi di kecamatan Ciemas sebesar 2,859 ton dan peningkatan produksi terkecil di kecamatan kalibunder sebesar 51 ton Tabel 37. Melihat pada tingkat perkembangan wilayah yang dimiliki oleh masing- masing kecamatan, ada 6 kecamatan yang termasuk pada hirarki I dengan perkembangan wilayah yang tinggi yaitu: Surade, Cibitung, Jampangkulon, Palabuhanratu, Sukabumi dan Cibadak. Kecamatan-kecamatan ini memiliki kelengkapan fasilitas dan prasarana yang lebih baik dari kecamatan yang lain. Pada kecamatan hirarki I selain pengembangan komoditas melalui pemanfaatan potensi lahan yang ada dengan perluasan area perkebunan kelapa, juga bisa dijadikan sebagai kecamatan pusat aktivitas atau kegiatan utama yang mencakup pendistribusian atau pemasaran komoditas dan juga sebagai pusat pengembangan industri pengolahan berbahan dasar kelapa. Kecamatan lain yang termasuk pada hirarki II dan III diarahkan sebagai wilayah-wilayah pengembangan yang berorientasi pada perluasan area tanam dengan memanfaatkan potensi lahan yang dimiliki secara optimal. Namun tidak menutup kemungkinan kecamatan dengan hirarki yang lebih rendah menjadi kecamatan pusat kegiatan utama sehubungan dengan posisinya yang lebih strategis dan aksesibilitas yang lebih mudah. Kecamatan Cisaat hirarki II secara geografis lebih strategis sebagai pusat kegiatan utama jika dibandingkan dengan kecamatan Sukabumi karena letaknya yang berada di jalur akses utama sehingga aksesibilitas yang dimiliki jauh lebih 65 baik. Kecamatan Jampangkulon, Surade dan Cibitung yang secara geografis posisinya saling berdekatan, akan lebih memudahkan jika ditetapkan sebagai satu kawasan pengembangan sehingga arahan pengembangannya akan lebih terpadu dan terintegrasi. Maka dalam pengembangan komoditas kelapa akan terdapat 4 empat pusat kegiatan pengembangan utama yang memiliki peran untuk melayani kecamatan-kecamatan pengembangan lain di sekitarnya. Keempat wilayah pengembangan utama tersebut adalah: Palabuhanratu, Cibadak, Cisaat dan Jampangkulon-Cibitung-Surade. Gambaran wilayah pengembangan komoditas kelapa disajikan pada Gambar 30. Tabel 36. Potensi wilayah untuk pengembangan kelapa No Kecamatan LQ Hirarki Lahan Sesuai ha Penggunaan Eksisting Luas Tanam 2012 ha Potensi Lahan Eksisting ha 1 2 3 4 5 6 7 8 = 5-7 1 Ciemas 1.40 2 8,989 KC, LT, PRI, P, SB, TKT 156 8,833 2 Ciracap 2.21 3 1,090 KC, LT, P, SB 918 172 3 Waluran 1.85 2 1,932 KC, LT, PRI, P, SB 272 1,660 4 Surade 2.23 1 1,863 KC, LT, PRI, P, SB 1,019 844 5 Cibitung 1.75 1 350 KC, P, SB, TKT 40 310 6 Jampangkulon 1.94 1 1,391 KC, LT, PRI, P, SB 614 777 7 Kalibunder 2.39 2 1,016 KC, LT, PRI, P, SB 859 157 8 Tegalbuleud 2.46 2 7,938 KC, LT, PRI, P, SB, TKT 261 7,677 9 Cidolog 1.59 2 1,824 KC, LT, PRI, P, SB 236 1,588 10 Cidadap 1.63 3 2,890 KC, LT, PRI, P, SB 95 2,795 11 Curugkembar 1.13 3 2,438 KC, LT, PRI, P, SB 63 2,375 12 Palabuhanratu 1.21 1 1,865 KC, LT, P, SB, TKT 982 883 13 Cikembar 1.63 3 3,294 KC, LT, PRI, P, SB, TKT 292 3,002 14 Gegerbitung 1.68 3 1,392 KC, LT, PRI, P 42 1,350 15 Kebonpedes 2.02 2 0 - 68 16 Sukabumi 1.59 1 709 KC, LT, PRI, P, SB 72 637 17 Kadudampit 1.01 2 1,243 KC, LT, PRI, P 40 1,203 18 Cisaat 1.70 2 351 KC, LT 172 179 19 Cibadak 1.69 1 3,213 KC, LT, PRI, P, SB 252 2,961 20 Cicantayan 1.44 2 356 KC, LT, PRI, P 79 277 21 Caringin 1.39 3 857 KC, LT, PRI, P 94 763 22 Nagrak 1.37 3 1,071 KC, LT, PRI, P 244 827 23 Cidahu 1.58 3 250 KC, LT, PRI, P 77 173 24 Parakansalak 1.24 3 1,137 KC, LT, PRI, P, SB, TKT 42 1,095 25 Parungkuda 1.90 3 86 KC, LT, PRI, P 209 26 Bojonggenteng 1.42 2 405 KC, LT, PRI, P 38 367 27 Cikidang 1.08 3 6,875 KC, LT, PRI, P, SB, TKT 336 6,539 KC = Kebun Campuran; LT = LadangTegalan; P = Perkebunan; TKT = Tanah KosongTerbuka; SB = Semak Belukar; PRI = Padang Rumput Ilalang. Tabel 37. Potensi produksi komoditas kelapa No Kecamatan Lahan Potensial ha Tingkat Produksi Rata2ha a ton Produksi per Kelas Kesesuaian Potensi Produksi ton Tk Produksi Minimal Luas ha 1 2 3 4 5 6 7= 456 1 Ciemas 8,833 0.81 S3 : 40 8,833 2,859 2 Ciracap 172 0.81 S3 : 40 172 56 3 Waluran 1,660 0.81 S3 : 40 1,660 537 4 Surade 844 0.81 S3 : 40 844 273 5 Cibitung 310 0.81 S3 : 40 310 100 6 Jampangkulon 777 0.81 S3 : 40 777 251 7 Kalibunder 157 0.81 S3 : 40 157 51 8 Tegalbuleud 7,677 0.81 S3 : 40 7,677 2,485 9 Cidolog 1,588 0.81 S3 : 40 1,588 514 10 Cidadap 2,795 0.81 S3 : 40 2,795 905 11 Curugkembar 2,375 0.81 S3 : 40 2,375 769 12 Palabuhanratu 883 0.81 S1 : 80 42 27 S2 : 60 103 50 S3 : 40 688 223 Jumlah 300 13 Cikembar 3,002 0.81 S2 : 60 2,415 1,172 S3 : 40 587 190 Jumlah 1,362 14 Gegerbitung 1,350 0.81 S3 : 40 1,350 437 15 Sukabumi 637 0.81 S3 : 40 637 206 16 Kadudampit 1,203 0.81 S3 : 40 1,203 389 17 Cisaat 179 0.81 S2 : 60 35 17 S3 : 40 144 47 Jumlah 64 18 Cibadak 2,961 0.81 S1 :860 31 20 S3 : 40 2,930 948 Jumlah 968 19 Cicantayan 277 0.81 S3 : 40 277 90 20 Caringin 763 0.81 S3 : 40 763 247 21 Nagrak 827 0.81 S3 : 40 827 268 22 Cidahu 173 0.81 S3 : 40 173 56 23 Parakansalak 1,095 0.81 S3 : 40 1,095 354 24 Bojonggenteng 367 0.81 S3 : 40 367 119 25 Cikidang 6,539 0.81 S2 : 60 5 2 S3 : 40 6,34 2,115 Jumlah 2,117 Jumlah 47,444 15,776 a Asumsi rata-rata produksi per hektar; KC = Kebun Campuran; LT = LadangTegalan; TKT = Tanah KosongTerbuka; SB = Semak Belukar; PRI = Padang Rumput Ilalang. 67 Gambar 30. Lokasi wilayah pengembangan komoditas kelapa

2. Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan

Merumuskan strategi pengembangan subsektor perkebunan kelapa diawali dengan menyusun hasil identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh baik secara internal maupun ekternal. Kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan bobot skala perbandingan Saaty. Hasil identifikasi faktor internal dan pembobotannya disajikan pada Gambar 31. Hasil pembobotan terhadap faktor internal, diketahui bahwa faktor kekuatan yang dimiliki adalah potensi lahan perkebunan yang sangat luas0.165, program revitalisasi perkebunan 0.105 dan kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan 0.114. Faktor kelemahannya yang dianggap masih sangat berpengaruh adalah sumber daya manusia yang masih relatif rendah baik dari tingkat pendidikan, penguasaan teknologi maupun kemampuan manajemennya 0.209. Faktor eksternal, peluang yang paling besar yaitu tingginya permintaan pasar terhadap hasil komoditas perkebunan 0.200 dan kemudahan aksesibilitas terhadap lembaga keuangan dan modal 0.167. Ancaman yang dijumpai berupa diberlakukannya standar mutu untuk komoditas perkebunan 0.153, kurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor perkebunan 0.136 dan tingkat persaingan pasar domestik yang cukup tinggi 0.101 Gambar 32. Bobot masing-masing faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman tersebut