67
Gambar 30. Lokasi wilayah pengembangan komoditas kelapa
2. Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan
Merumuskan strategi pengembangan subsektor perkebunan kelapa diawali dengan menyusun hasil identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh baik secara
internal maupun ekternal. Kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan bobot skala perbandingan Saaty. Hasil identifikasi faktor internal dan
pembobotannya disajikan pada Gambar 31.
Hasil pembobotan terhadap faktor internal, diketahui bahwa faktor kekuatan yang dimiliki adalah potensi lahan perkebunan yang sangat luas0.165, program
revitalisasi perkebunan 0.105 dan kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan 0.114. Faktor
kelemahannya yang dianggap masih sangat berpengaruh adalah sumber daya manusia yang masih relatif rendah baik dari tingkat pendidikan, penguasaan
teknologi maupun kemampuan manajemennya 0.209. Faktor eksternal, peluang yang paling besar yaitu tingginya permintaan pasar terhadap hasil komoditas
perkebunan 0.200 dan kemudahan aksesibilitas terhadap lembaga keuangan dan modal 0.167. Ancaman yang dijumpai berupa diberlakukannya standar mutu
untuk komoditas perkebunan 0.153, kurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor perkebunan 0.136 dan tingkat persaingan pasar domestik yang
cukup tinggi 0.101 Gambar 32. Bobot masing-masing faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman tersebut
merupakan hasil perkalian dengan 0.5 sehingga bobot total untuk faktor internal maupun eksternal akan bernilai 1 Rangkuti, 2009.
Gambar 31. Hasil Pembobotan AHP Faktor Internal Subsektor Perkebunan
Gambar 32. Hasil Pembobotan AHP Faktor Eksternal subsektor perkebunan
0.209 0.026
0.097 0.090
0.078
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 SDM
Skala usaha Kinerja kelompok tani
Infratruktur Akses pasar
Kelemahan
0.114 0.033
0.083 0.165
0.105
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 Kondisi Sosial Budaya
Unit Kerja Kelompok Tani
Potensi Lahan Revitalisasi
Kekuatan
Bobot
0.200 0.167
0.046 0.041
0.047
0.000 0.050
0.100 0.150 0.200
0.250 Permintaan Pasar
Aksesibilitas Keuangan Program Pusat
Kerjasama Daerah Diversifikasi
Peluang
0.101 0.039
0.136 0.153
0.070
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 Persaingan Pasar
Wilayah Penghasil lain Minat Generasi Muda
Standar Mutu Degradasi Lahan
Ancaman
69 Setelah diperoleh nilai bobot setiap faktor, selanjutnya dilakukan analisis
untuk mengetahui tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam penentuan strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis matrik IFAS dan EFAS.
Skor setiap faktor didapat dengan mengkalikan nilai bobot terhadap nilai rating dari faktor tersebut yang diperoleh dari survey terhadap responden yang sama.
Matrik IFAS dan EFAS pengembangan subsektor perkebunan disajikan dalam Tabel 38 dan Tabel 39.
Tabel 38. Hasil analisis matrik Internal Strategic Factors Analysis Summary
IFAS subsektor perkebunan
Faktor-Faktor Internal Bobot
Rating Skor
Kekuatan
1 Sosial
budaya masyarakat
yang mendukung
pengembangan wilayah
dengan berbasis
pada komoditas unggulan
0.114 4
0.458 2
Tersedianya suatu unit kerja yang memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang pertanian subsektor
pertanian pangan, perkebunan dan peternakan 0.033
3 0.099
3 Sudah mulai terbentuknya kelompok tani
0.083 4
0.332 4
Potensi lahan perkebunan yang sangat luas 0.165
4 0.660
5 Program revitalisasi perkebunan
0.105 3
0.314 Jumlah
0.500 1.862
Kelemahan
1 Sumber daya manusia yang masih rendah dari sisi
penguasaan teknologi pertanian, tingkat pendidikan dan kemampuan manajemen
0.209 4
0.837 2
Tingkat skala usaha yang masih relatif kecil 0.026
3 0.077
3 Belum optimalnya kinerja kelompok tani dalam upaya
peningkatan produktivitas dan pengolahan produk pertanian
0.097 3
0.292 4
Infrastruktur penunjang yang belum memadai 0.090
3 0.269
5 Rendahnya akses petani terhadap pasar atau jaringan
pemasaran 0.078
3 0.234
Jumlah 0.500
1.709 Jumlah Keseluruhan
1.000 3.572
Tabel matrik IFAS menunjukkan bahwa untuk komponen faktor kekuatan sebagian besar memiliki nilai rating 4 sangat kuat sedangkan komponen faktor
kelemahan sebagian besar memiliki nilai rating 3 agak kuat. Total skor untuk faktor internal adalah 3.57 yang diperoleh dari skor faktor kekuatan sebesar 1.86
dan skor faktor kelemahan sebesar 1.71. Selisih antara skor faktor kekuatan dengan faktor kelemahan adalah sebesar 0.153.
Matrik EFAS menunjukkan komponen-komponen untuk faktor peluang dan ancaman memiliki nilai rating yang sama yaitu 3 agak kuat. Skor total untuk
faktor eksternal ini adalah 3.00 yang diperoleh dari skor peluang sebesar 1.50 dan skor ancaman sebesar 1.50. Faktor peluang dan ancaman memiliki skor yang
sama, sehingga selisih kedua faktor ini adalah nol 0. Skor yang sama ini bisa diartikan bahwa faktor peluang ternyata tidak memberikan pengaruh yang lebih
baik dari faktor-faktor ancaman yang mungkin ada terhadap upaya pengembangan wilayah dan begitu juga sebaliknya. Kombinasi skor total pada matriks IFAS dan
matriks EFAS adalah 3.57 ; 3.00 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis
matriks internal –eksternal IE, strategi yang relevan adalah Growth Strategy
yaitu strategi yang didesain untuk pertumbuhan sendiri. Tabel 39. Hasil analisis matriks External Strategic Factors Analysis Summary
EFAS subsektor perkebunan
Faktor-Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
1 Permintaan pasar untuk komoditas pertanian yang masih
cukup tinggi secara kuantitas dan harga komoditas 0.200
3 0.600
2 Aksesibilitas terhadap lembaga keuangan dan modal
0.167 3
0.500 3
Program-program pusat
yang mendukung
pengembangan sektor pertanian 0.046
3 0.139
4 Kerjasama sektor pertanian dengan daerah di sekitar
Kabupaten Sukabumi 0.041
3 0.122
5 Diversifikasi komoditas perkebunan
0.047 3
0.140 Jumlah
0.500 1.500
Ancaman
1 Persaingan pasar domestik
0.101 3
0.303 2
Jumlah wilayah penghasil komoditas di sekitar wilayah sukabumi
0.039 3
0.118 3
Kurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian
0.136 3
0.409 4
Diberlakukannya standar mutu komoditas perkebunan 0.153
3 0.460
5 Isu degradasi lahan akibat pengembangan perkebunan
0.070 3
0.209 Jumlah
0.500 1.500
Jumlah Keseluruhan 1.000
3.000
Berdasarkan hasil perhitungan matrik IFAS dan EFAS, selanjutnya dilakukan analisis matriks space. Selisih pada matriks IFAS adalah 0.15 dan
matriks EFAS adalah 0.00 sehingga diperoleh titik koordinat pada matriks space yaitu 0.15 ; 0.00. Kombinasi nilai ini menghasilkan posisi pada sumbu X antara
kuadran I dan kuadran II garis kekuatan. Menurut Marimin 2008, kuadran I menunjukkan posisi dimana subsektor perkebunan memiliki kekuatan yang dapat
dioptimalkan untuk memanfaatkan peluang yang ada sedangkan kuadran II adalah posisi yang menunjukkan dimana subsektor perkebunan harus memanfaatkan
kekuatan yang ada untuk meminimalkan ancaman yang mungkin muncul. Posisi kombinasi titik yang berada pada garis sumbu X atau garis kekuatan dapat
diartikan bahwa subsektor perkebunan menghadapi berbagai ancaman dan peluang yang memiliki pengaruh sama besar, sehingga strategi yang bisa
digunakan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang atau meminimalisasi ancaman secara jangka panjang. Hasil matriks space
pengembangan subsektor perkebunan seperti terlihat pada Gambar 33.
Langkah selanjutnya adalah tahap pengambilan keputusan. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan matriks analisis SWOT. Hasil analisis matrik
SWOT pada subsektor perkebunan dapat dilihat pada Gambar 34. Merujuk pada hasil analisis matrik space, dimana letak sub sektor perkebunan berada pada garis
kekuatan, maka strategi yang digunakan dalam matriks SWOT bisa memakai strategi SO jika secara jangka panjang yang diharapkan adalah ingin
menggunakan kekuatan yang ada untuk menangkap sebesar-besarnya peluang yang mungkin datang dimasa depan. Selain itu bisa juga menggunakan strategi ST