1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya perikanan pelagis merupakan sumberdaya perikanan yang paling banyak dimanfaatkan di perairan Indonesia. Hal ini menyebabkan
sumberdaya perikanan pelagis memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan secara optimal di masa sekarang dan masa depan. Dengan
dilakukannya pengelolaan yang berkelanjutan, maka diharapkan akan mencapai suatu alokasi pemanfaatan sumberdaya ikan yang tepat pada setiap wilayah
perairan. Melakukan
pengoptimalan dalam
sumberdaya perikanan
sangat berhubungan erat dengan status sumberdaya perikanan tersebut, tingkat upaya dan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Dengan kata lain, mengetahui status sumberdaya perikanan pelagis di setiap wilayah perairan akan dapat menentukan
perlu atau tidaknya pembatasan tingkat upaya di wilayah perairan tersebut. Dampak lain dengan diketahuinya status sumberdaya perikanan adalah
dihasilkannya jumlah tangkapan yang diperbolehkan untuk sumberdaya ikan tersebut di setiap wilayah perairan. Secara umum, pengoptimalan dalam
sumberdaya perikanan akan memberikan manfaat untuk menghindari adanya over fishing di setiap wilayah perairan.
Ikan cakalang adalah salah satu komoditi ekspor Indonesia yang dapat diandalkan dari sektor perikanan setelah udang dan tuna, dimana ikan cakalang
diekspor ke beberapa negara diantaranya Jepang dan Amerika Uktolseja et al. 1998 vide Martasuganda, Wiyono, Walus 2002. Secara umum, ikan cakalang
merupakan salah satu sumberdaya perikanan pelagis yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap, baik di Indonesia maupun di negara-negara
lainnya. Setiap tahunnya, terjadi peningkatan armada perikanan dan produksi ikan cakalang di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya produksi ikan
cakalang pada tahun 1990 mencapai 114.168 ton. Tahun-tahun berikutnya, produksi ikan cakalang di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun
1999 produksi ikan cakalang mencapai 244.747 ton dan tahun 2001 produksi ikan cakalang sebanyak 253.050 ton Tambunan 2004. Tahun-tahun berikutnya
setelah tahun 2001, produksi ikan cakalang tetap mengalami peningkatan sekitar 5
– 7 setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi ikan cakalang tahun 2010 di Indonesia mencapai 329.949 ton.
Kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan adanya over fishing pada perikanan cakalang di Indonesia.
Peningkatan jumlah armada penangkapan ikan cakalang di Indonesia yang diikuti dengan peningkatan produksi ikan cakalang tersebut berbeda dengan
kondisi perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan DKP Provinsi NTB, produksi ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir. Produksi ikan
cakalang pada tahun 2006 berjumlah 2.913,90 ton dan tahun 2010 produksi ikan cakalang tersebut hanya mencapai 1.702,90 ton. Namun, penurunan produksi ikan
cakalang tersebut bertolak belakang dengan armada perikanan cakalang yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, jumlah armada perikanan cakalang di
Kabupaten Lombok Timur berjumlah 968 unit dan tahun 2010 armada perikanan tersebut mencapai 998 unit.
Kondisi dimana jumlah armada perikanan meningkat tetapi produksinya menurun sangat mengkhawatirkan karena akan menyebabkan kepunahan bagi
sumberdaya ikan. Kondisi inilah yang menyebabkan perlu dilakukannya penelitian mengenai optimasi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten
Lombok Timur. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam pengembangan perikanan cakalang yang optimal dan
berkelanjutan sehingga dapat memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kabupaten Lombok Timur.
1.2 Perumusan Masalah