awal berupa ancaman yang dirasakan, kemudian mencari kekuatan yang bisa diandalkan untuk mengatasi ancaman tersebut.
Pendekatan TW: Langkah pertama yaitu menentukan ancaman yang ingin ditangani. Pendekatan ini berusaha merumuskan strategi yang berangkat
dari usaha untuk mengatasi ancaman. Selanjutnya berpikir kelemahan apa yang dapat dihilangkan dan bagaimana mengatasi kelemahan tersebut agar
ancaman bisa diatasi.
2.10 Hasil Penelitian Terkait
Penelitian yang telah dilakukan mengenai optimalisasi sumberdaya ikan maupun pengembangan perikanan akan menjadi bahan masukan untuk penelitian
yang akan dilakukan. Supeni 2010 meneliti mengenai optimasi pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis kecil di perairan Kabupaten Mamuju Sulawesi
Barat. Hasil penelitian yang diperoleh oleh Supeni 2010 yaitu status pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis di perairan Kabupaten Mamuju secara
umum tereksploitasi di bawah nilai MSY, namun ikan kembung dan ikan terbang produksinya melewati nilai tangkapan lestari. Dan apabila dilihat dari tingkat
pengupayaan pada umumnya telah melampaui effort optimalnya kecuali untuk ikan layang. Adapun alokasi optimum unit penangkapan untuk sumberdaya
perikanan pelagis kecil tersebut yaitu purse seine 71 unit, bagan 36 unit, jaring insang hanyut 96 unit, jaring insang lingkar 91 unit, payang 115 unit dan jaring
ikan terbang 84 unit. Strategi implementasi program optimasi pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis kecil perlu memprioritaskan beberapa elemen-
lemen kunci berikut ini untuk keberhasilan program: 1. pengusahapemilik kapal
2. ketersediaan sumberdaya ikan 3. kemampuan permodalan terbatas
4. optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan 5. adanya peraturan pengelolaan yang jelas
6. pembuatan peraturan-peraturan pengelolaan 7. lembaga dinas perikanan dan kelautan kabupaten
Arifin 2008 melakukan penelitian dengan judul “Optimasi Perikanan
Layang di Kabupaten Selayar Propinsi Sulawesi Sel atan”. Kesimpulan yang
diberikan pada penelitian tersebut yaitu: 1 prioritas urutan teknologi penangkapan ikan layang di Kabupaten Selayar berdasarkan aspek biologi, teknis,
sosial, ekonomi, dan keramahan lingkungan adalah purse seine pada urutan pertama, jaring insang hanyut pada urutan kedua dan bagan perahu pada urutan
ketiga. 2 alokasi dari jumlah unit penangkapan ikan layang yang optimum digunakan di perairan Kabupten Selayar adalah purse seine sebanyak 61 unit,
jaring insang hanyut sebanyak 300 unit dan alat tangkap bagan perahu sebanyak 100 unit. 3 strategi pengembangan perikanan layang di Kabupaten Selayar adalah
optimalisasi usaha perikanan layang, penggunaan unit penangkapan ikan yang hemat bahan bakar minyak, penyediaan modal usaha dengan bunga rendah dan
peningkatan peranan stakeholders dan masyarakat untuk pengawasan pengoperasian alat tangkap.
Wahyuni 2008 melakukan penelitian mengenai pengembangan teknologi penangkapan ikan tepat guna untuk sumberdaya ikan pelagis di kota Sorong. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa Teknologi penangkapan sumberdaya ikan pelagis yang terdapat di Kota Sorong adalah jaring insang gillnet, bagan perahu
boat liftnet, pancing tonda trolling lines dan pancing tuna handlines. Selanjutnya, berdasarkan pendekatan biologi, teknik, sosial dan ekonomi,
diperoleh teknologi penangkapan ikan pelagis tepat guna adalah bagan perahu boat liftnet menempati prioritas pertama, selanjutnya pancing tonda trolling
lines dan pancing tuna handlines. Dan strategi pengembangan teknologi penangkapan ikan yang tepat untuk sumberdaya ikan pelagis di Kota Sorong lebih
diprioritaskan pada peningkatan kualitas penanganan hasil tangkapan, pengembangan alat tangkap berkelanjutan, peningkatan kualitas sumberdaya
nelayan dan aparat, peningkatan kelembagaan dan permodalan, peningkatan sarana dan prasarana penangkapan, serta peningkatan jumlah hasil tangkapan.
Muksin 2006 melakukan penelitian dengan jud ul “Optimalisasi Usaha
Perikanan Cakalang Katsuwonus pelamis di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara”. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa potensi sumber daya
ikan cakalang di Kota Tidore telah mengalami over fishing pada tahun 2004
dengan tingkat pemanfaatan sebesar 128,59 dan kelebihan upaya penangkapan sejak tahun 2000 hingga 2004 sebesar 126,81 sampai 161,00. Adapun nilai
MSY untuk ikan cakalang tersebut adalah 7.582,69 ton dan upaya optimum sebesar 11.229 hari, pada kondisi optimal dan berkelanjutan diarahkan pada
perluasan daerah penangkapan lebih jauh dari kewenangan wilayah Kota Tidore Kepulaun yaitu 4 mil pada daerah Halmahera Selatan Bacan yang merupakan
daerah potensial untuk ikan cakalang, peningkatan kemampuan teknologi armada penangkapan kapasitas umpan, palkah, alat navigasi dan alat komunikasi,
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan nelayan pelatihan dan penyuluhan, peningkatan jumlah rumpon minimal 12 unit. Kebijakan pemerintah daerah
setempat dalam menghadapi kondisi tingkat pemanfaatan dan pengupayaan sumberdaya cakalang yang telah mengalami over exploited dengan cara
melakukan konservasi, pengawasan dan pengontrolan daerah penangkapan dan musim penangkapan.
Ghaffar 2006 meneliti mengenai optimasi pengembangan usaha perikanan mini purse seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa tingkat optimum untuk pemanfaatan ikan-ikan pelagis yang menjadi target penangkapan mini purse seine secara
bioekonomi diperoleh pada produksi sebesar 3.783.376,09 kg per tahun dengan jumlah total effort optimum 8.723 trip per tahun. Khusus untuk mini purse seine,
effort optimum adalah 4.108 trip per tahun dari total effort optimum 47 atau setara dengan 26 unit armada penangkapan. Sedangkan untuk usaha perikanan
mini purse seine, diketahui bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan di Kabupaten Jeneponto dengan nilai NPV positif sebesar Rp 74.233.466, IRR 40
dan BC ratio 1,72. Titik impas BEP dicapai pada hasil penjualan Rp 188.378.333 atau hasil tangkapan 187.255,78 kg dengan masa pengembalian
investasi selama 3,66 tahun.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian