Padatan Total Tersisa Viskositas

3.4.2 Massa Jenis

Pengukuran massa jenis dilakukan dengan piknometer volume 10 ml, dan neraca digital. Timbang terlebih dahulu tabung piknometer kosong. Untuk pengukuran, masukan air sampel ayng akan diukur dalam tabung piknometer hingga meluber, tutup tabung, bersihkan air yang meluber karena luberan air akan memperburuk hasil pengukuran. Timbang tabung piknometer pada neraca digital, hasil yang tertera pada layar dikurangkan dengan massa tabung kosong. Untuk penghitungan massa jenis hasil dari pengurangan tabung kosong dibagi dengan volume tabung piknometer sebesar 10 ml.

3.4.3 pH Tingkat Keasaman

Pengukuran tingkat keasaman atau lebih kita kenal dengan pH, akan digunakan pH meter digital. Untuk pengoperasian alat relatif mudah, sebelum digunakan bersihkan probe dengan aquades dan keringkan dengan perlahan dengan tisue karena probe sangat rentan akan kerusakan. Setelah itu lakukan kalibrasi dengan larutan ber-pH 4 dan 7, masukan probe ke dalam larutan ber-pH 4, tunggu sampai layar menunjukan angka 4 yang menjadi pertanda bahwa larutan tersebut ber-pH 4 dan alat sudah terkalibrasi. Bilas terlebih dahulu probe untuk melakukan kalibrasi berikutnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk kalibrasi larutan ber-pH 7. Setelah itu bilas probe dan masukan probe ke dalam air sampel yang akan diukur nilai pH- nya. Beberapa saat kemudian layar akan mengeluarkan nilai pH larutan yang kita ukur.

3.4.4 Kadar Garam

Pengukran kadar garam air hasil penyaringan dan limbah dilakukan di Laboratorium Biofisika , Departemen Fisika. Pengukuran kadar garam akan digunakan refractometer manual. Sebelum mengunakan alat ini lakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan aquades. Cara kalibrasi, teteskan aquades pada bagian ujung alat dan lihat dengan meneropong bagian belakang alat akan terlihat berapa nilai kadar garam aquades, kadar garam aquades harus menunjukan angka nol pada skala jika tidak maka putar tuas pada bagian sisi alat agar angka pada skala menunjukan angka nol. Setelah itu keringkan alat dengan tissue, teteskan sampel pada bagian ujung dan lakukan pengamatan pada bagian belakang maka angka yang menunjukan nilai kadar garam akan terlihat. Untuk pengukuran dengan sampel yang lain sama caranya tapi bersihkan terlebih dahulu ujung alat dengan aquades dan keringkan dengan tissue.

3.4.5 Padatan Total Tersisa

Pengukuran total padatan tersisa akan dilakukan dengan cara pengeringan air dalam wadah. Sebelum melakukan pengeringan dalam wadah lakukan penimbangan air yang akan diuji. Setelah itu lakukan pemanasan air sampel hingga semua air menguap. Untuk mengetahui berapa padatan tersisanya lakukan penimbangan wadah kering. Untuk pengolahannya dilakukan pembagian antara berat kering per berat basah dikalikan 100 maka akan didapat total padatan tersisa dalam persen.

3.4.6 Viskositas

Pengukuran kekentalan air atau viskositas akan dilakukan dengan alat viskositas bola jatuh gilmont. Alat viskositas dibersihkan dahulu dengan aquades agar kotoran yang ada hilang. Setelah itu keringkan alat dari aquades, masukan sampel air yang akan diukur nilai viskositasnya. Bola pada viskositas diposisikan pada garis yang tertera pada alat, setelah itu luncurkan bola dengan cara menegakan alat viskositas, pada saat menegakan alat nyalakan juga stop watch. Pada saat bola tepat pada garis tera bawah matikan stop watch. Catat waktu yang ditunjukan oleh stop watch. Untuk pengolahan data digunakan formula berikut : η s = 13 keterangan: k = Konstanta viskometer yaitu 6,39 x 10 -9 m 3 s 2 ρ s = Kerapatan cairan 10 3 k gm 3 ρ b = Kerapatan bola besi 7.960 kgm 3 v = Kecepatan bola besi jatuh ms

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Alat dan Bahan Penelitian

Dalam proses pembuatan membran selulosa asetat 12 mempunyai kendalan dalam proses pencetakan karena alat cetak yang digunakan masih sederhana. Alat cetak yang sederhana ini tidak memungkinkan untuk membuat membran yang sama tipisnya dan pori yang merata dengan rapi. Dari proses penelitian ini menghasilkan air hasil filtrasi yang cukup memenuhi standar untuk konsumsi. Dari proses pembuatan membran tidak mengalami banyak kendala. Mebran yang dihasilkan juga relatif memadahi untuk digunakan dalam proses filtrasi karena produk filtrasi sudah berkurang nilai polutannya. Dari segi alat filtrasi memang masih memiliki keterbatasan. Salah satu keterbatas yang dimiliki ialah dalam pengaturan tekanan, alat ukur tekanan yang kurang akurat karena skalanya terlalu besar. Untuk alat dead-end salah satu kekurangannya ialah adanya lubang atau celah dibagian input alat yang menyebabkan sistem kehilangan tekanan dan bahan sampel yang terus menggucur dari celah tersebut. Untuk alat penelitian yang berupa alat filtrasi sebagai bagian utama masih memiliki banyak kekurangan. Kekurangan yang cukup terlihat ialah pengatur tekanan yang sering macet karena berkarat. Alat pengatur tekanan merupakan bagian vital kerena dalam proses filtrasi ialah pemanfaatan tekanan untuk mencapai hasil optimal. Selang dari pompa ke tempat membran untuk proses filtrasi juga masih perlu pembenahan karena untuk tekanan yang agak tinggi diatas 10 psi sampel akan keluar, ini menyebabkan turunnya tekanan sistem. Untuk selang penyalur hasil permeat perlu dipendekan agar meningkatkan akurasi pengukuran. Untuk alat dead-end akan lebih baik jika bagian bawah berbentuk kerucut terbalik. Bentuk kerucut terbalik pada alat dead-end akan meningkatkan akurasi data karena tidak ada permeat yang tertahan terlebih dahulu. Seberapapun permeat yang dihasilkan akan langsung jatuh gelas ukur. Kondisi alas sekarang yang berbentuk datar akan ada hambatan bagi permaet untuk jatuh ke gelas ukur. Perlu terkumpul permeat yang cukup banyak terlebih dahulu agak ada permeat yang jatuh ke gelas ukur. Hal ini yang membuat hasil pengukuran kurang akurat. Pada pembuatan tidak mengalami permasalahan yang berarti. Jika masalah dapat diatasi pada waktu itu juga, sehingga tidak hambatan yang berarti. Hal yang sedikit menjadi kendala ialah dalam proses pencetakan karena masih menggunakan alat yang masih sederhana. Kondisi ketebalan membran dalam hal ini tidak terkontrol, karena gaya yang digunakan untuk menekan membran tidak sama untuk semua permukaan. Masalah lain ialah pori yang tidak merata sama untuk setiap membran yang tercetak. Dalam penelitian ini juga digunakan tiga variasi tekanan baik untuk membran selulosa maupun teflon. untuk membran selulosa digunakan tekanan 2,5, 5, dan 7,5 psi. pemilihan tekanan itu karena SA beroperasi pada kisaran 1-5 Bar untuk mendapatkan debit optimal. Sedangkan untuk teflon dipilih pada tekanan 5 psi untuk mengatasi sifat teflon yang bersifat hidrofobik. Sifat yang hidrofobik ini yang membuat membran teflon perlu energi yang lebih besar dibanding membran selulosa asetat. Untuk itu dicoba dengan tekanan yang lebih rendah untuk mengurangi biaya filtrasi. Untuk karakterisasi dipilih kekeruhan, massa jenis, pH, viskositas, salinitas, dan padatan total tersisa ini merupakan karakterisasi standar untuk air konsumsi. Kekeruhan, salinitas, pH, dan padatan total tersisa ialah karakterisasi harus terkontrol dibawah ambang batas bagi air konsumsi khususnya air minum. 4.2 Fluks

4.2.1 Filtrasi Sistem Dead-End Pada

Membran Teflon . Gambar 6. Volume Hasil Penyaringan Dead- End dengan Membran Teflon. 2 4 6 8 10 12 14 16 5 10 15 20 25 V o lu m e m l waktu menit