2,5  psi.  Tekanan  7,5  psi  memiliki  debit  yang paling  tinggi.  Kejadian  ini  dapat  disebabkan
karena  penyebaran  pori  pada  tekanan  7,5  psi lebih  merata  dan  gaya  dorong  yang  besar.
Ukuran  pori  membran  juga  menjadi  hal mendasar
dalam prose
filtrasi, dapat
dimungkinkan  ukuran  pori  membran  7,5  psi lebih  besar. Pori-pori  membran  dalam  proses
filtrasi  ini  memang  sangat  berpengaruh  pada hasil.  Baik  hasil  yang  bersifat  kuantitas
maupun yang bersifat kualitas. Pada tekanan 5 dan  2,5  psi  membran  yang  digunakan
kemungkinan  porinya  lebih  sedikit  walaupun perbedaannya tidak mencolok dengan  pori  7,5
psi.  Mungkin  juga  pada  tekanan  5  dan  2,5 psi distribusi  pori-pori  membrannya  kurang  lebih
merata  dan  ukuran  porinya  lebih  kecil.  Jika dilihat  dari  grafik  hasil  tertinggi  dalam  hal
debit  dimiliki  oleh  membran  dengan  tekanan 7,5  psi.  Pada  menit  ke-5  mulai  terlihat  bahwa
proses  cross-flow dengan  tekanan  7,5  psi mempunyai  debit  tertinggi  dibandingkan
dengan proses cross-flow lainnya.
Gambar  10.  Volume  Hasil  Penyaringan Cross-Flow  Dengan  Membran
Selulosa Asetat Jika  dilihat  dari  segi  debit  memang  proses
cross-flow tidak  tinggi  debitnya  dibanding
dengan  dead-end. Jika  dilihat  dari  parameter lain, proses inilah yang menghasilkan air hasil
penyaringan  dengan  kualitas  terbaik.  Pada proses  cross-flow dengan  tekanan  5  psi
mempunyai  nilai  kekeruhan  0,22  NTU.  Ini merupakan  hasil  yang  bisa  dikata  luar  biasa
untuk  proses  satu  kali  penyaringan.  Ditambah lagi  dalam  penelitian  ini  air  limbah  tanpa
perlakuan awal. Nilai 0,22 NTU ini mendekati nilai  kekeruhan  air  mineral  yang  mempunyai
nilai 0,2 NTU. Dari  Gambar  11 terlihat pada menit  ke-5 nilai
fluksnya  cukup  tinggi.  Grafik  naik  ditunjukan pada  tekanan  7,5  psi  hingga  akhirnya  turun
pada  menit  ke-25.  Grafik  yang  menurun menunjukan  mulai  adanya  fouling.  Penurunan
fluks pada tekanan 7,5 psi terus terjadi hingga menit  ke-70.  Khusus  untuk  tekanan  5  psi
perubahan  fluks  yang  tajam,  terlihat  dengan jelas.
Menit-menit berikutnya
terjadi penurunan  fluks  yang  drastis.  Setelah  itu
kotoran  kembali  tersapu  dan  fluks  kembali naik  sekitar  menit  30-an.  Dan  setelah  kotoran
tersapu,  hingga  menit  60-an  fluksnya  relatif konstan.
Karakter
fluks yang
sedikit berbeda
diperlihatkan pada
tekanan 2,5
psi. Kecenderungan  secara  umum  naik  terus
walaupun sempat ada fouling pada  menit ke-5 sampai  menit  ke-10.  Setelah  itu  kotoran
tersapu dan fluksnya kembali naik. Tapi secara keseluruhan  fluks  tertinggi  dimiliki  oleh
proses cross-flow dengan tekanan 7,5 psi.
Gambar  11.  Fluks  Hasil  Penyaringan  Cross- Flow Membran Selulosa Asetat
4.3 Kekeruhan  Turbiditas Tabel 5. Data Uji Kekeruhan
Jenis air Rataan kekeruhan
NTU
Air limbah 10
Cross-flow 7,5 Psi 1,58
Cross-flow 5 Psi 0,22
Cross-flow 2,5 Psi 0,24
Dead-end 7,5 Psi 0,88
Dead-end 5 Psi 8,98
Dead-end 2,5 Psi 3,43
Dead-end teflon 5,8 Psi
2,47 Dead-end teflon
5,51 Psi 1,07
Dead-end teflon 5,075 Psi
1,56 Air mineral
0,20 Untuk  pengukuran  kekeruhan  ini  dilakukan  di
Laboratorium  Kimia  Analitik,  Departemen Kimia,  FMIPA,  IPB.  Alat  yang  digunakan
10 20
30 40
20 40
60
v o
lu m
e m
l
waktu  menit
0,005 0,01
0,015 0,02
0,025
5 25
45 65
fl u
k s
c m
m en
it
waktu  menit
berupa  refractometer  digital.  Dari  Tabel  5 pengujian kekeruhan terlihat hasil yang terbaik
ialah penyaringan yang mengunakan membran selulosa  asetat  dengan  tekanan  2,5  psi  dan  5
psi.  Air  hasil  penyaringan  dengan  metode cross-flow  pada  tekanan  5  psi  dan  2,5  psi
memiliki  nilai  kekeruhan  yang  paling  rendah. Ini  juga  mengindikasikan  bahwa  jumlah
partikel  yang  ada  dalam  air  juga  semakin sedikit.
Tingkat kekeruhan
air sangat
dipengaruhi  oleh  partikel  yang  terkandung dalam air. Partikel tersebut dapat berupa tanah,
liat,  dan  mungkin  juga  butiran  pasir.  Hasil penyaringan  mengunakan  membran  selulosa
asetat  dengan  metode  penyaringan  dead-end yang mempunyai  hasil yang terbaik ialah pada
tekanan  7,5  psi.  Kekeruhannya  ialah  antara 0,88-0,89 NTU. Pada tekanan 7,5 psi memiliki
tekanan  yang  paling  besar  tapi  menghasilkan hasil  saringan  yang  terbaik.  Kemungkinan
besar  ini  dipengaruhi  faktor  membran. Membran  yang  digunakan  pada  saat  dead-end
tekanan 7,5 Psi memiliki komposisi yang lebih bagus  dari  pada  dengan  mebran  yang
digunakan pada saat dead-end dengan tekanan 5  dan  2,5  psi.  Komposisi  lebih  bagus  dalam
hal  ini  memiliki  pori  yang  lebih  kecil  yang dimiliki oleh  membran pada saat proses  dead-
end dengan  tekanan  7,5  psi.  Hal  tersebut membuat  air  hasil  saringan  lebih  berkualitas,
walaupun  ada  paksaan  tapi  tahanan  membran terhadap  partikel  lebih  besar.  Pada  saat
penyaringan  dead-end dengan  tekanan  5  psi mempunyai  nilai  kekeruhan  yang  paling
tinggi.  Hal  ini  dimungkinkan  karena  mebran yang  relatif  tipis  dan  pori  yang  relatif  besar.
Efek  yang  terjadi  dapat terbaca  dari  nilai kekeruhannya.  Pada  proses  dead-end  dengan
tekanan  5 Psi nilai  paksaan  yang terjadi  kecil, tapi partikel dalam air limbah dapat lewat. Hal
tersebut  disebabkan  karena  nilai  tahanannya rendah.    Sedang  pada  mebran  teflon  yang
mengunakan  metode  dead-end.  Hasil  yang paling bagus dihasilkan pada tekanan 5,51 psi.
Tekanan  yang  digunakan  ialah  tekanan  tinggi karena  dikaitkan  dengan  sifat  teflon  sendiri
yang  hidropobik  sehingga  perlu  paksaan  yang besar.
Gaya yang
besar itu
yang mengakibatkan
kemungkinan partikel
menerobos membran menjadi besar. walaupun ada  gaya  tolak  dari  sifat  dasar  teflon    yang
besifat  hidropobik  terhadap  air,  namun  gaya tolak itu tidak berpengaruh besar.
Sedangkan  hasil  pengukuran  kekeruhan  yang dilakukan  terhadap  air  mineral  menunjukan
bahwa  nilai  kekeruhannya  0,2  NTU.  Hasil terkecil dari proses penyaringan ini  0,22 NTU
yang dimiliki oleh air hasil penyaringan cross- flow dengan  tekanan  5  psi.  Hasil  terkecil
berikutnya  yang  mendekati  nilai  air  mineral juga  diperoleh  dari  hasil  penyaringan  cross-
flow  dengan  tekanan  2,5  psi,  dengan  rata-rata kekeruhan  0,24  NTU.  Jika  hanya  dilihat  dari
kekeruhan saja maka air hasil saringan dengan metode  cross-flow dengan  tekanan  5  dan  2,5
psi  menunjukan  hasil  yang  bagus.  Hasilnya mendekati  air  mineral  yang  berbeda  hanya
0,02  dan  0,04  NTU.  Walaupun  belum diketahui  bahan  apa  saja  yang  menyebabkan
kekeruhan
dan kandungan
mineral di
dalamnya.  Secara  kasar  hasil  penyaringan cross-flow  dengan  tekanan  5  dan  2,5  psi
mungkin  hasilnya  sudah  baik.  Makin  banyak konsentrasi  zat  terlarut  maka  nilai  kekeruhan
juga akan makin tinggi dan makin rendah nilai zat  terlarut  nilai  kekeruhan  juga  akan  rendah
pula.  Adapun  jika  dibandingkan  kekeruhan sebelum  dan  sesudah  penyaringan  maka  akan
terjadi  perbedaan  yang  cukup  mencolok. Peraturan  Men.Kes  No.1Birhukmas11975
kekeruhan
yang dianjurkan
5 dan
maksimumnya  25.  Sedang  untuk  air  minum menurut
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
907MenkesSkVii2002, nilai
kekeruhan yang  dianjurkan  ialah  5  NTU.  Jika  mengacu
pada  peraturan  tersebut  maka  ada  beberapa hasil  saringan  yang  sudah  masuk  dalam
kriteria air  siap minum.
4.4 Tingkat Keasaman  pH