Salinitas Kadar Garam 4.7 Padatan Total Tersisa Tabel 8. Persen Massa Padatan Total Tersisa

kemurnian suatu zat. Zat murni yang ada di alam ini mempunyai massa jenis yang tetap. Apabila suatu dikatakan sama maka harus mempunyai nilai massa jenis yang sama. Suatu zat dapat dilihat kemurniannya dari nilai massa jenisnya. Bila ada perbedaan massa jenis pada air hasil penelitian ini dengan air murni yang bernilai 1grcc, berarti air yang ada dalam penelitina ini bukan air murni. Dalam istilah lain air dalam penelitian ini juga mengandung zat atau mineral tertentu yang bukan unsur penyusun air. Dalam dunia kesehatan ini mungkin akan berguna tapi mungkin tidak untuk bidang lain. Hasil penyaringan cross-flow dengan tekanan 5 psi A5 1,02606 grcc dan air mineral A11 mempunyai nilai 1,02603 grcc. Selisih antara duanya 0,00003 grcc, ini merupakan selisih yang sangat kecil. Dengan nilai massa jenis yang tidak menyentuh angka 1 mungkin air hasil penyaringan bukan air murni. Kemungkinan ada unsur lain dalam air tersebut. Gambar 12. Massa Jenis Air

4.6 Salinitas Kadar Garam 4.7

Untuk salinitas sendiri pengukurannya digunakan alat refraktometer. Caranya pun mudah untuk melakukan pengukuran salinitas. Pertama membersihkan tempat sampel dengan aquades. Setelah itu melakukan kalibrasi mengunakan aquades. Meneteskan aquades ke dalam tempat sampel dari alat. Lihat kondisi jika skala menunjuk angka nol. Alat sudah benar dan siap pakai. Jika belum putar panel pada ujung alat hingga skala menunjukan angka nol. Untuk pemakaian pengukuran masukan sampel ke tempat sampel. Lihat dengan menerawang skala yang ditunjuk oleh garis biru. Itulah nilai salinitasnya. Dari hasil pengamatan nilai salinitasnya nol. Hal tersebut membuktikan tidak ada kadar garam dalam air tersebut. Ini mengindikasikan mungkin bahwa batuan dan tanah di DAS tidak mempengaruhi salinitas air dalam sungai. Mungkin yang terkandung didalam air bukan termasuk garam-garaman, dimungkinkan juga logam atau partikel tanah. Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. 17 hal yang lain dapat memungkinkan hasil ini ialah kemampuan alat. Dapat dimungkinkan yang dapat diukur alat ialah garam dapur NaCl , sedangkan jenis garam-garaman yang lain tidak terukur. Jenis garam-garaman di alam ini memang banyak tapi garam yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari ialah NaCl. Garam dari unsur lain tidak begitu diperhatikan dalam kehidupan keseharian.

4.7 Padatan Total Tersisa Tabel 8. Persen Massa Padatan Total Tersisa

Jenis Air padatan total tersisa Air limbah al 4,135021 Cross-flow 7,5 psi c7,5 1,563055 Cross-flow 5 psi c5 0,358540 Cross-flow 2,5 psi c2,5 2,311482 Dead-end 7,5 psi d7,5 3,061615 Dead-end 5 psi d5 1,642628 Dead-end 2,5 psi d2,5 2,517255 Dead-end teflon 0,4 bar t0,4 6,494096 Dead-end teflon 0,38 bar t0,38 2,728732 Dead-end teflon 0,35 bar t0,35 1,666667 1,0245 1,025 1,0255 1,026 1,0265 1,027 1,0275 1,028 1,0285 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 M a ss a J en is g r c c Jenis Air Gambar 13. Persen Padatan Total Tersisa Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. 20 Dari data Tabel 8 dan Gambar 13 terlihat dengan jelas bahwa persen kadar abu terendah dimiliki oleh air hasil saringan cross-flow dengan tekanan 5 psi c5 . Hal ini sejalan dengan nilai kekeruhan dan massa jenis. Jadi jumlah zat terlarut yang terkandung dalam air hasil saringan dengan metode cross-flow pada tekanan 5 psi c5 menghasilkan mutu yang terbaik. Dengan persen kadar abu yang hanya menyentuh angka 0,35854 ini merupakan angka yang bagus untuk air. Bahan terlarut seperti tanah, pasir , dan liat yang ada sangatlah kecil. Sedangkan nilai kadar abu tertinggi didapat pada hasil saringan dengan membran teflon pada tekanan 5,8 Psi yang ditunjukan dengan kode t 0,4 pada Gambar 13 yang nilainya mencapai 6,494096 . Nilai 6,494096 memang masih jauh dibawah 10. Air dengan nilai kadar abu tersebut sudah cukup banyak mengandung bahan terlarut semisal tanah, dan liat.Untuk pengukuran nilai padatan total terlarut ini dilakukan dengan cara pengabuan. Yakni timbang massa air sampel yang akan diukur. Panaskan air sampel hingga menguap seluruhnya. Setelah menguap seluruhnya timbang massa abu yang terbentuk. Untuk mengetahui kadar kadar abu-nya, bagikan antara massa abu per massa air sebelum diuapkan seluruhnya dikalikan 100. Padatan tersisa juga dapat mengindikasikan bahwa air hasil dan limbah bukan air murni. Air murni akan teruapkan pada suhu 100 C, bahkan sebelum mencapai nilai tersebut. Makin banyak zat pencampur maka padatan tersisa akan makin banyak. Mineral yang tidak teruapkan dalam suhu 100 C sangat banyak. Mineral itulah yang tersisa pada proses ini. ini juga menunjukan kemurnian dari zat. Jika zat dengan unsur yang sejenis dan memiliki ikatan yang sejenis pula maka akan memiliki titik didih yang sama. 4.8 Viskositas Jika dilihat dari data Tabel 9 dan Gambar 14 viskositas terbaik paling mendekati air pada suhu ruang yang bernilai sekitar 0,01005 poise dimiliki oleh hasil penyaringan dengan metode dead-end dengan mengunakan membran teflon yang bertekanan 0,4 bar V8 yakni sekitar 0,012989027 poise. Sedangkan yang lain memang nilainya tidak jauh dari angka 0,012989027 poise, dan masih dalam batas toleransi untuk nilai viskositas pada suhu ruang. Viskositas merupakan nilai kekentalan atau dengan kata lain nilai alir suatu fluida. Makin kecil nilai viskositas maka zat alir tersebut akan makin bebas gerakannya. Makin besar nilai viskositasnya maka akan makin kental dan akan susah untuk mengalir. Untuk nilai viskositas air sendiri akan turun jika suhunya naik. Tabel 9. Viskositas Jenis air Viskositas poise Air limbah V1 0,015790963 Cross-flow 7,5 psi V2 0,014895406 Cross-flow 5 psi V3 0,015166586 Cross-flow 2,5 psi V4 0,014907945 Dead-end 7,5 psi V5 0,013833079 Dead-end 5 psi V6 0,013442040 Dead-end 2,5 psi V7 0,013580090 Dead-end teflon 0,4 bar V8 0,012989027 Dead-end teflon 0,38 bar V9 0,013339716 Dead-end teflon 0,35 bar V10 0,013592167 Gambar 14. Viskositas Hasil Penyaringan dan Air Limbah 1 2 3 4 5 6 7 p er se n b e ra t Jenis Air 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018 V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 v is k o si ta s p o is e Jenis Air Dari hasil Tabel dan Gambar 14 hasil penyaringan cross-flow dengan tekanan 5 psi V3 mempunyai nilai viskositas 0,015166586 poise. Ini memang masih agak jauh dari nilai air. Juga dimungkinkan terjadi kesalahan dalam pengamatan. Nilai viskositas masih dicari dengan alat manual, dan perlu pengolahan data yang cukup panjang. Mungkin akan lebih bagus jika digunakan pengukuran dengan alat digital. Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam internal suatu fluida. 6

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

Hasil penyaringan dengan membran teflon menggunakan sistem dead-end membutuhkan tekanan minimal yang besar dari pada membran selulosa asetat. Dari penelitian dengan tiga variasi tekanan debit tertinggi dari penilitian dimiliki proses dead-end dengan tekanan 5,8 psi dengan debit sebesar 0,604 mlmenit. Untuk fluks paling tinggi juga didapat pada proses dengan tekanan 5,8 psi dengan nilai fluks 0,605 cmmenit. Kekuatan membran teflon jauh lebih kuat pada saat digunakan untuk filtrasi jika dibandingkan dengan membran selulosa asetat. Pada proses penyaringan dengan membran selulosa asetat dengan metode dead-end, debit tertinggi didapatkan pada saat tekanan 7,5 psi pada penelitian ini dengan nilai debit sebesar 0,41 mlmenit. Untuk proses filtrasi membran selulosa asetat memang butuh tekanan yang lebih kecil dari pada membran teflon, tapi untuk kekuatan membran selulosa asetat rentan akan kerusakan. Kerusakan akan menjadi lebih cepat bila sampel yang diuji mengandung bahan kimia. Untuk fluks penyaringan dengan proses ini menghasilkan fluks sebesar 0,06 cmmenit. Pada penyaringan dengan proses cross-flow menghasilkan debit sebesar 0,42 mlmenit sedangkan fluks yang diperoleh 0,021cmmenit. Untuk hasil saringan sendiri metode cross-flow menghasilkan produk yang lebih bersih. Jika dilihat dengan mata telanjang saja kualitas sungi air Ciliwung sudah tidak layak digunakan untuk konsumsi. Untuk uji karakteristik kekeruhan data yang diperoleh menunjukan hasil yang terendah didapatkan pada air hasil filtrasi pada proses cross-flow dengan tekanan 5 psi. Nilai kekeruhan pada tekanan 5 psi ialah 0,22 NTU. Secara umum hasil filtrasi sudah realtif lebih bersih dari pada air limbah awalnya, dan sudah layak untuk digunakan untuk konsumsi jika dilihat dari nilai kekeruhan yang ada. Untuk karakteristik tingkat keasaman sendiri secara keseluruhan menghasilkan produk dengan pH yang sudah memenuhi persyaratan air konsumsi yakni antara 6-8. Hasil penukuran tingkat keasaman sendiri menunjukan pH ternetral didapatkan pada proses filtrasi dengan metode dead-end pada tekanan 2,5 psi. Pengukuran massa jenis menunjukan bahwa air yang diperoleh bukan air murni karena massa jenisnya tidak tepat 1 grcm 3 . Nilai massa jenis paling mendekati nilai 1 grcm 3 dimiliki oleh air hasil penyaringan dengan proses cross-flow pada tekanan 5 psi dengan nilai 1,02606 grcm 3 . Untuk pengukuran karasteristik kadar garam dalam penelitian ini tidak menunjukan adanya kandungan garam. Padatan total tersisa ialah karakteristik fisik yang diukur berikutnya. Pengukuran padatan total tersisa menunjukan semua kandungan padatan dibawah 10. Air hasil penyaringan yang memiliki nilai padatan total tersisa paling rendah ialah produk filtrasi dengan metode cross-flow menggunakan tekanan 5 psi. pengukuran kekentalan ialah karakteristik fisik yang diukur terakhir. Dari pengukuran kekentalan air produk penyaringan teflon dengan metode dead-end pada tekanan 5,8 psi mempunyai nilai kekentalan terendah. Secara umum nilai kekentalan tidak jauh berbeda dengan nilai kekentalan air pada suhu ruang. Saran Penelitian selanjutnya yang mengunakan membran selulosa asetat ataupun teflon. Untuk mengoptimalkan debit, peneliti dapat mencari berapa tekanan optimal membran untuk filtrasi. Untuk karakteristik air bisa ditambahkan uji logam yang terkandung, BOD, mikroorganisme yang ada, dan COD. Bisa juga dilakukan pengujian renik terhadap kandungan air baik setelah dan sebelum proses filtrasi.