industri yang berada di sekitar sungai cukup beragam. Selain kawasan industri di tempat
pengambilan sampel juga ada pemukiman warga. Limbah domestik dari warga di sekitar
bantaran sungai dibuang ke Sungai Ciliwung. Hal yang paling terlihat ialah aktivitas kakus
di Sungai Ciliwung. Selain itu beberapa warga juga menggunakan air sungai untuk aktivitas
cuci. Aktivitas warga lainnya yang dilakukan di
Sungai Ciliwung
ialah aktivitas
penambangan. Penambangan yang ada di sungai ialah tambang pasir yang dilakukan
oleh warga sekitar. Kegiatan penambangan ini masih dilakukan secara tradisional, dan
mengunakan alat yang sederhana. Tapi akibat aktivitas tambang ini ada butiran granula tanah
dan pasir yang larut dalam air. Butiran tanah dan pasir akan menjadi pengotor dalam air.
Butiran tanah, pasir, dan liat yang akan meningkatkan nilai kekeruhan air. Penyebab
lain tercemarnya air Sungai Ciliwung ialah pembuangan sampah oleh warga ke dalam
sungai. Jika dilihat dari analisa fisik awal dan aktivitas warga di sekitar sungai, air Sungai
Ciliwung di daerah Kedung Halang sudah tidak layak konsumsi. Pengukuran keasaman
digunakan kertas lakmus. Untuk pengukuran suhu digunakan termometer digital. Untuk
pengamatan warna air digunakan pengamatan secara kasat mata. Sedangkan untuk bau
dicium dan sedikit dirasakan dengan lidah. Warna yang keruh dan agak kecoklatan
dimungkinkan karena adanya butiran tanah yang terlarut dalam air karena aktivitas
tersebut. Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global,
dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau
daratan. Sekitar 69 air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es atau salju, dan
sisanya berasal dari air tanah. Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk
kedalam air. Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan densitas air, juga
berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur- unsur dalam air.
19
3.3. Metode Penelitian
Pada penelitian
kali ini
yang digunakan ialah metode penyaringan cross
flow dan dead end. Penelitian ini akan dibagi dalam tiga tahap yakni tahap persiapan,
pengolahan, dan penyelesaian. Pada tahap persiapan,
akan ada
beberapa proses
diantaranya proses
perancangan dan
pembuatan alat penyaring, survei lokasi pengambilan sampel.
3.3.1 Perancangan dan Pembuatan
Proses perancangan dan pembuatan alat ialah tahap awal dari penelitian ini. Pada
tahap perancangan dan pembuatan alat dikerjakan bersama dengan beberapa pihak
yang terkait dan berwenang, mulai dari proses desain sampai dengan pembuatan alat.
Survei lokasi pengambilan sampel adalah tahap awal dalam penelitian ini. Tujuan survei
lokasi ialah untuk mengamati lingkungan tempat pengambilan sampel. Dari survei
tersebut akan diambil data diantaranya sumber polusi yang bermuara ke tempat pengambilan
sampel. Jenis rumah tangga yang ada disekitar tempat pengambilan sampel. Batasan wilayah
survei ialah radius satu kilometer dari sekitar tempat pengambilan sampel. Pada saat
pengambilan sampel akan diukur suhu, dan pH air limbah.
3.3.2 Pembuatan Membran
Selulosa Asetat
Proses pembuatan membran selulosa asetat dimulai dengan melakukan penimbangan
bahan yang berupa selulosa dalam bentuk serbuk yang berwarna putih. Dalam penelitian
ini membran yang akan dibuat ialah membran selulosa asetat 12. Bahan pencampur
membran ini ialah titanium oksida TiO
2
, dan untuk bahan yang digunakan sebagai pelarut
ialah asam asetat 100. Untuk satu kali produksi membran bahan yang akan dicetak
sebanyak 10 gram.
Tahapan yang harus dilalui untuk setiap pembuatan membran selulosa asetat adalah
penimbangan bahan,
pencampuran, pencetakan, pencelupan, penguapan, dan tahap
penyimpanan. Pada tahap penimbangan harus dilakukan
dengan cermat dan teliti agar membran yang diproduksi tepat berkomposisi selulosa asetat
12. Untuk pembuatan 10 gram membran selulosa asetat perlu disiapkan bahan berupa
selulosa sebanyak 1,2 gram, TiO
2
, dan asam asetat sebagai bahan pelarut sebanyak 8,1 ml.
Campurkan semua bahan mulai dari serbuk selulosa terlebih dahulu, disusul dengan
serbuk TiO
2
dan terakhir asam asetat sembari dimasukan dengan magnetik stirer. Tutup
langsung dengan alumunium foil dan langsung nyalakan alat magnetik stirer yang sudah diset
dengan kecepatan putar 350 rpm dalam tempo 2 jam. Pengadukan dengan magnetik stirer
ialah proses pencampuran yang harus dilalui terlebih dahulu, setelah pencampuran dengan
magnetik stirer rampung dengan jeda yang sesingkat
mungkin langsung
dilanjutkan dengan pencampuran dengan alat pencampur
ultrasonik. Pada proses pencampuran dengan ultrasonik, bahan akan dihomogenkan dengan
gelombang bunyi selama 2 jam pada frekuensi 20 KHz.
Setelah tahapan
pencampuran rampung
langsung dilanjut dengan tahap pencetakan. Tuangkan larutan membran pada alat cetak
yang berdimensi 12 x 30 cm, setelah itu giling dengan
alat berbentuk
silinder hingga
terbentuk lapisan tipis pada alat cetak. Setelah tahapan ini selesai dilanjutkan dengan tahapan
pencelupan, celupkan alat cetak yang telah terbentuk lapisan tipis membran dari bahan
selulosa dengan aquades. Diamkan beberapa saat maka membran akan terlepas dengan
sendirinya dari alat cetak. Setelah membran terlepas dari alat cetak, maka akan memasuki
tahapan penguapan. Tiriskan membran pada seutas tali dengan posisi membran tergantung
agar aquades menguap. Selang sekitar 15 detik membran dapat disimpan pada sebuah wadah
dengan syarat penyimpanan dilakukan pada kondisi basah. Kondisi basah yang dimaksud
ialah
membran disimpan
dalam posisi
terendam larutan, dalam penelitian ini larutan yang digunakan untuk proses penyimpanan
ialah aquades.
3.3.3 Penyaringan Air Dengan Membran Selulosa Asetat dan Teflon