Tabel 5. Bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio akar-tajuk pada perlakuan kadar air media
Perlakuan KAM Pengamatan 14 MSA
Bobot kering tajuk g
Bobot kering akar g
Rasio akar- tajuk
48-49 40.97a
9.53a 0.24b
45-46 27.72b
9.27ba 0.37ba
42-43 21.19bc
8.93ba 0.53ba
39-40 14.01c
8.93ba 0.76a
36-37 33-34
19.83bc 13.23c
8.34b 8.60ba
0.53ba 0.67a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman KAM 33-34 menghasilkan bobot kering tajuk terendah dibandingkan dengan tanaman kontrol 48-49 dan KAM
45-46 . Secara umum kadar air media rendah menekan perkembangan tajuk lebih besar dibandingkan perkembangan akar. Hal ini mengindikasikan bahwa
tanaman jahe mempertahankan diri terhadap kekeringan dengan cara mempertahankan perkembangan akar dan menurunkan perkembangan tajuk.
Kadar air media rendah membuat tanaman kekurangan air, sehingga dapat menurunkan perkembangan vegetatif tanaman, antara lain dengan cara
mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah tunas dan luas daun. Akibatnya terjadi penurunan laju fotosintesis daun, sehingga menurunkan berat kering tajuk
dan berat kering akar. Hal ini disebabkan karena cekaman air akan menurunkan aktivitas fotosintesis melalui 3 mekanisme, yaitu: 1 luas permukaan fotosintesis,
2 menutupnya stomata, dan 3 berkurangnya aktivitas protoplasma yang telah mengalami dehidrasi Sheriff dan Muchow, 1984.
4. Pembungaan
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan kadar air media terhadap pembungaan menunjukkan KAM 45–46 dan KAM 48–49 mampu
menghasilkan spika, sedangkan perlakuan kadar air media lainnya tidak mampu menginduksi spika Tabel 6. Penelitian pada tanaman kedelai yang dilakukan
Mardiati 2007 juga menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang ditanam pada kadar air media 100 kapasitas lapang lebih cepat berbunga 29,61 hari
daripada tanaman yang ditanam pada kadar air media 40 kapasitas lapang
34,50 hari. Data hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa pertumbuhan vegetatif yang tinggi diperlukan untuk terjadinya inisiasi spika.
Tabel 6. Pengaruh kadar air media terhadap waktu kemunculan spika dan jumlah spika per rumpun
Perlakuan KAM Waktu muncul spika
MSA Jumlah spika per rumpun
48-49 9.62
0.35 45-46
8.3 0.6
42-43 39-40
36-37 33-34
Mekanisme toleransi tanaman terhadap kondisi kadar air media rendah berbeda-beda tergantung kemampuan genetik. Nurhayati dalam Mardiati 2007
menyatakan kondisi defisit air dapat menginduksi perkembangan sistem pembungaan beberapa tanaman, meningkatkan sistem perakaran, dan menurunkan
permukaan evapotranspirasi melalui penyempitan daun dan pengguguran daun. Pengaruh kadar air media rendah berlanjut hingga tanaman mulai
memasuki masa generatif, terlihat pada hasil pengamatan bahwa kadar air media rendah tidak cukup mampu untuk menginisiasi bunga. Pengamatan pada spika
yang telah muncul menunjukkan spika tersebut tidak menghasilkan bunga, karena spika sudah layu sebelum muncul bunga Gambar 4.
Gambar 4. Spika yang layu sebelum muncul bunga Spika jahe terinisiasi dalam rimpang yang terinduksi oleh kandungan
karbohidrat yang tinggi, oleh karena itu diperlukan pertumbuhan vegetatif
tanaman yang tinggi agar asimilat yang diakumulasi pada rimpang mencukupi untuk inisiasi pembungaan. Sebaliknya, tanaman yang tumbuh dalam kadar air
media rendah mengalami penurunan pertumbuhan yang pada akhirnya memperlambat akumulasi karbohidrat dalam rimpang, sehingga inisiasi lambat
terjadi atau tidak terjadi sama sekali. Menurut Sheriff dan Muchow 1984, pada beberapa kasus, ketersediaan air yang rendah diperlukan untuk menginduksi
pembungaan, seperti tanaman kopi yang memerlukan periode kekurangan air untuk berbunga.
5. Berat rimpang dan tebal rimpang