Luas daun merupakan parameter perkembangan tajuk yang sangat peka terhadap kekurangan air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan
perluasan daun. Tanaman jahe termasuk yang menunjukkan respon penurunan luas daun akibat cekaman kekeringan sebagai mekanisme pertahananan tanaman
terhadap kekeringan untuk mengurangi tingkat transpirasi. Penurunan luas daun pada 8 MSA selain karena cekaman kekeringan yang dialami tanaman saat
pertumbuhan vegetatif, juga karena pada umur 4 – 5 bulan tanaman mulai memasuki pertumbuhan generatif, sehingga laju pertumbuhan vegetatif melambat
dan mulai mengarah pada pengisian rimpang. Tanaman yang tumbuh pada kondisi kadar air rendah 33-34 menyebabkan penurunan luas daun sekitar 22.78
dibandingkan tanaman yang tumbuh pada kapasitas lapang 48-49 . Watts dalam Sheriff dan Muchow 1984 menyatakan bahwa penurunan
luas daun pada sebagian besar tanaman tropis yang ditanam di rumah kaca lebih peka dibanding dengan di lapang. Penelitian Hapsoh 2003 menunjukkan bahwa
respon morfologi dan fisiologi pada tanaman kedelai di berbagai tingkat kadar air media menyebabkan perbedaan luas daun yang berbeda. Tanaman pada kondisi
kadar air media rendah hingga mencapai cekaman kekeringan berat menyebabkan luas daun berkurang.
3. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar
Bobot kering merupakan parameter pertumbuhan yang umum digunakan untuk mengamati dampak cekaman terhadap tanaman. Ketersediaan air pada
media sangat mempengaruhi bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Bobot kering tajuk yang diukur merupakan seluruh tunas yang luruh saat dimulai
perlakuan sampai panen, sedangkan bobot kering akar diukur pada saat panen. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan kadar air media berpengaruh
nyataterhadap bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio akartajuk Lampiran 8. Tanaman kontrol yang berada pada kapasitas lapang memiliki
bobot kering tajuk rata-rata tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lain. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kadar air media semakin rendah pula
bobot kering tajuk. Tanaman jahe menunjukkan respon terhadap kekeringan dengan meningkatkan rasio akar-tajuk Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio akar-tajuk pada perlakuan kadar air media
Perlakuan KAM Pengamatan 14 MSA
Bobot kering tajuk g
Bobot kering akar g
Rasio akar- tajuk
48-49 40.97a
9.53a 0.24b
45-46 27.72b
9.27ba 0.37ba
42-43 21.19bc
8.93ba 0.53ba
39-40 14.01c
8.93ba 0.76a
36-37 33-34
19.83bc 13.23c
8.34b 8.60ba
0.53ba 0.67a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman KAM 33-34 menghasilkan bobot kering tajuk terendah dibandingkan dengan tanaman kontrol 48-49 dan KAM
45-46 . Secara umum kadar air media rendah menekan perkembangan tajuk lebih besar dibandingkan perkembangan akar. Hal ini mengindikasikan bahwa
tanaman jahe mempertahankan diri terhadap kekeringan dengan cara mempertahankan perkembangan akar dan menurunkan perkembangan tajuk.
Kadar air media rendah membuat tanaman kekurangan air, sehingga dapat menurunkan perkembangan vegetatif tanaman, antara lain dengan cara
mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah tunas dan luas daun. Akibatnya terjadi penurunan laju fotosintesis daun, sehingga menurunkan berat kering tajuk
dan berat kering akar. Hal ini disebabkan karena cekaman air akan menurunkan aktivitas fotosintesis melalui 3 mekanisme, yaitu: 1 luas permukaan fotosintesis,
2 menutupnya stomata, dan 3 berkurangnya aktivitas protoplasma yang telah mengalami dehidrasi Sheriff dan Muchow, 1984.
4. Pembungaan