1. Menjelang desentralisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai membaik dan disertai dengan program-program jaring pengaman sosial yang menguntungkan
kelompok masyarakat berpendapatan bawah. Setelah desentralisasi fiskal, kebijakan ekonomi pada awalnya terlihat lebih menguntungkan kelompok
masyarakat kalangan atas, namun pada tahun berikutnya ada indikasi mulai menguntungkan kelompok masyarakat ekonomi bawah.
2. Dari analisis determinan diperoleh kesimpulan bahwa sektor-sektor yang bersentuhan dengan masyarakat ekonomi bawah atau miskin adalah sektor
pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan, infrastruktur. 3. Desentralisasi fiskal memiliki pengaruh positif dengan kinerja fiskal dan
perekonomian, desentralisasi fiskal memiliki pengaruh negatif dengan distribusi pendapatan tetapi secara statistik pengaruhnya tidak nyata. Terhadap
kemiskinan, desentralisasi fiskal memiliki arah positif dengan indeks kemiskinan dengan pengaruh nyata. Berdasarkan hasil simulasi, peningkatan
tiga jenis pengeluaran pemerintah yaitu sektor pertanian, sektor pendidikan dan kesehatan, serta sektor perumahan dan kesejahteraan ternyata berdampak
positif terhadap kinerja ekonomi, pemerataan pendapatan, dan penurunan tingkat kemiskinan. Pengeluaran pemerintah sektor pertanian memiliki
pengaruh paling besar dan signifikan.
2.3. Kerangka Pemikiran
Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola rumah tangganya sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan. Transfer kewenangan yang diikuti dengan transfer anggaran kepada pemerintah daerah
diharapkan dapat berjalan efektif. Pengelolaan potensi keuangan yang dipegang langsung oleh pemerintah daerah akan meningkatkan penerimaan daerah untuk
dapat mencapai kemandirian daerah. Apabila penerimaan daerah meningkat maka pemerintah daerah mampu membiayai berbagai kegiatan pembangunan daerah.
Masalah mendasar seperti kemiskinan dan pengangguran diharapkan dapat dengan cepat diatasi sejalan dengan pemberian kewenangan pusat ke daerah untuk
mengelola potensi ekonomi dan keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
Dalam penelitian ini pengeluaran pemerintah diarahkan kepada sektor pertanian, pendidikan dan kesehatan serta sektor lainnya. Sektor pendidikan dan
kesehatan digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian dan lainnya. Sektor lainnya yang dimaksud adalah sektor selain sektor
pertanian dan pendidikan serta kesehatan. Sektor pertanian dipilih karena sektor pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling banyak di Provinsi Jawa
Tengah. Banyaknya tenaga kerja di sektor pertanian seharusnya menjadi salah satu pertimbangan pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran
pengeluaran di sektor pertanian. Alokasi anggaran di sektor pertanian diduga akan meningkatkan PDRB sektor pertanian dan mempengaruhi pembentukan PDRB
total. Tujuan akhir untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan diharapkan dapat dicapai dengan menggerakkan sektor pertanian.
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Analisis Kebijakan Fiskal terhadap
Pengangguran dan Kemiskinan
UU No. 32 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
Kinerja keuangan daerah : PAD, Bagi Hasil, Dana Transfer
Pengeluaran Fungsional Pemerintah sektor pertanian, pendidikan, kesehatan
dan lainnya
PDRB sektor lainnya
PDRB kabupaten dan kota meningkat tiap tahun.
Penciptaan lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran
Kemiskinan berkurang
Analisis Ekonometrika : Model Persamaan Simultan
Metode 2SLS Analisis
deskriptif kualitatif
Implikasi kebijakan fiskal untuk mengatasi permasalahan pengangguran dan kemiskinan
PDRB sektor pertanian
2.4. Hipotesis Penelitian