Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Pengeluaran, AE AE = Y AE 1 = C 1 + I 1 + G 1 + N x1 B Δ G AE = C + I + G + N x0 A Δ Y Output, Y Y Y 1 Harga,P AD 1 AD Output, Y Y Y 1 Sumber : Mankiw,2003 Gambar 2.3. Hubungan Kebijakan Pengeluaran Pemerintah dengan Permintaan Agregat

2.2. Penelitian Terdahulu

Yudhoyono 2004 melakukan penelitian tentang dampak penerapan kebijakan fiskal pengeluaran dan penerimaan terhadap pengangguran dan kemiskinan menggunakan pendekatan ekonometrika dengan membangun model sistem persamaan simultan yang terdiri dari 22 persamaan struktural dan 9 persamaan identitas. Model diduga dengan persamaan 2SLS kemudian hasil pendugaan parameter digunakan untuk melakukan simulasi skenario-skenario kebijakan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rejim pemerintahan berpengaruh nyata terhadap kinerja perekonomian. Pemerintahan orde baru cenderung menurunkan PDB dan mengakibatkan kemiskinan meningkat. Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Fakhru 2007 melakukan penelitian tentang dampak otonomi daerah terhadap pengurangan kemiskinan dengan studi kasus Provinsi Riau. Hasil dari penelitian adalah tingkat kesejahteraan masyarakat Riau terus mengalami peningkatan, kinerja fiskal dan perekonomian daerah serta penurunan tingkat kemiskinan. Kebijakan yang menyentuh langsung dengan rakyat miskin seperti pembukaan lapangan pekerjaan, peningkatan upah, bantuan dan subsidi yang diberikan kepada penduduk miskin langsung maupun tidak langsung berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemiskinan di perkotaan maupun di pedesaan. Hasugian 2006 melakukan penelitian tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja keuangan daerah dan kemiskinan di kabupaten dan kota Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat kemandirian daerah sesudah desentralisasi fiskal yang ditunjukkan dengan menurunnya rasio PAD dan meningkatnya Dana Alokasi Umum DAU. Laju kemiskinan di kabupaten dan kota sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal menunjukkan kenaikan dan penurunan jumlah atau cenderung berfluktuasi. Sasana 2009 melakukan penelitian peran desentralisasi fiskal terhadap kinerja ekonomi di kabupatenkota Provinsi Jawa Tengah. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa desentralisasi fiskal memiliki pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi di daerah kabupatenkota. Pertumbuhan ekonomi positif ini memengaruhi penyerapan tenaga kerja dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat kemiskinan. Waluyo 2007 melakukan studi tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antardaerah di Indonesia. Asumsi utama yang digunakan adalah tidak ada keterkaitan antar daerah. Hasil yang didapat adalah desentralisasi fiskal mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi di daerah pusat bisnis dan daerah yang kaya dengan sumber daya alam daripada daerah yang bukan pusat bisnis dan miskin sumber daya alam. Di samping itu desentralisasi fiskal akan berdampak mengurangi ketimpangan pendapatan antardaerah antara Kawasan Barat Indonesia KBI dan Kawasan Timur Indonesia KTI. Namun demikian dampak desentralisasi fiskal untuk mengurangi kesenjangan antar daerah lebih terasa di Kawasan Timur Indonesia KTI dibandingkan Kawasan Barat Indonesia KBI. Kesimpulan secara umum adalah kebijakan desentralisasi fiskal belum mampu mengurangi kesenjangan pendapatan antar daerah. Usman 2006 melakukan penelitian tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Peneliti menggunakan seluruh provinsi di Indonesia dan didisagregasi berdasarkan kawasan dan pulau-pulau besar di Indonesia. Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Menjelang desentralisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai membaik dan disertai dengan program-program jaring pengaman sosial yang menguntungkan kelompok masyarakat berpendapatan bawah. Setelah desentralisasi fiskal, kebijakan ekonomi pada awalnya terlihat lebih menguntungkan kelompok masyarakat kalangan atas, namun pada tahun berikutnya ada indikasi mulai menguntungkan kelompok masyarakat ekonomi bawah. 2. Dari analisis determinan diperoleh kesimpulan bahwa sektor-sektor yang bersentuhan dengan masyarakat ekonomi bawah atau miskin adalah sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan, infrastruktur. 3. Desentralisasi fiskal memiliki pengaruh positif dengan kinerja fiskal dan perekonomian, desentralisasi fiskal memiliki pengaruh negatif dengan distribusi pendapatan tetapi secara statistik pengaruhnya tidak nyata. Terhadap kemiskinan, desentralisasi fiskal memiliki arah positif dengan indeks kemiskinan dengan pengaruh nyata. Berdasarkan hasil simulasi, peningkatan tiga jenis pengeluaran pemerintah yaitu sektor pertanian, sektor pendidikan dan kesehatan, serta sektor perumahan dan kesejahteraan ternyata berdampak positif terhadap kinerja ekonomi, pemerataan pendapatan, dan penurunan tingkat kemiskinan. Pengeluaran pemerintah sektor pertanian memiliki pengaruh paling besar dan signifikan.

2.3. Kerangka Pemikiran