Krisis ekonomi yang dimulai dengan krisis keuangan pada pertengahan tahun 1997 telah berlalu selama sebelas tahun lebih. Kebijakan-kebijakan yang
dilakukan pemerintah khususnya investasi selama sebelas tahun tersebut, mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Pemerintah juga menyatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia tahun 2007 telah kembali seperti pada saat sebelum krisis keuangan tahun 1997.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh investasi pemerintah terhadap distribusi pendapatan rumah tangga sebagai salah satu
indikator kesejahteraan rakyat. Penelitian ini dilakukan selama tiga periode yang menggambarkan keadaan sebelum krisis tahun 1997, pada saat krisis dan sebelas
tahun lebih setelah masa krisis dimana pemerintah mengeluarkan pernyataan tersebut. Periode pertama diwakili oleh keadaan tahun 1996, periode kedua
diwakili oleh keadaan tahun 1998 dan periode terakhir diwakili oleh keadaan tahun 2008.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan utama yang ingin diteliti adalah apakah investasi pemerintah dapat mengurangi kesenjangan ekonomi yang
terjadi di masyarakat. Permasalahan tersebut dapat juga dituliskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana gambaran umum distribusi pendapatan rumah tangga? 2. Bagaimana gambaran variasi pola investasi pemerintah?
3. Bagaimana pengaruh investasi pemerintah terhadap distribusi pendapatan rumah tangga?
4. Bagaimana perbandingan distribusi pendapatan rumah tangga antar berbagai pola investasi pemerintah?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran secara umu tentang distribusi pendapatan rumah
tangga. 2. Memberikan gambaran tentang berbagai pola investais pemerintah.
3. Menganalisa pengaruh investasi pemerintah terhadap distribusi pendapatan rumah tangga.
4. Menganalisa perbandingan distribusi pendapatan rumah tangga antar berbagai pola investasi pemerintah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk melihat perbandingan pengaruh investasi pemerintah tahun 1996 yang mewakili masa sebelum krisis keuangan tahun 1997
terhadap distribusi pendapatan rumah tangga tahun yang sama, pengaruh investasi pemerintah tahun 1998 yang mewakili masa krisis keuangan tahun 1997
terhadap distribusi pendapatan rumah tangga tahun yang sama, serta pengaruh investasi pemerintah tahun 2008 yang mewakili masa sebelas tahun setelah krisis
keuangan tahun 1997 terhadap distribusi pendapatan rumah tangga tahun yang sama.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pencapaian pembangunan melalui distribusi pendapatan rumah tangga sebagai
dampak kegiatan investasi pemerintah. Hal ini akan sangat berguna bagi decision maker sebagai salah satu bahan evaluasi dan dasar perencanaan berikutnya dalam
membuat kebijakan tentang investasinya, agar terwujud tujuan akhir pembangunan nasional yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perekonomian Indonesia
Para ekonom tradisional memberikan arti pada istilah pembangunan development sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional -yang kondisi
ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup
lama- untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto
atau GNI Gross National Income. Indeks ekonomi lainnya yang juga
sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat
pertumbuhan pendapatan perkapita income per capita atau GNI perkapita Todaro, 2006. Pencapaian pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun
perkapita, diyakini akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lainnya, yang pada akhirnya
akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Inilah yang
secara luas dikenal sebagai prinsip ‘efek penetesan ke bawah’ trickle down effect. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang
paling diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti soal kemiskinan, diskriminasi, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan, seringkali
dinomorduakan Todaro, 2006. Tambunan 1996 menuliskan bahwa pembangunan ekonomi di Indonesia
sampai Pelita V memilih strategi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan output sektor-sektor dominan, sehingga pendapatan nasional akan meningkat dan
memiliki laju pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat Suhartini, 2000. Tujuan jangka panjang dari pembangunan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan efektif untuk
menanggulangi masalah-masalah ekonomi, seperti kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran. Dengan kepercayaan yang penuh akan ada efek “cucuran ke
bawah” trickle down effect pada awalnya pemerintah memusatkan
pembangunan hanya di sektor-sektor tertentu yang secara potensial dapat menyumbangkan nilai tambah yang besar dalam waktu yang tidak panjang
Tambunan, 2009. Pada tingkat makro, perekonomian Indonesia mencapai pertumbuhan yang
cukup mengagumkan. Selama periode 1969 – 1990 laju pertumbuhan PDB pada harga konstan rata-rata per tahun di atas 7 lihat tabel 1. Akan tetapi pada
tingkat mikro, hasil pembangunan di Indonesia tidak terlalu menggemberikan seperti pada tingkat makro. Walaupun jumlah penduduk miskin mengalami
penurunan selama masa orde baru, tetapi kesenjangan ekonomi serta sosial cenderung melebar Tambunan, 2009.
2.1.2 Peranan Pemerintah dalam Perekonomian
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka 2002 mendefinisikan pemerintah sebagai 1 sistem yang menjalankan wewenang dan
mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu Negara atau bagian- bagiannya; 2 sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggung
jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan; 3 penguasa suatu negara bagian
Negara; 4 badan tertinggi yang memerintah suatu Negara seperti kabinet merupakan suatu pemerintah; 5 Negara atau negeri sebagai lawan partikelir
atau swasta; 6 pengurus atau pengelola Priyarsono, et. al, 2007. Berdasarkan definisi pemerintah yang pertama memperlihatkan bahwa pemerintah mempunyai
peranan dalam menjalankan wewenang dan mengatur perekonomian nasional. Menurut Tambunan 2009, pada prinsipnya pemerintah mempunyai tugas
sebagai stabilisator, fasilitator, stimulator dan regulator, sedangkan pelaku ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada swasta. Tugas ini direalisasikan melalui
berbagai macam kebijakan, peraturan dan perundang-undangan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sekaligus mendorong pertumbuhan
ekonomi pada tingkat tertentu yang menciptakan kesempatan kerja penuh, yang berarti mengurangimenghilangkan pengangguran dan kemiskinan.
Publikasi BPS tahun 1998 tentang ‘Neraca Pemerintahan Pusat Indonesia’ menjelaskan bahwa kegiatan pemerintah dalam arti luas adalah
kegiatan penyelenggaraan Negara, penyediaan sarana dan prasarana umum, jasa pelayanan kebutuhan dasar, yang umumnya berorientasi pada kepentingan
masyarakat. Dengan demikian kegiatan pemerintah tidak bisa disamakan dengan kegiatan bisnis yang umumnya bertujuan mencari keuntungan dengan cara
meningkatkan efisiensi. Sedangkan Priyarsono, et.al dalam ‘Ekonomi Publik’ tahun 2007 membedakan kegiatan pemerintah ke dalam 4 kategori, yaitu produksi
barang dan jasa, peraturan dan pemberian subsidi untuk produksi swasta, pembelian barang dan jasa dari pembelian keperluan militer sampai jasa
pembersih jalan, redistribusi pendapatan. Kegiatan pemerintah dalam hal
pembelian barang dan jasa ini sebagian ditujukan untuk keperluan investasi, sebagai pengeluaran pembangunan infrastruktur yang di masa depan diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Sehingga dapat dikatakan bahwa investasi pemerintah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2.1.3 Investasi Pemerintah
BPS 1999 menuliskan bahwa dalam upaya menjaga kesinambungan dan kelanjutan pembangunan nasional di Indonesia yang telah dilakukan, pemerintah
sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai peran yang cukup besar dan menonjol disamping pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Sehingga diperlukan dana
investasi yang cukup besar untuk mempertahankan hasil-hasil pembangunan tersebut Suhartini, 2000. Selaras dengan yang ditulis oleh Bapindo 1990,
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang pesat selama ini, tidak terlepas dari peranan pemerintah dalam hal investasinya Suhartini, 2000.
Investasi atau PMTB pemerintah menurut System of National Accounts SNA adalah pengeluaran pemerintah untuk pengadaan, pembuatan dan pembelian
barang modal capital goods baru di dalam negeri, dan pembelian barang modal bekas dari luar negeri, dikurangi dengan penjualan dari barang-barang modal
bekas, yang semua kegiatannya dilakukan di dalam negeri domestik BPS,
1999. Investasi pemerintah tersebut meliputi pengeluaran untuk sarana dan
prasarana ekonomi, seperti bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; jalan, jembatan dan konstruksi lainnya; mesin dan peralatan; kendaranaan;
perbaikan besar pada modal; tanah dan ternak BPS, 1997. Investasi tersebut di
atas bertujuan untuk mendukung perkembangan dunia usaha, terutama untuk menunjang produktifitasnya dan pertumbuhan output, serta untuk menunjang
pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Artinya investasi ini merupakan fasilitas bagi tumbuhnya unit-unit usaha. Tentunya unit-unit usaha tersebut membutuhkan
faktor produksi yang dimiliki rumah tangga untuk menjalankan usahanya. Rumah tangga akan menerima pembayaran sebagai balas jasa atas faktor produksi yang
digunakan dalam usaha di atas, yang akhirnya menciptakan distribusi pendapatan bagi rumah tangga Sukirno, 1994. Sehingga tujuan akhir pembangunan yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat terwujud.
2.1.4 Ukuran Kesejahteraan Rakyat
Kesejahteraan penduduk yang ingin dicapai melalui pembangunan dapat dilihat dari distribusi pendapatan sekaligus pendapatan perkapita. Para ahli
ekonomi membedakan dua ukuran distribusi pendapatan yaitu distribusi pendapatan perorangan sebagai perorangan atau rumah tangga, dan distribusi
pendapatan fungsional sebagai pemilik factor produksi. Distribusi pendapatan perorangan atau ukuran menggambarkan bagaimana pendapatan nasional yang
diterima oleh perorangan atau rumah tangga, menurut golongan pendapatan yang mereka terima. Pada konsep ini tidak memperhitungkan cara memperoleh
pendapatan, tempat dan sektor sumber penerimaannya. Sedangkan distribusi pendapatan fungsional yang disebut juga dengan distribusi faktor menerangkan
distribusi pendapatan berdasarkan peranan masing-masing faktor produksi yang didistribusikan distributive factor share. Misalnya pendapatan yang diterima
sebagai tenaga kerja, sebagai pemilik modal dan kekayaan Todaro, 2006. Kedua
ukuran distribusi pendapatan di atas telah terangkum dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE yang didefinisikan sebagai distribusi pendapatan faktorial
distribusi pendapatan perorangan atau ukuran dan distribusi pendapatan institusi distribusi pendapatan fungsional atau fakor.
2.1.5 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Hubungan variabel sosial dan ekonomi masyarakat dijelaskan melalui
kerangka dasar SNSE yang merupakan suatu sistem analisis yang dapat membedakan proses:
• struktur produksi • distribusi pendapatan faktor produksi dalam kegiatan produksi
• pendapatan, konsumsi, investasi dan tabungan. Hubungan dari ketiga proses tersebut, dapat dimulai dari pengeluaran rumah
tangga berupa konsumsi, dan tabungan yang akhirnya menciptakan investasi. Selanjutnya konsumsi tersebut menciptakan permintaan akan output dan secara
tidak langsung menciptakan permintaan akan faktor produksi. Balas jasa terhadap faktor produksi menciptakan distribusi pendapatan rumah tangga. Hubungan
tersebut dapat dilihat di dalam diagram berikut.
Keinginan dan Kebutuhan Permintaan Akhir 1
Struktur Produksi 2
Distribusi Pendapatan
InstisusiRumah Tangga 4 Distribusi
Kekayaan 7
Distribusi Pendapatan Faktorial 3
Tabungan 5 Investasi 6
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 1. Diagram antar Sub Sistem
Sebagai contoh permintaan mie instant untuk rumah tangga mengalami kenaikan 1. Untuk memenuhinya dibutuhkan supply mie instant yang lebih
banyak, sehingga outputnya pun meningkat 2. Peningkatan output tersebut membutuhkan faktor produksi yang lebih besar, seperti tenaga kerja, modal dan
lainnya. Balas jasa atas faktor produksi dalam proses produksinya menimbulkan distribusi pendapatan faktorial 3. Rumah tangga sebagai pemilik faktor produksi
menerima pendapatan dari faktor yang dimilikinya 3 dan 7, yang menciptakan distribusi pendapatan rumah tangga 4. Pendapatan ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya dan sisanya ditabung 5 yang akan menciptakan investasi 6.
2.2 Identifikasi variabel
SNSE mengklasifikasikan neraca ke dalam empat neraca yang utama, yaitu
• Neraca faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja dan bukan tenaga kerja, dengan kode 1 - 9.
• Neraca Institusi yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, dengan kode 10 - 17.
• Neraca Sektor Produksi yang merupakan kegiatan produksi untuk total komoditi domestik dan impor, dengan kode 18 - 22.
• Neraca Lainnya yang meliputi margin perdagangan dan pengangkutan dengan kode 23, neraca kapital dengan kode 24, pajak tak langsung minus subsidi
dengan kode 25 dan neraca luar negeri dengan kode 26.
Neraca-neraca tersebut dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu neraca endogen neraca faktor produksi kode 1 - 9, neraca institusi kode 10 - 17 dan
neraca sektor produksi kode 18 - 22 dan neraca eksogen neraca atau variabel yang dijadikan alat untuk mengatur kebijaksanaan policy tools oleh pemerintah
atau variabel yang sulit dikontrol, terdiri dari institusi pemerintah kode 17, neraca kapital kode 24, pajak tak langsung netopajak tak langsung minus
subsidi kode 25 dan neraca luar negeri kode 26. Isian sel pada neraca sektor produksi dalam tulisan ini merupakan aggregasi dari neraca sektor produksi yang
dirinci menurut komoditi domestik dan komoditi impor. Sehingga dalam SNSE ukuran 26 26 ini, isiannya berupa total komoditi domestik dan impor menurut
sektor produksi isian baris dan kolom 18 – 22. Faktor eksogen yang dimaksud dalam tulisan ini adalah investasi
pemerintah, yaitu isian pada neraca kapital menurut sektor produksi isian baris 18 - 22 kolom 24. Sedangkan neraca endogen yang dimaksud adalah neraca institusi
rumah tangga yang berarti distribusi pendapatan rumah tangga isian baris 10 - 15 kolom total. Keterangan setiap kode, dari 1 sampai 26 dijelaskan lebih lanjut
dalam lampiran.
2.3 Keterbatasan SNSE