Latar Belakang Pengaruh Pola Investasi Pemerintah Terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para ekonom tradisional menyatakan bahwa tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara secara umum hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan Gross National Income GNI, baik secara keseluruhan maupun perkapita, yang diyakini akan memiliki ‘efek penetesen ke bawah’ trickle down effect. GNI tersebut akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil- hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Hal ini berarti tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti persoalan kemiskinan, diskriminasi, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan, seringkali dinomorduakan Todaro, 2006. Perekonomian Indonesia pada masa Orde Baru, sejak repelita I dan repelita-repelita berikutnya mencapai pertumbuhan yang cukup mengagumkan. Tabel 1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDB pada harga konstan selama periode 1969 – 1990, secara rata-rata berada di atas 7 per tahun. Akan tetapi pada tingkat mikro, hasil pembangunan tersebut dapat dikatakan tidak seperti yang terlihat pada tingkat makro. Walaupun jumlah penduduk miskin mengalami penurunan selama masa orde baru, tetapi kesenjangan ekonomi serta sosial cenderung melebar Tambunan, 2009. Tabel 1. PDB dan Laju Pertumbuhannya per Tahun: 1969-1990 Atas Dasar Harga Konstan Tahun Pertumbuhan Tahun Pertumbuhan PDB triliun Laju PDB triliun Laju 1969 4,8 - 1980 11,2 9,9 1970 5,2 7,5 1981 12,1 7,9 1971 5,6 7,0 1982 12,3 2,2 1972 6,1 9,4 1983 12,877,6 4,2 1973 6,8 11,3 1984 83,0 7,0 1974 7,3 7,6 1985 85,1 2,5 1975 7,6 5,0 1986 90,1 5,9 1976 8,2 6,9 1987 94,5 4,9 1977 8,9 8,9 1988 99,9 5,8 1978 9,6 7,7 1989 104,5 7,5 1979 10,2 6,3 1990 112,4 7,2 angka dibulatkan dan tahun-tahun setelah itu atas dasar harga 1983 sebelumnya atas dasar harga 1973 Sumber: Tabel 2.4 di Tambunan 2009 Kesenjangan ekonomi dapat dilihat berdasarkan perbandingan pendapatan disposabel pendapatan setelah pajak dikurangi dengan penerimaan transfer dari rumah tangga lain antara rumah tangga golongan bawah sebagai penerima pendapatan terendah dan rumah tangga golongan atas sebagai penerima pendapatan tertinggi. Tabel 2 menunjukkan bahwa perbandingan pendapatan disposabel antara rumah tangga golongan rendah dan atas pada tahun 1975 sebesar 1:6,7. Nilai ini mempunyai arti bahwa rumah tangga golongan atas mempunyai pendapatan disposabel sebesar 6,7 kali pendapatan yang dimiliki oleh rumah tangga golongan bawah. Mulai tahun 1990-an, perbandingan ini semakin besar dan perbandingan paling besar terjadi pada saat krisis tahun 1998, yaitu sebesar 1:9,53. Hal ini menandakan bahwa kesenjangan ekonomi antara rumah tangga golongan bawah dan atas semakin besar pada saat krisis tahun 1998. Tabel 2. Perbandingan Pendapatan Disposibel Antar Rumah Tangga Selama Tahun 1975 – 1998 Golongan Rumah Tangga 1975 1980 1985 1990 1993 1995 1998 1. Rumah Tangga Buruh Tani 1.00 1.00 1.04 1.00 1.00 1.00 1.00 2. Rumah Tangga petani gurem yang memiliki lahan pertanian = 0,5 Ha

1.08 1.31 1.00 1.32 1.62 1.57 1.65