perbandingan antara rumah tangga yang memiliki pendapatan perkapita terendah dengan tertinggi dapat menggambarkan kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
Tabel 10 Pendapatan Perkapita dan Perbandingannya Terhadap Pendapatan Perkapita Terendah, menurut Golongan Rumah Tangga Tahun 1996, Tahun 1998
dan Tahun 2008
Golongan Rumah Tangga Pendapatan Perkapita dan Perbandingannya Terhadap
Pendapatan Perkapita Terendah Tahun 1996
Tahun 1998 Tahun 2008
Nilai Ribu
Rp Perban
dingan Nilai
Ribu Rp
Perban dingan
Nilai Ribu
Rp Perban
dingan
1 2 3 4 5 6 7
Rumah tangga pertanian – buruh 27,52
1.00 21,41
1.00 182,83
1.00
Rumah tangga pertanian - pengusaha 52,04
1.89 44,88
2.10 297,06
1.62 Rumah tangga gol. Rendah di desa
85,54 3.11
66,15 3.09
364,63 1.99
Rumah tangga gol. Atas di desa 204,34
7.43 213,08
9.96 864,89
4.73 Rumah tangga gol. Rendah di kota
125,87 4.57
93,83 4.38
532,47 2.91
Rumah tangga gol. Atas di kota 348,66
12.67 298,90
13.96 1,553,95
8.50
Sumber: Hasil Olahan
Berdasarkan table terlihat bahwa nilai perbandingan antara pendapatan
perkapita terendah dengan yang tertinggi sebesar 1 : 12,67. berarti bahwa rumah tangga golongan atas di kota mempunyai pendapatan perkapita sebesar 12,67 kali
pendapatan perkapita rumah tangga pertanian yang bekerja sebagai buruh. Nilai perbandingan pada saat krisis tahun 1998 sebesar 1 : 13,96 berarti bahwa rumah
tangga golongan atas mempunyai pendapatan perkapita sebesar 13,97 kali dari pendapatan perkapita terendah. Nilai ini menunjukkan kesenjangan yang semakin
melebar pada saat krisis. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam investasinya tidak tepat dalam mengurangi kesenjangan yang
terjadi. Nilai perbandingan pendapatan perkapita tahun 2008 sebesar 1 : 8,50
berarti bahwa rumah tangga golongan atas di kota memiliki pendapatan perkapita sebesar 8,50 kali pendapatan perkapita terendah. Penurunan nilai perbandingan ini
menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan yang semakin lebar pada tahun 1998, berkurang pada tahun 2008. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa
kebijakan pemerintah dalam hal investasinya bias dikatakan tepat dalam mengurangi kesenjangan yang ada.
Berdasarkan kedua fenomena tersebut, dapat dikatakan bahwa krisis membawa dampak terhadap pengaruh investasi pemerintah terhadap distribusi
pendapatan rumah tangga. Pengaruh investasi pemerintah pada saat krisis tahun 1998, menyebabkan penurunan pendapatan perkapita dan peningkatan
kesenjangan jika dibandingkan dengan tahun 1996. Hal ini mungkin saja terjadi karena kondisi perekonomian yang sedang tidak stabil, sehingga peran pemerintah
tidak langsung dirasakan oleh masyarakat. Tetapi setelah perekonomian pulih dari krisis menurut pemerintah, maka pengaruh investasi pemerintah tahun 2008
telah menyebabkan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan penurunan kesenjangan pendapatan yang sempat melebar pada krisis.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan