Analisis kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian dan distribusi pendapatan rumah tangga di Indonesia
RUMAH TANGGA DI INDONESIA
OLEH
APSARI DIANING BAWONO H14103060
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(2)
RUMAH TANGGA DI INDONESIA
Oleh
APSARI DIANING BAWONO H14103060
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(3)
APSARI DIANING BAWONO. Analisis Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia (di bawah bimbingan SAHARA).
Ekspor netto merupakan salah satu komponen penyusun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi pengeluaran. Salah satu sumberdaya nasional yang memiliki potensi yang besar sebagai komoditas ekspor adalah sumberdaya perikanan. Kondisi geografis Indonesia yang 62 persen terdiri atas lautan memberikan peluang yang besar untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan untuk meningkatkan ekspor netto. Potensi perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu secara keseluruhan kapasitasnya mencapai 65 juta ton. Namun, hingga saat ini hanya sekitar enam juta ton atau sembilan persen dari keseluruhan potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan. Padahal, kebutuhan ikan baik di pasar dunia maupun di pasar domestik terus meningkat. Potensi ekspor perikanan yang belum tergarap tersebut berpeluang untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan sektor-sektor perekonomian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nasional. Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis berapa besar dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap pendapatan sektor perikanan dan pendapatan sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia, dan (2) menganalisis berapa besar dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga di Indonesia.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 yang berupa matriks berukuran 102 x 102. Tabel tersebut kemudian diagregasi menjadi berukuran 53 x 53. Penelitian ini menggunakan alat bantu piranti lunak Microsoft Excel 2003 dan E-Views4.1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengganda sektor perikanan yang terbesar adalah untuk rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu 0.4676. Adapun untuk rumah tangga buruh pertanian hanya sebesar 0.1236, yang berarti bahwa jika pendapatan sektor perikanan meningkat sebesar satu juta rupiah, maka pendapatan rumah tangga buruh pertanian hanya akan menerima kenaikan pendapatan sebesar Rp 123 600.
Pada dekomposisi pengganda diperoleh masing-masing nilai pengganda untuk pengganda transfer, open loop, dan close loop. Hasil dekomposisi pengganda transfer, menunjukkan bahwa pengganda yang terbesar adalah terhadap sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar 1.0535, diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan (0.2783), sektor angkutan dan komunikasi (0.0850), sektor industri kimia, pupuk, industri dari tanah liat dan semen (0.706), sektor pertanian tanaman lainnya (0.0546), dan sektor industri makanan, minuman dan temabakau (0.0530).
Selanjutnya, hasil dekomposisi pengganda open loop menunjukkan bahwa faktor produksi yang memperoleh pengaruh paling besar dari adanya injeksi di sektor
(4)
pertanian (0.1456).
Pada dekomposisi pengganda close loop hasil penelitian menunjukkan bahwa dari injeksi sektor perikanan yang terbesar diterima oleh sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar 1.0431. Selain sektor perikanan itu sendiri, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau memiliki nilai pengganda close loop yang paling besar dari injeksi sektor perikanan, yaitu sebesar 0.2891.
Simulasi peningkatan ekspor sektor perikanan sebesar lima persen akan meningkatkan pendapatan seluruh sektor-sektor perekonomian. Pada blok faktor produksi, peningkatan pendapatan terbesar diterima oleh faktor produksi bukan tenaga kerja (Rp 644.32 milyar). Adapun pada blok institusi, peningkatan pendapatan yang terbesar diterima oleh institusi perusahaan (Rp 345.05), sedangkan institusi rumah tangga yang menerima peningkatan pendapatan yang paling besar adalah golongan rumah tangga pengusaha pertanian (Rp 313.94 milyar). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama ini rumah tangga miskin atau rumah tangga buruh perikanan belum menikmati distribusi pendapatan yang merata dari sektor perikanan.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah : (1) ekspor netto di sektor perikanan harus terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan ekspor netto di sektor perikanan maka produksi perikanan harus ditingkatkan dan disertai dengan mengurangi impor, baik impor barang konsumsi perikanan maupun impor input antara untuk sektor perikanan. Salah satu cara untuk mengurangi impor tersebut adalah dengan meningkatkan investasi, agar barang-barang impor tersebut dapat diproduksi di dalam negeri, dan (2) peningkatan distribusi pendapatan karena kenaikan ekspor di sektor perikanan harus lebih ditujukan kepada rumah tangga nelayan miskin. Salah satu caranya adalah dengan memperpendek saluran distribusi pemasaran produk perikanan, sehingga margin perdagangan yang tinggi bukan diterima oleh pengusaha tapi oleh nelayan. Saluran pemasaran produk perikanan dapat diperpendek apabila pemerintah menyediakan akses yang lebih mudah bagi nelayan miskin untuk memperoleh input dan untuk menjual output.
(5)
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Apsari Dianing Bawono Nomor Registrasi Pokok : H14103060
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Sahara, SP, M.Si NIP.132 232 456
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
(6)
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Februari 2007
Apsari Dianing Bawono H14103060
(7)
Penulis bernama Apsari Dianing Bawono dilahirkan pada tanggal 18 April 1985 di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan Iskak dan Kam Giok Lien. Pendidikan dasar penulis ditempuh pada SD Masehi Temanggung, kemudian melanjutkan ke SLTP Masehi Temanggung dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Temanggung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada beberapa organisasi, seperti IPB Debating Community (IDC), HIPOTESA, dan BEM-H. Penulis juga aktif menjadi asisten untuk mata kuliah Ekonomi Umum, Teori Mikroekonomi I, dan Teori Makroekonomi I.
Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan menulis dan debat bahasa Inggris. Beberapa prestasi yang sempat diraih oleh penulis selama menjadi mahasiswa IPB antara lain sebagai Juara III Lomba Karya Tulis HIPOTEX-R, finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang Sosial tingkat IPB, peserta Indonesia Sampoerna Best Student 2006, dan sebagai perwakilan IPB dalam lomba debat Bahasa Inggris The 9th Indonesian Varsities English Debate (IVED), The 10th IVED, PIMNAS XVIII, dan PIMNAS XIX. Pada tahun 2006, penulis terpilih menjadi Juara 2 Mahasiswa Berprestasi IPB. Pada tahun yang sama, penulis juga terpilih untuk mewakili Indonesia dalam The 6th International Student Summit on Food, Agriculture, and Environment in The New Century, yang diadakan oleh Tokyo University of Agriculture di Tokyo, Jepang. Penulis juga mendapatkan beasiswa dari Yayasan Goodwill International mulai dari semester lima hingga tamat.
(8)
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan YME atas segala berkat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini mengambil judul “Analisis Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya dan setulusnya kepada Sahara, SP, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rina Oktaviani, Ph.D yang telah menguji hasil karya skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Tanti Novianti, SP, M.Si selaku penguji dari Komisi Pendidikan atas saran dan kritikannya terhadap skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan angkatan 40 Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan saran dan kritik pada saat seminar hasil penelitian skripsi ini. Saran dan kritikan tersebut telah membantu penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, yaitu Bapak Iskak dan Ibu Kam Giok Lien serta kakak Aditya Sumirat dan kakak ipar Ida Agustine atas doa dan motivasi yang diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Hari Wijaya Haes yang telah menemani penulis melalui telepon selama proses pengetikan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2007
Apsari Dianing Bawono H14103060
(9)
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Peranan Ekspor dalam Pertumbuhan Ekonomi ... 12
2.2 Konsep Pengganda (Multiplier)... 16
2.3 Distribusi Pendapatan dalam Pembangunan Ekonomi ... 18
2.4 Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)... 19
2.5 Kerangka Konseptual SNSE... 20
2.6 Penelitian Terdahulu ... 23
2.7 Kerangka Pemikiran ... 27
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1 Jenis dan Sumber Data... 30
3.2 Metode Analisis ... 30
3.3 Analisis Pengganda (Multiplier)... 30
3.3.1 Pengganda Transfer ... 32
3.3.2 Pengganda Open Loop ... 33
3.3.3 Pengganda Close Loop... 34
3.4 Neraca Endogen dan Eksogen dalam SNSE... 35
3.5 Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Perikanan ... 39
(10)
4.2 Produksi Sektor Perikanan Indonesia ... 44
4.3 Ekspor Hasil Perikanan Indonesia ... 46
4.4 Investasi di Sektor Perikanan di Indonesia ... 48
4.5 Rumah Tangga Perikanan di Indonesia ... 49
4.6 Saluran Pemasaran Komoditi Perikanan ... 50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
5.1 Input Antara dalam Kegiatan Produksi Sektor Perikanan ... 52
5.2 Keterkaitan Langsung Sektor Perikanan dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya ... 54
5.1 Pengganda Total Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Rumah Tangga ... 49
5.2 Dekomposisi Pengganda Sektor Perikanan ... 53
5.2.1 Pengganda Transfer Sektor Perikanan ... 53
5.2.2 Pengganda Open Loop Sektor Perikanan ... 54
5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Perikanan ... 57
5.3 Dampak Peningkatan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Distribusi Pendapatan ... 59
5.3.1 Perubahan Pendapatan Faktor Produksi ... 60
5.3.2 Perubahan Pendapatan Institusi ... 62
5.3.3 Perubahan Pendapatan Sektor Produksi ... 65
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
(11)
RUMAH TANGGA DI INDONESIA
OLEH
APSARI DIANING BAWONO H14103060
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(12)
RUMAH TANGGA DI INDONESIA
Oleh
APSARI DIANING BAWONO H14103060
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(13)
APSARI DIANING BAWONO. Analisis Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia (di bawah bimbingan SAHARA).
Ekspor netto merupakan salah satu komponen penyusun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi pengeluaran. Salah satu sumberdaya nasional yang memiliki potensi yang besar sebagai komoditas ekspor adalah sumberdaya perikanan. Kondisi geografis Indonesia yang 62 persen terdiri atas lautan memberikan peluang yang besar untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan untuk meningkatkan ekspor netto. Potensi perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu secara keseluruhan kapasitasnya mencapai 65 juta ton. Namun, hingga saat ini hanya sekitar enam juta ton atau sembilan persen dari keseluruhan potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan. Padahal, kebutuhan ikan baik di pasar dunia maupun di pasar domestik terus meningkat. Potensi ekspor perikanan yang belum tergarap tersebut berpeluang untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan sektor-sektor perekonomian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nasional. Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis berapa besar dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap pendapatan sektor perikanan dan pendapatan sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia, dan (2) menganalisis berapa besar dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga di Indonesia.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 yang berupa matriks berukuran 102 x 102. Tabel tersebut kemudian diagregasi menjadi berukuran 53 x 53. Penelitian ini menggunakan alat bantu piranti lunak Microsoft Excel 2003 dan E-Views4.1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengganda sektor perikanan yang terbesar adalah untuk rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu 0.4676. Adapun untuk rumah tangga buruh pertanian hanya sebesar 0.1236, yang berarti bahwa jika pendapatan sektor perikanan meningkat sebesar satu juta rupiah, maka pendapatan rumah tangga buruh pertanian hanya akan menerima kenaikan pendapatan sebesar Rp 123 600.
Pada dekomposisi pengganda diperoleh masing-masing nilai pengganda untuk pengganda transfer, open loop, dan close loop. Hasil dekomposisi pengganda transfer, menunjukkan bahwa pengganda yang terbesar adalah terhadap sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar 1.0535, diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan (0.2783), sektor angkutan dan komunikasi (0.0850), sektor industri kimia, pupuk, industri dari tanah liat dan semen (0.706), sektor pertanian tanaman lainnya (0.0546), dan sektor industri makanan, minuman dan temabakau (0.0530).
Selanjutnya, hasil dekomposisi pengganda open loop menunjukkan bahwa faktor produksi yang memperoleh pengaruh paling besar dari adanya injeksi di sektor
(14)
pertanian (0.1456).
Pada dekomposisi pengganda close loop hasil penelitian menunjukkan bahwa dari injeksi sektor perikanan yang terbesar diterima oleh sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar 1.0431. Selain sektor perikanan itu sendiri, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau memiliki nilai pengganda close loop yang paling besar dari injeksi sektor perikanan, yaitu sebesar 0.2891.
Simulasi peningkatan ekspor sektor perikanan sebesar lima persen akan meningkatkan pendapatan seluruh sektor-sektor perekonomian. Pada blok faktor produksi, peningkatan pendapatan terbesar diterima oleh faktor produksi bukan tenaga kerja (Rp 644.32 milyar). Adapun pada blok institusi, peningkatan pendapatan yang terbesar diterima oleh institusi perusahaan (Rp 345.05), sedangkan institusi rumah tangga yang menerima peningkatan pendapatan yang paling besar adalah golongan rumah tangga pengusaha pertanian (Rp 313.94 milyar). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama ini rumah tangga miskin atau rumah tangga buruh perikanan belum menikmati distribusi pendapatan yang merata dari sektor perikanan.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah : (1) ekspor netto di sektor perikanan harus terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan ekspor netto di sektor perikanan maka produksi perikanan harus ditingkatkan dan disertai dengan mengurangi impor, baik impor barang konsumsi perikanan maupun impor input antara untuk sektor perikanan. Salah satu cara untuk mengurangi impor tersebut adalah dengan meningkatkan investasi, agar barang-barang impor tersebut dapat diproduksi di dalam negeri, dan (2) peningkatan distribusi pendapatan karena kenaikan ekspor di sektor perikanan harus lebih ditujukan kepada rumah tangga nelayan miskin. Salah satu caranya adalah dengan memperpendek saluran distribusi pemasaran produk perikanan, sehingga margin perdagangan yang tinggi bukan diterima oleh pengusaha tapi oleh nelayan. Saluran pemasaran produk perikanan dapat diperpendek apabila pemerintah menyediakan akses yang lebih mudah bagi nelayan miskin untuk memperoleh input dan untuk menjual output.
(15)
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Apsari Dianing Bawono Nomor Registrasi Pokok : H14103060
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Sahara, SP, M.Si NIP.132 232 456
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
(16)
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Februari 2007
Apsari Dianing Bawono H14103060
(17)
Penulis bernama Apsari Dianing Bawono dilahirkan pada tanggal 18 April 1985 di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan Iskak dan Kam Giok Lien. Pendidikan dasar penulis ditempuh pada SD Masehi Temanggung, kemudian melanjutkan ke SLTP Masehi Temanggung dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Temanggung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada beberapa organisasi, seperti IPB Debating Community (IDC), HIPOTESA, dan BEM-H. Penulis juga aktif menjadi asisten untuk mata kuliah Ekonomi Umum, Teori Mikroekonomi I, dan Teori Makroekonomi I.
Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan menulis dan debat bahasa Inggris. Beberapa prestasi yang sempat diraih oleh penulis selama menjadi mahasiswa IPB antara lain sebagai Juara III Lomba Karya Tulis HIPOTEX-R, finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang Sosial tingkat IPB, peserta Indonesia Sampoerna Best Student 2006, dan sebagai perwakilan IPB dalam lomba debat Bahasa Inggris The 9th Indonesian Varsities English Debate (IVED), The 10th IVED, PIMNAS XVIII, dan PIMNAS XIX. Pada tahun 2006, penulis terpilih menjadi Juara 2 Mahasiswa Berprestasi IPB. Pada tahun yang sama, penulis juga terpilih untuk mewakili Indonesia dalam The 6th International Student Summit on Food, Agriculture, and Environment in The New Century, yang diadakan oleh Tokyo University of Agriculture di Tokyo, Jepang. Penulis juga mendapatkan beasiswa dari Yayasan Goodwill International mulai dari semester lima hingga tamat.
(18)
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan YME atas segala berkat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini mengambil judul “Analisis Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya dan setulusnya kepada Sahara, SP, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rina Oktaviani, Ph.D yang telah menguji hasil karya skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Tanti Novianti, SP, M.Si selaku penguji dari Komisi Pendidikan atas saran dan kritikannya terhadap skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan angkatan 40 Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan saran dan kritik pada saat seminar hasil penelitian skripsi ini. Saran dan kritikan tersebut telah membantu penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, yaitu Bapak Iskak dan Ibu Kam Giok Lien serta kakak Aditya Sumirat dan kakak ipar Ida Agustine atas doa dan motivasi yang diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Hari Wijaya Haes yang telah menemani penulis melalui telepon selama proses pengetikan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2007
Apsari Dianing Bawono H14103060
(19)
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Peranan Ekspor dalam Pertumbuhan Ekonomi ... 12
2.2 Konsep Pengganda (Multiplier)... 16
2.3 Distribusi Pendapatan dalam Pembangunan Ekonomi ... 18
2.4 Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)... 19
2.5 Kerangka Konseptual SNSE... 20
2.6 Penelitian Terdahulu ... 23
2.7 Kerangka Pemikiran ... 27
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1 Jenis dan Sumber Data... 30
3.2 Metode Analisis ... 30
3.3 Analisis Pengganda (Multiplier)... 30
3.3.1 Pengganda Transfer ... 32
3.3.2 Pengganda Open Loop ... 33
3.3.3 Pengganda Close Loop... 34
3.4 Neraca Endogen dan Eksogen dalam SNSE... 35
3.5 Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Perikanan ... 39
(20)
4.2 Produksi Sektor Perikanan Indonesia ... 44
4.3 Ekspor Hasil Perikanan Indonesia ... 46
4.4 Investasi di Sektor Perikanan di Indonesia ... 48
4.5 Rumah Tangga Perikanan di Indonesia ... 49
4.6 Saluran Pemasaran Komoditi Perikanan ... 50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
5.1 Input Antara dalam Kegiatan Produksi Sektor Perikanan ... 52
5.2 Keterkaitan Langsung Sektor Perikanan dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya ... 54
5.1 Pengganda Total Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Rumah Tangga ... 49
5.2 Dekomposisi Pengganda Sektor Perikanan ... 53
5.2.1 Pengganda Transfer Sektor Perikanan ... 53
5.2.2 Pengganda Open Loop Sektor Perikanan ... 54
5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Perikanan ... 57
5.3 Dampak Peningkatan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap Distribusi Pendapatan ... 59
5.3.1 Perubahan Pendapatan Faktor Produksi ... 60
5.3.2 Perubahan Pendapatan Institusi ... 62
5.3.3 Perubahan Pendapatan Sektor Produksi ... 65
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
(21)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1.1Produk Domestik Bruto Indonesia dari Sisi Pengeluaran
Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2001-2005 (Rp. Milyar)... 2
1.2 Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap Pembentukan PDB di Indonesia Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2000 – 2005 (Rp. Milyar)... 5
1.3 Beberapa Komoditas Ekspor Indonesia, Tahun 2001 - 2005 (juta US $)... 7
2.1 Kerangka Dasar SNSE... 18
4.1 Potensi Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Indonesia (ribu ton) ... 39
4.2 Lahan Potensial untuk Budidaya Tambak dan Marikultur di 26 Provinsi di Indonesia (ha), Tahun 2002 ... 40
4.3 Produksi Perikanan Indonesia Menurut Sub Sektor Perikanan (ribu ton), Tahun 2000-2005... 42
4.4 Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut Menurut Jenis (unit), 2003-2004... 43
4.5 Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditi, Berat, dan Nilai, Tahun 2002-2004... 45
4.6 PMA dan PMDN Sub Sektor Perikanan, 2004-2005 ... 46
4.7 Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Indonesia Menurut Sub Sektor Perikanan, 2003-2004 ... 47
5.1 Pengganda Sektor Produksi terhadap Pendapatan Rumah Tangga Berdasarkan Pengganda SNSE Indonesia Tahun 2003 ... 52
(22)
5.4 Pengganda Open Loop Sektor Perikanan terhadap Blok Institusi ... 56 5.5 Pengganda Close Loop Sektor Perikanan pada Blok Kegiatan Produksi ... 58 5.6 Pengaruh Peningkatan Ekspor Sektor Perikanan terhadap Faktor Produksi di Indonesia (Rp. Milyar)... 61 5.7 Pengaruh Peningkatan Ekspor Sektor Perikanan terhadap Pendapatan
Institusi di Indonesi (Rp. Milyar) ... 63 5.8 Pengaruh Peningkatan Ekspor Sektor Perikanan terhadap Pendapatan
Sektor Produksi di Indonesia (Rp. Milyar)... 66
(23)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1.1 Ekspor Netto Sektor Ikan Segar dan Udang Indonesia, Tahun 2001 – 2005
(juta US$)... 4 2.1 Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Pengeluaran ... 12 2.2 Kurva Teori Vent For Surplus... 13 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran ... 26 3.1 Alur Penelitian ... 37 4.1 Saluran Pemasaran Komoditi Perikanan Kecamatan Cisaat, Sukabumi ... 48
(24)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Klasifikasi Sektor dalam SNSE Indonesia Tahun 2003 yang Telah
Diagregasi ... 74 2. Tabel SNSE Indonesia Tahun 2003 yang Telah Diagregasi... 76 3. Pengganda Total SNSE Indonesia Tahun 2003 ... 79 4. Pengganda Transfer ... 82 5. Pengganda Open Loop... 85 6. Pengganda Close Loop... 88 7. Hasil Simulasi Kenaikan Ekspor Perikanan Sebesar Lima Persen... 91
(25)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan perekonomian internasional dewasa ini menunjukkan bahwa
arus perdagangan antar negara-negara di dunia semakin meningkat. Negara-negara
yang menganut sistem perekonomian terbuka mengandalkan perdagangan luar negeri
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi mereka. Hal ini disebabkan karena
perdagangan luar negeri mampu menghasilkan pendapatan nasional yang bersumber
dari penciptaan lapangan pekerjaan, penerimaan devisa, dan lain sebagainya. Bagian
dari perdagangan luar negeri yang mampu menghasilkan pendapatan tersebut adalah
ekspor (Jhingan, 2000).
Komponen ekspor memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pembentukan pendapatan nasional Indonesia dari sisi pengeluaran. Berdasarkan Tabel
1.1, terlihat bahwa ekspor Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2001, ekspor Indonesia adalah sebesar Rp 573 164 milyar atau
39.39 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Jumlah tersebut menurun
menjadi Rp 566 188 atau 37.62 persen dari PDB pada tahun 2002, namun meningkat
kembali pada tahun-tahun selanjutnya, hingga menjadi Rp 739 007 atau 42.24 persen
dari PDB Indonesia pada tahun 2005.
Meski demikian, nilai impor barang dan jasa pada tahun 2003 hingga 2005
cenderung meningkat, sehingga ekspor netto Indonesia pada tahun 2003 hingga 2005
mengalami penurunan. Pada tahun 2001, 2002, dan 2003, kontribusi ekspor netto
(26)
menjadi 9.56 persen dan 10.82 persen dari total PDB Indonesia. Namun pada periode
tahun 2004 dan 2005, kontribusi ekspor netto dalam pembentukan PDB Indonesia
menurun menjadi 8.18 persen dan 7.24 persen dari total PDB Indonesia (Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto Indonesia dari Sisi Pengeluaran Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2001-2005 (Rp. Milyar)a\
Komponen Pengeluaran 2001 2002 2003 2004* 2005*
Konsumsi Rumah Tangga 886736
(61.56) 920749 (61.17) 956593 (60.65) 1004110 (60.60) 1043805 (59.66)
Konsumsi Pemerintah 97646
(6.78) 110334 (7.33) 121404 (7.70) 126249 (7.62) 136425 (7.80)
Investasi Tetap Bruto 293793
(20.40) 307585 (20.43) 309431 (19.62) 354561 (21.40) 389757 (22.28)
Perubahan Stok dan Diskrepansi Statistik 30080 (2.09) 22632 (1.50) 19101 (1.21) 36404 (2.20) 52807 (3.02)
Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Ekspor Netto 573164 (39.79) 441012 (30.62) 132152 (9.17) 566188 (37.62) 422271 (28.05) 143917 (9.56) 599516 (38.01) 428875 (27.19) 170641 (10.82) 680466 (41.07) 544963 (32.89) 135503 (8.18) 739007 (42.24) 612254 (35.00) 126753 (7.24)
Produk Domestik Bruto 1440406 1505216 1577171 1656827 1749547 Keterangan : * = Angka sementara
a\ = Angka dalam kurung menyatakan persen dari PDB Sumber : BPS dalam Bank Dunia (2006)
Kontribusi ekspor netto dalam pembentukan pendapatan nasional tersebut
mendorong Indonesia untuk berusaha meningkatkan ekspor dan mengurangi impor
agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Kemampuan mengekspor
suatu negara dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh negara tersebut.
Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, ataupun
sumber daya modal (Lipsey, 1995). Ekspor Indonesia saat ini lebih bertumpu kepada
sumber daya alam atau ekspor komoditi primer. Hal itu tidak lepas dari besarnya
(27)
Salah satu kekayaan alam terbesar Indonesia adalah sumber daya perikanan.
Berdasarkan data Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), Negara Indonesia
terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau dengan luas perairan laut sekitar 3.1 juta
kilometer persegi dan panjang garis pantai mencapai 81 ribu kilometer, sedangkan
luas daratan hanya sebesar 1.9 juta kilometer persegi. Hal ini berarti bahwa 62 persen
wilayah Indonesia terdiri atas lautan, sehingga Indonesia menyimpan potensi sumber
daya perikanan yang besar. Potensi sumber daya perikanan yang besar tersebut tidak
hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi dapat juga
dimanfaatkan untuk ekspor ke negara lain.
Sektor perikanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi ekspor netto
yang cukup besar bagi perokonomian Indonesia. Pada tahun 2001 sampai 2005,
ekspor netto sektor perikanan setiap tahunnya rata-rata sebesar US$ 1404.76 juta
(Biro Pusat Statistik, 2006). Jumlah ekspor komoditi perikanan pada tahun 2001
sampai 2005 rata-rata sebesar US$ 1444.6 juta, sedangkan rata-rata impor komoditi
perikanan pada periode tersebut hanya sebesar US$ 39.84 juta (Gambar 1.1).
Berdasarkan Gambar 1.1, terlihat bahwa ekspor komoditi ikan segar dan
udang Indonesia memiliki kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2001, ekspor
ikan segar dan udang mencapai 1425 juta dollar, selanjutnya pada tahun 2002 turun
2.59 persen menjadi 1388 juta dollar. Penurunan ini diduga disebabkan karena pasar
Eropa yang memperketat impor produk hewani terkait dengan timbulnya penyakit
Sindrom Pernapasan Akut atau SARS (Severe Acut Respiratory Syndrom) di kawasan
Asia dan menguatnya isu Ecolabelling di Eropa dan Amerika (Vitner, 2004). Selain
(28)
udang Indonesia secara keseluruhan mengalami penurunan pada tahun 2002. Namun,
ekspor ikan segar dan udang Indoneseia meningkat kembali pada tahun 2003, 2004,
dan 2005, berturut-turut 3.24 persen atau menjadi 1433 juta dollar, 1.74 persen atau
menjadi 1458 juta dollar, dan 4.18 persen atau menjadi 1519 juta dollar. Komoditas
sektor perikanan memang menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup
diunggulkan dan berpotensi untuk terus ditingkatkan nilai ekspor nettonya.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 2001
2002 2003 2004 2005
Tahu
n
Juta US$ Nilai Ekspor Nilai Impor
Gambar 1.1 Ekspor Netto Sektor Ikan Segar dan Udang Indonesia, Tahun 2001 – 2005 (juta US$)
Sumber : BPS dalam Bank Dunia, 2006
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), potensi sumberdaya
ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6.26 juta ton per tahun, terdiri dari jenis ikan
pelagis besar sebanyak 1.05 juta ton, pelagis kecil 3.24 juta ton, demersal 1.79 juta
ton, udang 0.08 juta ton, cumi-cumi 0.03 juta ton, dan ikan karang 0.08 juta ton.
(29)
produsen ikan laut untuk konsumsi dunia yang terbesar. Indonesia menduduki
peringkat ke-6 dunia dalam menghasilkan ikan (FAO, 2002).
Potensi sumber daya perikanan tersebut dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini terkait dengan peranan sektor perikanan
sebagai sumber mata pencaharian bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pada kurun
waktu tahun 2001 hingga 2003 jumlah nelayan di Indonesia mengalami peningkatan.
Pada tahun 2001 jumlah nelayan di Indonesia adalah sebanyak 3.2 juta orang,
kemudian pada tahun 2003 telah meningkat menjadi 3.5 juta orang (Ditjen Perikanan
Tangkap, 2004). Artinya, pada kurun waktu tersebut terjadi kenaikan jumlah nelayan
sebesar rata-rata 2.86 persen per tahun.
Selain kontribusinya sebagai komoditas ekspor, sektor perikanan juga berperan
dalam pembentukan pendapatan nasional yang dapat dilihat dari indikator Produk
Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan Tabel 1.2, PDB subsektor perikanan terus
mengalami peningkatan, di mana PDB subsektor perikanan pada tahun 2000 hanya
sebesar Rp. 30.9 milyar, kemudian pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp. 32.4
milyar, dan pada tahun 2005 telah mencapai Rp. 38.6 milyar. Kontribusi subsektor
pertanian terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia pada tahun 2000 hingga 2005
juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2000 kontribusi subsektor perikanan
terhadap PDB sektor pertanian hanya sebesar 14.27 persen dan kemudian meningkat
menjadi 15.19 persen pada tahun 2005. Dalam kurun waktu tersebut, kontribusi
(30)
persen, sedangkan kontribusi subsektor perikanan terhadap total PDB Indonesia
rata-rata sebesar 2.22 persen (Tabel 1.2).
Tabel 1.2 Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap Pembentukan PDB di Indonesia Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2000 – 2005 (Rp. Milyar)
PDB 2000 2001 2002 2003 2004 2005*
Total Indonesia 1389770 1442985 1505216 1577171 1656826 1749547
Sektor Pertanian 216831 225686 231614 240387 248223 254391
Subsektor Perikanan - Persentase terhadap PDB sektor pertanian - Persentase terhadap PDB Indonesia
30945 14.27 2.23
32441 14.37 2.25
33003 14.25 2.19
34668 14.42 2.20
37057 14.93 2.24
38641 15.19 2.21
Keterangan : * = angka sementara Sumber : BPS dalam Bank Dunia (2006)
Berdasarkan deskripsi di atas, terlihat bahwa sektor perikanan memiliki
potensi yang besar untuk meningkatkan ekspor netto Indonesia dan mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Kenyataan
tersebut mengindikasikan bahwa sektor ini perlu untuk terus dikembangkan. Untuk
itu diperlukan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang ada di seluruh
wilayah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
1.2 Perumusan Masalah
Saat ini Indonesia menduduki posisi ke-10 dalam jajaran eksportir produk
perikanan dunia, yaitu setelah Thailand, Norwegia, AS, China, Denmark, Kanada,
Taiwan, Chili dan Rusia (World Wide Fund, 2006). Padahal, potensi perikanan
Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu secara keseluruhan kapasitasnya
mencapai 65 juta ton, yang terdiri dari 7.3 juta ton pada sektor perikanan tangkap dan
(31)
hanya sekitar enam juta ton dari keseluruhan potensi tersebut yang sudah
dimanfaatkan atau sekitar sembilan persen dari keseluruhan potensi yang ada.
Ekspor hasil perikanan Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, baik dari segi volume maupun nilai ekspor (Dahuri, 2004). Namun,
kontribusi ekspor sektor perikanan terhadap total ekspor Indonesia masih relatif kecil.
Menurut Windria (2005), kontribusi ekspor perikanan dalam ekspor non-migas baru
sekitar 2.8 persen, meskipun potensi totalnya dapat mencapai US$ 82 milyar per
tahun. Bahkan jika dilihat dari total ekspor Indonesia, kontribusi ekspor perikanan
justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Tabel 1.3).
Tabel 1.3 Beberapa Komoditas Ekspor Indonesia, Tahun 2001 - 2005 (juta US $)a\
Komoditas 2001 2002 2003 2004 2005
Minyak 6904 (14.00) 6535 (12.93) 7175 (13.20) 7896 (12.34) 10078 (13.05)
Elektronika dan Komputer 7701
(15.61) 7972 (15.77) 7657 (14.09) 9001 (14.07) 10010 (12.97) Gas 5732 (11.62) 5578 (11.03) 6477 (11.92) 7750 (12.12) 9154 (11.86) Garmen 4531 (9.18) 3945 (7.80) 4105 (7.75) 4454 (6.96) 5106 (6.61)
Batu bara 1625
(3.29) 1771 (3.50) 2010 (3.70) 2758 (4.31) 4354 (5.64)
Bahan Kimia 2573
(5.22) 2709 (5.36) 3057 (5.62) 3854 (6.03) 4151 (5.38)
Kertas dan Pulp 2573
(5.22) 2784 (5.51) 2762 (5.08) 2773 (4.34) 3212 (4.16) Karet 808 (1.64) 1059 (2.09) 1520 (2.80) 2213 (3.46) 2614 (3.39)
Ikan segar dan udang 1425
(2.89) 1388 (2.75) 1433 (2.64) 1458 (2.28) 1519 (1.97)
Alas kaki 1506
(3.05) 1148 (2.27) 1182 (2.17) 1320 (2.06) 1429 (1.85)
Produk Makanan 663
(1.34) 647 (1.28) 697 (1.28) 934 (1.46) 1059 (1.37) Lain-lain 13290 (26.94) 15015 (29.70) 16284 (29.96) 19553 (30.57) 24519 (31.76) Total 49331 (100.00) 50551 (100.00) 54359 (100.00) 63964 (100.00) 77205 (100.00)
Keterangan : a\ = angka dalam kurung menyatakan persen dari total Sumber : BPS dalam Bank Dunia (2006)
(32)
Berdasarkan data pada Tabel 1.3, pada tahun 2001, kontribusi ekspor
perikanan terhadap total ekspor masih sebesar 2.89 persen, menurun menjadi 2.75
persen pada tahun 2002. Pada tahun 2003, 2004, dan 2005, angka tersebut terus turun,
menjadi berturut-turut 2.64 persen, 2.28 persen, dan 1.97 persen. Secara rata-rata, dari
tahun 2001 hingga 2005, kontribusi ekspor sektor perikanan Indonesia baru
mencapai 2.5 persen dari total ekspor. Jumlah ini masih relatif kecil, dibandingkan
dengan potensi perikanan Indonesia yang sangat besar. Hal ini berarti bahwa
pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk meningkatkan ekspor netto Indonesia
masih belum optimal.
Melihat kondisi tersebut, tentunya ekspor sektor perikanan perlu untuk terus
ditingkatkan. Menurut prediksi Food Agriculture Organization (FAO, 2005), tren
permintaan ikan dunia akan terus meningkat dari tahun ke tahun dan hingga tahun
2010 diprediksikan bahwa konsumen dunia masih kekurangan pasokan ikan sebesar
dua juta ton per tahun. Peningkatan permintaan ikan dunia memberikan peluang yang
besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor subsektor perikanan. Nilai
perdagangan ikan dunia diperkirakan sebesar US$ 100 milyar per tahun, dari jumlah
tersebut pangsa pasar Indonesia baru sekitar 3.5 persen (Windria, 2005). Pangsa pasar
tersebut dapat dikatakan masih relatif kecil jika dibandingkan dengan potensi yang
ada. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi ekspor yang besar untuk sektor
perikanan Indonesia, namun peluang tersebut belum digarap secara optimal. Apabila
peluang tersebut telah dimanfaatkan dengan optimal, maka sektor perikanan
berpeluang untuk mendorong peningkatan ekspor netto Indonesia, sehingga dapat
(33)
Potensi ekspor perikanan yang belum tergarap tersebut berpeluang untuk
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional apabila
dimanfaatkan secara optimal. Kenaikan ekspor di sektor perikanan diharapkan akan
berpengaruh pada meningkatnya pendapatan masyarakat nelayan. Masyarakat
nelayan di Indonesia saat ini masih termasuk kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Tujuh puluh persen dari 3.5 juta penduduk Indonesia yang
berprofesi sebagai nelayan masih berada di bawah garis kemiskinan (Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2004).
Masih rendahnya penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat nelayan
Indonesia disebabkan karena keterbatasan kurangnya fasilitas bagi nelayan, baik
untuk memperoleh input produksi maupun untuk menjual hasil produksinya. Salah
satu contohnya adalah belum tersedianya fasilitas penjualan bahan bakar di wilayah
pantai, sehingga nelayan seringkali harus membeli bahan bakar untuk kapal dengan
harga yang jauh lebih tinggi dari yang seharusnya. Hal tersebut mengakibatkan
naiknya biaya melaut dan berkurangnya keuntungan. Selain itu, rumah tangga miskin
cenderung tidak memiliki modal untuk meningkatkan usahanya. Di sisi lain, mereka
kesulitan untuk mengajukan kredit mikro di institusi formal karena tidak memiliki
agunan atau tidak dapat memenuhi syarat-syarat dan prosedur pengajuan kredit.
Akibatnya, tidak jarang para nelayan miskin tersebut terjerat hutang kepada tengkulak
atau rentenir. Dengan ketergantungan tersebut, hasil tangkapan yang mereka peroleh
langsung diserahkan kepada tengkulak sehingga nelayan miskin tidak dapat
(34)
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa pertanyaan
dalam penelitian ini yaitu :
1. Berapa besar dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap
pendapatan sektor perikanan dan sektor-sektor perekonomian lainnya di
Indonesia ?
2. Berapa besar dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap distribusi
pendapatan rumah tangga di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis besarnya dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap
pendapatan sektor perikanan dan pendapatan sektor-sektor perekonomian
lainnya di Indonesia.
2. Menganalisis besarnya dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap
distribusi pendapatan rumah tangga di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan,
khususnya di sektor perikanan, sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan
pembangunan sektor perikanan dan kebijakan dalam distribusi pendapatan. Selain itu
diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah untuk dapat
memformulasikan kebijakan makroekonomi yang dapat membantu mengatasi
(35)
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan
terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya dan distribusi pendapatan rumah tangga
di Indonesia, dengan menggunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun
2003. Analisis pengaruh kenaikan ekspor di sektor perikanan dilakukan pada tiga
blok dalam perekonomian sesuai dengan klasifikasi dalam SNSE. Ketiga blok
(36)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Ekspor dalam Pertumbuhan Ekonomi
Negara berkembang umumnya memiliki pasar domestik yang kecil karena
rendahnya pendapatan per kapita dan daya beli (Jhingan, 2000). Pasar domestik yang
kecil ini tidak mampu menyerap seluruh output yang ada. Oleh sebab itu,
perdagangan internasional dapat memberi manfaat untuk memperluas pasar. Dalam
perdagangan internasional terdapat dua aktivitas, yaitu ekspor dan impor. Ekspor
adalah kegiatan penjualan output domestik ke luar negeri, sedangkan impor adalah
kegiatan mendatangkan atau membeli output dari negara lain untuk konsumsi
domestik.
Berdasarkan persamaan Keynes, kenaikan ekspor akan berpengaruh pada
meningkatnya jumlah output atau pendapatan nasional, dan dengan demikian juga
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2000). Persamaan tersebut adalah
sebagai berikut :
Y = AE = C + I + G + NX
di mana Y merupakan jumlah output, C adalah jumlah konsumsi, I adalah jumlah
investasi, G adalah jumlah pengeluaran pemerintah, serta NX adalah ekspor netto
atau nilai ekspor dikurangi dengan nilai impor. Oleh sebab itu, ekspor sering
dikatakan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi atau engine of growth.
Secara grafis, peranan ekspor netto dalam pembentukan pendapatan nasional dapat
(37)
ΔNX(∆EX>∆IM)
Gambar 2.1 Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Pengeluaran
Sumber : Mankiw, 2000
Apabila ekspor meningkat lebih besar dari kenaikan impor, maka ekspor netto
akan meningkat. Kenaikan ekspor netto selain akan menggeser Agregate Expenditure
(AE) ke atas, juga akan mendorong naiknya permintaan agregat (Agregate
Demand/AD), sehingga dengan naiknya permintaan agregat maka harga akan
terdorong naik. Di sisi pendapatan nasional, pendapatan nasional (Y) akan mengalami
peningkatan (expansionary) dari Y1 menjadi Y2.
Pengeluaran Agregat (AE)
45˚ Pendapatan Nasional
Riil (Y) Y1 Y2
Y = AE
ΔNX(∆EX<∆IM)
AE1 = C+I+G+NX1 AE2 = C+I+G+NX2
Y1 Y2
AS
AD1
AD2
Tingkat harga (P)
P2
P1
Pendapatan Nasional Riil (Y)
AE3 = C+I+G+NX3
Y3
Y3
AD3
(38)
Namun, jika peningkatan ekspor disertai dengan peningkatan impor yang
lebih besar dari peningkatan ekspornya, maka pendapatan nasional justru akan turun
menjadi lebih kecil dari kondisi semula. Jika peningkatan impor lebih besar, ekspor
netto akan menjadi negatif sehingga kurva AE akan bergeser ke bawah, dari AE1
menjadi AE3. Pada keseimbangan di pasar barang, permintaan agregat akan turun.
Pendapatan nasional juga akan turun menjadi Y3. Dengan demikian, maka untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, selain dengan cara meningkatkan ekspor juga
dengan mengurangi impor pada saat yang bersamaan.
Salvatore (1997) menyatakan bahwa ekspor dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi karena delapan alasan, yaitu :
1. Ekspor akan memperluas pasar industri dalam negeri sehingga terjadi skala
ekonomis dan skala efisiensi. Efek efisiensi tersebut akan diteruskan ke sektor
lain, yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas seluruh perekonomian.
2. Berdasarkan teori keunggulan komparatif, sebuah negara seharusnya
berspesialisasi pada komoditi yang biaya produksinya relatif lebih murah
untuk kemudian diekspor ke negara lain. Perdagangan akan menurunkan
biaya untuk mengadakan komoditas yang dibutuhkan.
3. Berdasarkan teori vent for surplus, suatu negara dapat memproduksi komoditi
yang sebenarnya tidak diinginkan di dalam negeri untuk kemudian diekspor.
Komoditi tersebut diproduksi dengan menggunakan kapasitas produksi yang
sebelumnya tidak terpakai akibat persedian (supply) yang berlebihan. Secara
(39)
4.
Y’
Gambar 2.2 Kurva Teori Vent For Surplus
Sumber : Salvatore, 1997
Pada gambar di atas terlihat bahwa sebelum terjadi perdagangan internasional,
produksi dan konsumsi berada pada titik V. Setelah terjadi perdagangan
internasional, produk barang-barang primer bergeser dari titik V ke titik B.
Pada rasio harga internasional Pa/Pm, produk primer sebesar XX’ dapat
diekspor untuk mengimpor barang-barang industri sebesar YY’. Sehingga
sesudah terjadi perdagangan internasional, konsumsi di negara tersebut akan
berada di titik C dan jumlah produk promer yang dikonsumsi tidak berubah,
yaitu sebesar 0X dengan jumlah produk industri yang tersedia bertambah
sebanyak YY’.
4. Perdagangan internasional mendorong investasi yang kemudian akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi cenderung mengarah ke alokasi
sumber daya yang efisien. Namun, apabila ditetapkan proteksi, maka harga
dalam negeri akan meningkat sehingga sumber daya akan mengalir secara
tidak efisien ke komoditi yang diproteksi.
Impor produk manufaktur
Harga Relatif (Pa/Pm)
X’ X
V
B C
0 Y
Ekspor produk primer KKP
(40)
5. Ekspor akan mendorong masuknya perusahaan multinasional yang memiliki
sumber daya modal yang besar. Hal ini akan mendorong peningkatan
investasi dalam negeri.
6. Melalui perdagangan internasional, suatu negara dapat menukarkan komoditi
yang kurang potensial dengan komoditi yang lebih potensial. Misalnya saja
komoditi primer dengan komoditi modal seperti mesin, dan sebagainya.
7. Perdagangan internasional akan mendorong aliran transfer teknologi dan pengetahuan dari negara yang lebih maju ke negara yang sedang berkembang.
8. Perdagangan internasional akan menciptakan persaingan yang sehat dan anti
monopoli. Persaingan akan mendorong industri dalam negeri untuk
berproduksi secara lebih efisien agar mampu berkompetisi dengan industri
luar negeri.
2.2 Konsep Pengganda (Multiplier)
Perubahan salah satu komponen autonomus dari pengeluaran agregat
akan menyebabkan terjadinya perubahan pendapatan nasional dengan jumlah yang
lebih besar. Rasio perubahan dalam pendapatan nasional terhadap perubahan awal
dari pengeluaran agregat autonomus ini disebut dengan pengganda atau multiplier
(Lipsey, 1995). Besarnya pengganda ditentukan oleh kemiringan atau kecenderungan
pengeluaran marjinal (Marjinal Propensity to Spend/MPS) dari kurva AE. Semakin
curam kurva AE, maka MPS akan semakin tinggi, dengan demikian, pengganda
pendapatannya juga akan semakin besar. Demikian juga sebaliknya, apabila kurva
(41)
akan lebih kecil. Analisis secara grafis dari konsep pengganda disajikan pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Analisis Grafis Konsep Pengganda
Sumber : Lipsey (1995)
Pada umumnya, pengganda diberi simbol K. Secara matematis, perhitungan
pengganda dapat dirumuskan (Lipsey, 1995) :
N Y Y AE Y K Δ − Δ Δ = Δ Δ =
Jika kedua ruas dibagi dengan ΔY, maka :
MPSpend Y N Y N Y Y Y Y K − = Δ Δ − = Δ Δ − Δ Δ Δ Δ = 1 1 / 1 1 / / / dimana
∆Y = Perubahan pendapatan nasional
∆AE = Perubahan komponen autonomus pengeluaran agregat
ΔN = Peningkatan awal dari pendapatan
∆N/∆Y = MPSpend = Kemiringan kurva AE
AE=Y AE2 AE1 ∆AE ∆N ∆Y 45o Y2 Y1 Pengeluaran Agregat (AE) Pendapatan Nasional Riil (Y)
(42)
2.3 Distribusi Pendapatan dalam Pembangunan Ekonomi
Selain memerlukan Produk Nasional Bruto (PNB) yang tinggi, pembangunan
ekonomi juga menuntut dukungan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Menurut
Jhingan (2000), masalah dalam pertumbuhan PNB bukan hanya tentang bagaimana
menumbuhkan PNB, tapi juga siapa yang menumbuhkan PNB. Jika pertumbuhan
PNB digerakkan oleh orang-orang kaya yang persentasenya kecil dari jumlah
keseluruhan penduduk, maka pertumbuhan ekonomi hanya akan dinikmati oleh
mereka saja dan akan menimbulkan masalah ketimpangan pendapatan.
Pembangunan ekonomi yang diharapkan adalah pertumbuhan yang bersumber
dari orang banyak, sehingga pertumbuhan ekonomi akan terbagi secara lebih merata.
Banyak negara berkembang yang ternyata pertumbuhan ekonominya kurang memberi
manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat karena pertumbuhan ekonomi
tidak diimbangi dengan distribusi pendapatan yang merata. Dengan kata lain, hanya
orang-orang berpendapatan tinggi saja yang menikmati hasil dari pertumbuhan
ekonomi.
Para ekonom umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi
pendapatan, yaitu ukuran distribusi ukuran pendapatan dan distribusi fungsional atau
distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi (Todaro, 2003). Distribusi ukuran
pendapatan menghitung secara langsung jumlah penghasilan oleh setiap individu atau
rumah tangga. Distribusi fungsional lebih memfokuskan pada bagian dari pendapatan
nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi. Teori distribusi
(43)
keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor-faktor yang terpisah secara
individual.
2.4 Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM)
merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matriks yang merangkum
berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat
memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan
antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada waktu tertentu (Biro Pusat Statistik,
2003). SNSE adalah suatu sistem data yang komprehensif, terdisagregasi, konsisten,
dan lengkap, yang melingkupi seluruh saling ketergantungan yang terdapat dalam
suatu sistem sosial ekonomi (Thorbecke, 2000).
Model SNSE menyajikan skema data yang terorganisir yang memudahkan
analisis. SNSE menyatukan secara eksplisit berbagai hubungan penting antara
variabel-variabel, misalnya pemetaan distribusi pendapatan faktor produksi dari
struktur produksi dan pemetaan distribusi pendapatan rumah tangga dari pendapatan
faktor produksi (Thorbecke, 2000).
Menurut Hafizrianda (2005), SNSE memiliki kelebihan-kelebihan yaitu :
1. Model SNSE mampu menggambarkan secara lengkap struktur perekonomian
daerah, keterkaitan di antara aktivitas produksi, konsumsi barang dan jasa,
tabungan dan investasi, perdagangan luar negeri, dan terutama distribusi
pendapatan. Karena itu model SNSE dapat menjelaskan keterkaitan antara
(44)
2. SNSE memberikan suatu kerangka kerja yang dapat menyatukan dan
menyajikan seluruh data perekonomian wilayah. Hal ini penting karena
data-data sosial ekonomi banyak dikeluarkan oleh instansi-instansi yang berbeda dan
disimpan dengan format yang berbeda-beda pula.
3. SNSE dapat menghitung multiplier perekonomian yang sangat berguna untuk
mengukur dampak dari pembangunan suatu sektor terhadap produksi, distribusi
pendapatan, dan permintaan yang menggambarkan struktur perekonomian secara
menyeluruh.
Di samping kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, model SNSE juga
memiliki beberapa asumsi keterbatasan, yaitu asumsi bahwa sisi penawaran selalu
dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi permintaan dan
penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara keduanya. Harga-harga
dianggap tetap (fixed prices), atau elastisitasnya dianggap tak terhingga, selain itu
harga juga dianggap bersifat eksogen.
2.5 Kerangka Konseptual SNSE
Kumpulan neraca dalam model SNSE dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok neraca-neraca endogen dan kelompok neraca-neraca eksogen. Dalam
kelompok neraca-neraca endogen terdapat tiga blok, yaitu blok neraca-neraca faktor
produksi atau blok faktor produksi, blok neraca-neraca institusi atau blok institusi,
dan blok neraca-neraca kegiatan produksi atau blok kegiatan produksi. Neraca-neraca
(45)
menunjukkan rincian penerimaan, sedangkan sektor kolom menunjukkan rincian
pengeluaran. Susunan SNSE secara sederhana dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kerangka Dasar SNSE
N E R A C A E N D O G E N Faktor
Produksi Institusi
Kegiatan Produksi
NERACA
EKSOGEN TOTAL
Pengeluaran Penerimaan
1 2 3 4 5
Faktor Produksi
1 T11
0 T12 0 T13 Distribusi Nilai Tambah X1 Pendapatan Eksogen Fakt. Prod. Y1 Jumlah Pendapatan Fakt. Prod. Institusi 2 T21 Pendapatan Institusi dari Fakor Produksi T22 Transfer Antar Institusi T23 0 X2 Pendapatan Institusi dari Eksogen Y2 Jumlah Pendapatan Institusi N E R A C A E N D O G E N Kegiatan
Produksi 3
T31 0 T32 Permintaan Akhir Domestik T33 Transaksi Antar Keg. (I-O) X3 Ekspor dan Investasi Y3 Jumlah Output Kegiatan Produksi NERACA
EKSOGEN 4
L1 Peng. Ekspor Fakt. Prod L2 Tabungan L3 Pajak tak Langsung R Transaksi Antar Eksogen Jumlah Pendapatan Eksogen
TOTAL 5
Y1’
Jumlah Pengl. Fakt.
Prod.
Y2’
Jumlah Pengl. Institusi
Y3’
Jumlah Pengl. Keg. Prod.
Jumlah Pengeluaran
Eksogen
Sumber : Thorbecke, 2000
Kolom 5 merupakan total penjumlahan kolom 1, 2, 3 dan 4 pada setiap baris.
Misalnya, Y1 merupakan total penjumlahan dari T11, T12, T13, dan X1, demikian
seterusnya untuk Y2 dan Y3. Baris 5 merupakan penjumlahan baris 1, 2, 3 dan 4 pada
setiap kolom. Jumlah penerimaan adalah sama dengan pengeluaran, sehingga baris 5
merupakan transpose dari kolom 5.
Tabel SNSE di atas terbagi menjadi beberapa matriks, yaitu : Matriks T,
merupakan matriks transaksi antar blok dengan neraca endogen; Matriks X,
menunjukkan pendapatan neraca endogen dan neraca eksogen; Matriks L,
(46)
leakages atau kebocoran; Matriks Y, yaitu pendapatan total dari neraca endogen; dan
Matriks Y’ yang merupakan pengeluaran total dari neraca endogen.
Distribusi pendapatan neraca endogen dibagi menjadi :
Total Pendapatan Faktor Produksi = Y1 = T13 + X1... (1)
Total Pendapatan Institusi = Y2 = T21 + T22 + X2...(2)
Total Pendapatan Kegiatan Produksi = Y3 = T32 + T33 + X3...(3)
Distribusi pengeluaran Neraca Endogen dapat dibagi menjadi :
Total Pengeluaran Faktor Produksi = Y1’ = T21 + L1...(4)
Total Pengeluaran Institusi = Y2’ = T22 + T32 + L2...(5)
Total Pengeluaran Kegiatan Produksi = Y3’ = T13 + T33 + L3 ...(6)
Matriks T sebagai matriks transaksi antar blok di dalam neraca endogen
menggambarkan transaksi penerimaan dan pengeluaran dengan lingkup yang lebih
sempit, yaitu di dalam neraca endogen. Matriks T dapat ditulis sebagai berikut :
T =
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢
⎢ ⎢ ⎣ ⎡
33 32 22 21
13
0
0 0 0
T T T T
T
Baris dalam matriks T menunjukkan penerimaan salah satu blok dari blok
yang lain. Pada baris satu, T13 menunjukkan penerimaan Faktor Produksi dari
Kegiatan Produksi. Pada baris dua, T21 menunjukkan penerimaan Institusi dari
Faktor Produksi dan T22 menunjukkan penerimaan Institusi dari Institusi itu sendiri.
Sedangkan T32 menunjukkan penerimaan Kegiatan Produksi dari Institusi dan T33
menunjukkan penerimaan Kegiatan Produksi dari Kegiatan Produksi itu sendiri. ………..…………..(7)
(47)
Kolom pada matriks T menunjukkan pengeluaran salah satu blok untuk blok
yang lain. Pada kolom satu, T21 menunjukkan pengeluaran Faktor Produksi untuk
Institusi. Pada kolom dua, T22 menunjukkan pengeluaran Institusi untuk Institusi itu
sendiri dan T32 menunjukkan pengeluaran Institusi untuk Kegiatan produksi. Pada
kolom tiga, T13 menunjukkan pengeluaran Kegiatan Produksi untuk Faktor Produksi
dan T33 menunjukkan pengeluaran Kegiatan Produksi untuk Kegiatan Produksi itu
sendiri.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian Hafizrianda (2005) tentang sektor pertanian di provinsi Papua,
dengan menggunakan model SNSE menyimpulkan bahwa subsektor perikanan di
Provinsi Papua merupakan subsektor yang mampu memberi kontribusi net multiplier
yang positif terhadap distribusi pendapatan relatif tenaga kerja, yaitu sebesar 0.15.
Artinya apabila pendapatan subsektor perikanan naik sebesar satu unit, maka
pendapatan tenaga kerja akan naik sebesar 1.15 unit. Selain itu, subsektor perikanan
di Papua juga memiliki kemampuan untuk menciptakan pendapatan relatif dari nilai
tambah sebesar 0.06. Artinya, bila terjadi kenaikan permintaan perikanan dalam
neraca eksogen sebesar satu unit, akan meningkatkan pendapatan relatif nilai tambah
dalam perekonomian Papua sebesar 1.06 unit.
Susanti (2003) dengan model keseimbangan umum melakukan simulasi
kenaikan investasi di sektor perikanan laut. Dari simulasi kenaikan investasi di sektor
perikanan Indonesia yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa peningkatan investasi di
(48)
tumbuh, yaitu output subsektor perikanan laut tumbuh sebesar 0.0027 persen, output
subsektor perikanan darat tumbuh sebesar 0.0029 persen dan output subsektor
pengolahan perikanan tumbuh 0.0021 persen. Peningkatan output sektor perikanan
akibat peningkatan investasi akan mendorong peningkatan ekspor sektor perikanan
sebesar 0.0039 persen. Sebaliknya dari sisi impor, terjadi penurunan untuk impor
produk perikanan laut sebesar 0.1519 persen. Turunnya impor tersebut karena laju
peningkatan output yang terjadi di sektor perikanan mampu memenuhi permintaan
domestik sektor tersebut. Pengaruh peningkatan investasi sektor perikanan sebesar
1.05 persen secara keseluruhan terhadap kinerja sektor-sektor lain juga cenderung
mengakibatkan terjadinya peningkatan output, kecuali yang terjadi pada sektor
industri lain turun 0.0007 persen dan sektor transportasi turun 0.0005 persen.
Penurunan output ini disebabkan karena pangsa sektor industri lain relatif kecil
terhadap perikanan sehingga dampak dari peningkatan investasi tidak memberikan
pengaruh langsung pada sektor tersebut.
Penelitian Darmawan (2003) terhadap sektor-sektor perekonomian di
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, menyatakan bahwa sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 52.42 persen terhadap pembentukan PDRB
Kabupaten Takalar, di mana 39.04 persen berasal dari subsektor perikanan. Meski
demikian, penerimaan sektor pertanian belum optimal. Di mana penerimaan aktual
sektor pertanian sebesar Rp. 252 milyar, terdapat selisih Rp. 32 milyar dengan nilai
analisis optimal yang diperoleh melalui metode pemrograman linear, yaitu sebesar
Rp. 284 milyar. Artinya, produksi sektor pertanian, yang di dalamnya terdapat
(49)
Pada penelitian Ollivia (2002) dengan model persamaan struktural dan data
time series 1989-2000 diteliti tentang keragaan ekspor cakalang (skipjack) beku dan
madidihang (yellowfin) segar indonesia ke pasar jepang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa simulasi penurunan tingkat suku bunga 40 persen akan
meningkatkan volume tangkapan skipjack dan yellowfin sebesar dua persen. Dampak
turunnya suku bunga yang cukup besar terjadi pada produksi skipjack beku yang
meningkat sebesar 1.1 persen dan ekspor skipjack beku Indonesia ke pasar Jepang
yang meningkat sebesar satu persen. Simulasi peningkatan kapasitas kapal sebesar 50
persen berakibat pada naiknya volume tangkapan skipjack dan yellowfin
masing-masing sebesar 13.4 dan 11 persen. Simulasi depresiasi rupiah sebesar 30 persen
mengakibatkan naiknya volume produksi skipjack beku sebesar 5620 ton atau 27
persen. Hal ini sesuai dengan logika ekonomi bahwa tingginya nilai dollar terhadap
rupiah merupakan insentif bagi eksportir untuk meningkatkan produksinya.
Hermawan (2001) dalam penelitiannya tentang peranan subsektor perikanan
laut dalam perekonomian Jawa Barat, dengan menggunakan analisis input-output
menemukan bahwa subsektor perikanan memiliki angka pengganda output sebesar
1.2125. Angka sebesar tersebut menunjukkan bahwa jika terdapat permintaan akhir
atas sektor tersebut sebesar satu juta, maka produksi daerah total akan meningkat
senilai 1.2125 juta. Selain itu, subsektor perikanan memiliki angka pengganda
pendapatan sebesar 0.2536 menunjukkan jika terdapat permintaan akhir atas sektor
perikanan laut sebesar satu unit maka pendapatan masyarakat nelayan akan
meningkat sebesar 0.2536 unit. Angka ini menempati urutan ke-40 dari klasifikasi 76
(50)
laut belum cukup andal dalam menciptakan pendapatan masyarakat nelayan.
Subsektor perikanan laut di Jawa Barat juga memiliki angka pengganda tenaga kerja
sebesar 0.0510, yang berarti bahwa pengaruh kenaikan permintaan akhir sebesar 100
satuan akan meningkatkan tenaga kerja di sektor tersebut sebanyak lima orang.
Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa sektor perikanan belum menjadi sektor
unggulan di Provinsi Jawa Barat.
Soepanto (1999) meneliti tentang model ekonometrika perikanan Indonesia
yang dibagi ke dalam tiga blok besar, yaitu udang (segar, beku, kaleng), tuna (segar,
beku, kaleng), dan ikan lainnya. Soepanto telah memperhitungkan perbedaan ukuran
kapal, alat tangkap, serta potensi lestari sumber daya ikan. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa secara umum sumberdaya perikanan tuna dan udang Indonesia
belum melampaui kapasitas potensi lestarinya. Selain itu, berhubungan dengan
persaingan ekspor perikanan dunia, perlu diwaspadai pertumbuhan volume ekspor
negara pesaing lebih besar daripada pertumbuhan ekspor Indonesia terutama pada
kondisi liberalisasi multilateral. Negara tujuan ekspor tuna beku sesuai dengan urutan
prioritas adalah Singapura, Jepang, Eropa, dan AS. Sedangkan urutan negara
pesaingnya adalah Korea, Taiwan, dan Spanyol. Soepanto juga menunjukkan bahwa
iInstrumen kebijakan menambah atau mengurangi alat tangkap tuna lebih efektif
daripada menambah atau mengurangi jumlah kapal.
Pada penelitiannya di Kotamadya Bitung, Runtukawe (1992) dengan model
ekonomi basis menyimpulkan bahwa subsektor perikanan merupakan sektor basis
dalam perekonomian Kotamadya Bitung. Nilai Location Quotient (LQ) subsektor
(51)
tahun 1985 adalah sebesar 1.99, tahun 1986 sebesar 1.92, tahun 1987 sebesar 1.95,
tahun 1988 sebesar 1.95, tahun 1989 sebesar 1.71 dan tahun 1990 sebesar 1.71. Selain
itu, subsektor perikanan di Kotamadya Bitung memiliki pertumbuhan yang cukup
tinggi selama kurun waktu 1985-1990, yaitu rata-rata sebesar 6.16 persen per tahun.
Dengan demikian, subsektor perikanan di Bitung merupakan sektor yang layak untuk
dikembangkan karena pertumbuhannya akan mendorong pertumbuhan sektor-sektor
lain dalam perekonomian Kotamadya Bitung.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa sektor
perikanan memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan ekspor di Indonesia.
Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Selama ini, penelitian yang menganalisis secara kuantitatif dampak kenaikan ekspor
di sektor perikanan terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor
produksi masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menganalisis
dampak dari kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap pendapatan sektor
perikanan itu sendiri maupun terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan
sektor sektor perekonomian lainnya di Indonesia. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model SNSE.
2.7 Kerangka Pemikiran
Potensi subsektor perikanan Indonesia berpeluang untuk dimanfaatkan dalam
memenuhi kebutuhan domestik dan untuk tujuan ekspor. Potensi tersebut masih
belum dimanfaatkan sepenuhnya. Hal ini terlihat dari pangsa pasar dunia untuk
(52)
Namun, tingginya permintaan ikan dunia memberikan kesempatan bagi peningkatan
ekspor perikanan Indonesia.
Melalui mekanisme keterkaitan, peningkatan ekspor perikanan memiliki
dampak terhadap peningkatan pendapatan sektor-sektor produksi, baik sektor
perikanan itu sendiri ataupun sektor-sektor lain. Peningkatan ekspor sektor perikanan
akan mendorong kenaikan permintaan di sektor perikanan dan kenaikan permintaan
di sektor-sektor lain yang berhubungan dengan sektor perikanan, misalnya saja sektor
transportasi, sektor industri pengolahan makanan, dan sebagainya. Selain itu,
peningkatan ekspor perikanan juga berpengaruh terhadap pendapatan pada blok
institusi dan terhadap distribusi pendapatan pada blok faktor produksi. Hal ini
disebabkan karena peningkatan ekspor sektor perikanan akan mendorong kenaikan
harga komoditi perikanan. Dengan demikian, penerimaan rumah tangga dan tenaga
kerja di sektor perikanan akan meningkat. Pengaruh tersebut dapat dianalisis dengan
model SNSE.
Pada blok institusi dalam model SNSE, rumah tangga dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu rumah tangga pertanian dan rumah tangga bukan pertanian.
Rumah tangga pertanian dibagi lagi menjadi rumah tangga buruh tani dan pengusaha
pertanian. Rumah tangga bukan pertanian juga dibagi lagi menjadi rumah tangga
bukan pertanian pedesaan dan rumah tangga bukan pertanian perkotaan. Selain rumah
tangga, blok institusi dalam model SNSE juga mencakup institusi perusahaan dan
(53)
Skema konseptual pemikiran tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pemikiran Potensi Perikanan Indonesia
Pasar Domestik Ekspor
Peningkatan Pendapatan melalui mekanisme
pengganda
Blok Kegiatan Produksi Blok Institusi
Blok Faktor Produksi
Peningkatan Pendapatan Nasional dan Perbaikan Distribusi
Pendapatan
Tenaga Kerja
Bukan Tenaga Kerja
Rumah Tangga (8 gol.)
Per-usahaan
Pemerin-tah
Sektor-sektor Produksi (22 sektor)
Model SNSE
(simulasi kenaikan ekspor 5 persen)
Analisis pengganda total dan dekomposisi pengganda transfer, open
(54)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel SNSE
Indonesia tahun 2003. Tabel SNSE tersebut merupakan Tabel SNSE versi terbaru
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia.
3.2 Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan model analisis SNSE untuk menjawab pertanyaan
penelitian, karena pada model SNSE sektor-sektor perekonomian terbagi menjadi
faktor produksi, institusi, dan kegiatan produksi. Dengan demikian, maka dapat
dilakukan analisis untuk mengetahui distribusi pendapatan pada sektor-sektor
perekonomian dan rumah tangga di Indonesia, akibat injeksi kenaikan ekspor disektor
perikanan sebesar lima persen.
Tabel SNSE tahun 2003 diolah dengan mengikuti prosedur operasi matriks
seperti yang terdapat pada Model SNSE. Analisis dilakukan dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2003 dan E-Views 4.1.
3.3 Analisis Pengganda (Multiplier)
Pada model SNSE, Matriks T merupakan matriks yang menunjukkan aliran
penerimaan dan pengeluaran dalam neraca endogen yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Apabila setiap sel dalam matriks T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka
akan didapatkan matriks A, yaitu matriks baru yang menunjukkan besarnya
(55)
dinyatakan dalam proporsi (perbandingan). Unsur-unsur dalam matriks A adalah Aij
yang merupakan hasil pembagian nilai T pada baris ke i dan kolom ke j (Tij) oleh
jumlah kolom ke j, yang dapat dirumuskan menjadi :
1
ˆ−
=TijYj
Aij ………(8)
di mana Yˆ adalah matriks diagonal dari nilai-nilai jumlah kolom, sehingga : j
A = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 33 32 22 21 13 0 0 0 0 A A A A A
Dengan demikian, total pendapatan dapat dirumuskan sebagai :
Y = AY + X, atau
Y = (I – A)-1X ...(10) Jika Ma = (I – A)-1, maka :
Y = Ma X ………...……….(11)
di mana :
Ma = pengganda neraca total (accounting multiplier)
Y = peningkatan pendapatan
X = injeksi
Matriks A berisi koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung
dari perubahan yang terjadi pada sebuah sektor terhadap sektor yang lain. Sedangkan
Ma merupakan pengganda yang menunjukkan pengaruh perubahan pada sebuah
sektor terhadap sektor lainnya setelah melalui keseluruhan sistem SNSE.
(56)
Pengaruh total dari suatu sektor terhadap sektor yang lain sebenarnya terjadi
melalui banyak tahapan, yaitu pengganda transfer, pengganda open loop, dan
pengganda close loop. Pyat dan Round dalam Thorbecke (2000) telah melakukan
dekomposisi pengganda sebagai berikut :
Ma = Ma3 Ma2 Ma1………..(12)
Ma = Injeksi + T + O + C
di mana :
Ma1 = pengganda neraca transfer
T = kontribusi bersih atau efek pengganda transfer
Ma2 = pengganda neraca open loop
O = kontribusi bersih atau efek pengganda open loop
Ma3 = pengganda neraca close loop
C = kontribusi bersih atau efek pengganda close loop
Uraian dekomposisi pengganda transfer, open loop, dan close loop secara lebih jelas
diuraikan pada sub bab 3.3.1, 3.3.2, dan 3.3.3.
3.3.1 Pengganda Transfer
Pengganda transfer, yang dilambangkan dengan Ma1, menunjukkan pengaruh
injeksi pada suatu sektor dalam satu blok terhadap sektor lain dalam blok itu sendiri
setelah melalui keseluruhan sistem di dalam blok tersebut, namun sebelum
berpengaruh terhadap blok yang lain. Rumus dari pengganda transfer adalah sebagai
berikut :
Ma1 = (I – A0)-1………..(14)
(57)
di mana A0 adalah matriks diagonal dari matriks A
A0 =
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 33 22 0 0 0 0 0 0 0 A A
Sehingga bentuk Ma1 dalam bentuk matriks adalah :
Ma1 =
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − 1 33 1 22 ) ( 0 0 0 ) ( 0 0 0 A I A I I
Ma1 disebut sebagai pengganda transfer karena dalam Ma1 ini diasumsikan
seolah-olah bahwa injeksi pada suatu sektor hanya berpengaruh terhadap
sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama, dan tidak terhadap sektor-sektor-sektor-sektor yang berada
pada blok yang lain. Efek atau bagian dari pengganda transfer dalam peningkatan
pendapatan perekonomian saat dilakukan injeksi dapat dirumuskan sebagai :
T = (Ma1 – I) ...(17)
3.3.2 Pengganda Open Loop
Pengganda open loop atau cross-effect, yang dilambangkan dengan Ma2,
adalah pengganda yang memperlihatkan pengaruh injeksi pada salah satu sektor
dalam sebuah blok tertentu terhadap sektor lain di blok yang lain setelah melalui
keseluruhan sistem dalam blok yang lain tersebut. Pengganda open loop dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Ma2 = (I + A* + A*2) ……….(18)
di mana
A* = (I – A0)-1 (A – A0) Y ………....(19) ………..………..(15)
(58)
A* merupakan sebuah matriks dengan :
A*13 = A13 ………(20)
A*21 = (I – A22)-1 A21………(21)
A*32 = (I – A33)-1 A32 ………...(22)
Matriks A* dapat dituliskan sebagai :
A* =
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 0 0 0 0 0 0 32 * 21 * 13 * A A A
Sehingga, pengganda open loop adalah :
Ma2 =
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ I A A A A A I A A A A I 32 * 21 * 32 * 13 * 21 * 21 * 13 * 32 * 13 *
Kontribusi bersih pengganda open loop dalam peningkatan pendapatan sistem
perekonomian dapat dirumuskan sebagai :
O = (Ma2 – I)Ma1 ...(25)
3.3.3 Pengganda Close Loop
Pengganda Close Loop atau Ma3 memperlihatkan pengaruh injeksi pada salah
satu sektor dari suatu blok terhadap blok yang lain, untuk kemudian kembali pada
blok semula. Rumus pengganda close loop adalah :
Ma3 = (I – A*3)-1 ………(26)
Ma3 merupakan matriks diagonal yang diagonal utamanya secara berurutan
dari kiri atas ke kanan bawah berisi (I–A*13A*32A*21)-1, (I–A*21A*13A*32)-1 dan (I –
...………..…..………..(23)
(59)
A*32A*21A*13)-1. Efek pengganda close loop dalam peningkatan pendapatan suatu
sistem perekonomian dapat dirumuskan dengan :
C = (Ma3 – I)Ma2Ma1 ...(27)
3.4 Neraca Endogen dan Eksogen dalam SNSE
Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 terbagi menjadi blok neraca endogen dan
blok neraca eksogen. Blok neraca endogen dalam tabel SNSE terdiri dari : 1. Blok Neraca Faktor Produksi.
Blok ini dibagi menjadi faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Faktor produksi yang bukan termasuk tenaga kerja adalah lahan dan modal.
Adapun tenaga kerja dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
a. Tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji, yang dibagi menjadi desa dan
kota.
b. Tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji, yang dibagi menjadi
desa dan kota.
c. Tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar
penerima upah dan gaji, yang dibagi menjadi desa dan kota.
d. Tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar bukan penerima upah dan gaji, yang dibagi menjadi desa dan kota.
e. Tenaga kerja tata usaha, penjualan, jasa-jasa penerima upah dan gaji, yang
dibagi menjadi desa dan kota.
f. Tenaga kerja tata usaha, penjualan, jasa-jasa bukan penerima upah dan gaji,
(60)
g. Tenaga kerja kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi
penerima upah dan gaji, yang dibagi menjadi desa dan kota.
h. Tenaga kerja kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi
bukan penerima upah dan gaji, yang dibagi menjadi desa dan kota.
2. Blok Neraca Institusi.
Blok ini dibagi menjadi institusi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
Selanjutnya, institusi rumah tangga dibagi lagi menjadi :
a.Rumah tangga buruh tani, yaitu rumah tangga dengan penerima pendapatan
terbesar bekerja sebagai buruh tani.
b.Rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu rumah tangga dengan kepala rumah
tangga atau penerima pendapatan terbesar memperoleh pendapatan hasil
mengusahakan lahan pertanian.
c.Rumah tangga golongan rendah adalah rumah tangga bukan pertanian dengan
kepala rumah tangga atau penerima pendapatan terbesar bekerja sebagai
tenaga tata usaha golongan rendah, pedagang keliling, pekerja bebas sektor
angkutan, jasa perorangan, dan buruh kasar. Golongan rumah tangga ini dirinci
lagi menjadi mereka yang bertempat tinggal di pedesaan dan perkotaan.
d.Rumah tangga golongan atas adalah golongan rumah tangga bukan pertanian
dengan kepala rumah tangga atau penerima pendapatan terbesar bekerja
sebagai pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru,
pekerja tata usaha dan penjualan golongan atas. Golongan rumah tangga ini
(61)
e.Rumah tangga bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas, yang dirinci
menjadi mereka yang bertempat tinggal di pedesaan dan perkotaan.
Dalam SNSE Indonesia tahun 2003, tidak terdapat klasifikasi khusus untuk
rumah tangga nelayan. Meski demikian, sektor perikanan merupakan salah satu
subsektor dari sektor pertanian, sehingga rumah tangga nelayan dapat dimasukkan
dalam golongan rumah tangga pertanian, baik buruh dan pengusaha. Rumah
tangga nelayan yang termasuk buruh pertanian misalnya adalah pekerja tambak,
awak kapal penangkapan ikan, serta rumah tangga pekerja lain di sektor
perikanan yang menerima upah dan gaji. Sedangkan rumah tangga nelayan yang
dapat digolongkan dalam rumah tangga pengusaha pertanian misalnya adalah
pemilik tambak, pemilik kapal penangkapan ikan, dan pengusaha perikanan
lainnya.
3. Blok Neraca Sektor Produksi.
Blok ini terdiri dari 22 sektor produksi. Sektor-sektor produksi tersebut adalah :
a.Pertanian tanaman pangan
b. Pertanian tanaman lainnya c. Peternakan dan hasil-hasilnya d.Kehutanan dan perburuan
e.Perikanan
f. Pertambangan batubara, biji logam dan minyak bumi
g.Pertambangan dan penggalian lainnya h. Industri makanan, minuman dan tembakau i. Industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit
(1)
(Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum)
[Tesis]. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Thorbecke, Erick. 2000. ”The Use of Social Accounting Matrices in Modelling”
[Cornell University Online]. http://www.econ.nyu.edu/dept/iariw [3
Desember 2005].
Todaro, Michael P., dan Stephen C. Smith. 2003.
Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga.
Edisi Kedelapan Jilid Kesatu. Jakarta : Erlangga.
Vitner, Yon. 2004. ”Ekolabel Produk Perikanan” [Kompas Online].
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/31/bahari 943723htm.htm [17
Januari 2007].
Windria, Nur H. 2005. “Berburu Yen Dari Ikan Tuna” [BEI Online ]. http://www.
bexi.co.id/images_res/exim-Berburu%20Yen%20%20dari%20Ikan%20Tuna.
pdf [18 Oktober 2006].
World Wide Fund. 2006. “Perikanan Laut” [WWF Online]. http://
www.wwf.or.id/index/phptdtny/fuseaction/news/detail&id=NWS113471531
&language=i&print=1.htm [18 Oktober 2006].
(2)
(3)
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor dalam SNSE Indonesia Tahun 2003 yang
Telah Diagregasi
Sektor Kode
Desa 1
Penerima Upah dan Gaji
Kota 2
Desa 3
Pertanian
Bukan Penerima Upah dan Gaji
Kota 4
Desa 5
Penerima Upah dan Gaji
Kota 6
Desa 7
Produksi, Operator Alat
Angkutan, Manual dan
buruh kasar Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 8
Desa 9
Penerima Upah dan Gaji
Kota 10
Desa 11
Tata Usaha, Penjualan,
Jasa-Jasa Bukan Penerima Upah dan Gaji
Kota 12
Desa 13
Penerima Upah dan Gaji
Kota 14
Desa 15
Tenaga kerja Kepemimpinan Ketatalaksanaa n, Militer, Profesional dan
Teknisi Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 16
Fak
tor
Pro
duk
si
Bukan tenaga kerja
17
Buruh 18
Pertanian
Pengusaha 19
Pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa
perorangan, buruh kasar 20 Bukan angkatan kerja dan golongan
tidak jelas 21
Pedesaan
Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan
atas 22 Pengusaha bebas golongan rendah,
tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa
perorangan, buruh kasar 23 Bukan angkatan kerja dan golongan
tidak jelas 24
Rumah
tangga Bukan Pertanian
Perkotaan
Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan
atas 25
Perusahaan 26
In
stitu
si
(4)
Lampiran 1.
Lanjutan
Pertanian Tanaman Pangan 28
Pertanian Tanaman Lainnya 29
Peternakan dan Hasil-hasilnya 30
Kehutanan dan Perburuan 31
Perikanan 32
Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi 33 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 34 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 35 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 36 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 37 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan
Industri 38 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 39
Listrik, Gas Dan Air Minum 40
Konstruksi 41
Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan
Pergudangan 42
Restoran 43
Perhotelan 44
Angkutan dan Komunikasi 45
Bank dan Asuransi 46
Real Estate dan Jasa Perusahaan 47 Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa
Sosial Lainnya 48
Sektor Produksi
Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya 49 Neraca
Kapital 50
Pajak Tidak
Langsung 51
Subsidi 52
(5)
Lampiran 4. Pengganda Transfer Tabel SNSE Indonesia Tahun 2003
Lampiran 4.
Lanjutan
Lampiran 4.
Lanjutan
Lampiran 7. Dampak Total Kenaikan Ekspor di Sektor Perikanan terhadap
Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian (Rp. Milyar)
Lampiran 7.
Lanjutan
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
(6)