41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI SEROVAR Salmonella spp.
Isolat Salmonella yang digunakan telah dikonfirmasi dengan API 20E dan teridentifikasi sepuluh isolat tersebut sebagai Salmonella spp. Melalui uji
serologi Salmonella spp. dapat lebih dispesifikkan menjadi subspesies yang berbeda berdasarkan antigen-antigen yang dimiliki masing-masing isolat.
Pengujian serologi penting karena struktur molekul protein atau polisakarida setiap bakteri berbeda dan juga struktur antigennya. Bagi genus Salmonella,
uji serologi merupakan standar metode deteksi konvensional. Hasil uji serologi terhadap antigen O dan motilitas Salmonella spp. dapat dilihat pada
Tabel 3. Tabel 3. Data uji serologi antigen O dan motilitas
No. Spesimen
Uji Serologi Uji Motilitas
1. Gb OMF
Motil 2.
PB5 O:8 Motil
3. PGB3 O:1,4,12
Motil 4.
PGB5 O:12 Motil
5. PKS1 O:8
Tidak motil
6. PKS2 O:5
Motil 7.
PL2
1
O:5 Tidak
motil 8.
PL2
2
O:6,7,14 Tidak
motil 9.
PM3 O:8 Tidak
motil 10. RGB1
O:1,4,12 Motil
Keterangan: Motil jika koloni yang seragam meluas ke tepi agar semi solid 50 jari-jari cawan
Uji serologi antigen O diikuti dengan uji motilitas karena uji motilitas merupakan bagian dari uji serologi. Uji motilitas harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum antigen H flagela diuji untuk memastikan bahwa isolat Salmonella
yang akan diuji antigen H-nya memiliki flagela motil. Uji
42 serologi yang lengkap, seharusnya meliputi uji serologi terhadap antigen O
somatik, antigen Vi, dan antigen H flagelar. Namun, serotyping yang dilaksanakan di Pusat Riset Obat dan Makanan dibatasi pada tahap uji antigen
O, disesuaikan dengan antisera yang tersedia. Uji antigen Vi tidak dilakukan sebab antisera tidak tersedia, sehingga penentuan apakah bakteri tersebut
lebih patogen jika uji positif atau tidak belum dapat terlaksana, sedangkan uji antigen H tidak dilaksanakan karena antisera tidak lengkap. Padahal dalam
pengujian aglutinasi antigen-antisera diperlukan seluruh jenis antisera individual. Kelengkapan tersebut penting karena kerja dilakukan bertahap,
apabila terdapat antigen-antisera yang tidak menunjukkan aglutinasi, kemudian dapat dilanjutkan dengan antisera lainnya hingga diperoleh
aglutinasi. Jika ada tahapan uji yang dilewati maka kespesifikan antigen pada patogen tidak dapat dipastikan.
Uji antigen O dilakukan pada Salmonella karena bakteri ini termasuk Gram negatif. Bakteri Gram negatif memiliki membran luar yang memiliki
lipopolisakarida, di mana antigen O merupakan bagian dari lipopolisakarida tersebut. Oleh karena itu, antisera mudah bereaksi dengan antigen karena
letaknya di permukaan membran luar sel bakteri. Uji serologi pada spesimen Gb hanya dapat dilakukan sampai pada
antigen O serogrup OMF O Multi-phase F sera, karena antisera O individual bagi grup F tidak tersedia. Antisera individual berarti sera tersebut hanya
mengandung satu faktor tunggal antigen, berbeda dengan antisera polivalen yang memiliki beberapa faktor tunggal antigen. Serogrup F jarang
teridentifikasi sebagai penyebab penyakit pada manusia atau pun sapi. Sedangkan serogrup yang diidentifikasi banyak menyebabkan penyakit pada
anak sapi, susu sapi, dan manusia berasal dari Salmonella serogrup B, C, D, dan E Jayarao dan Henning, 2001. Spesimen PB5, PKS1, dan PM3
teridentifikasi memiliki antigen O:8, spesimen PKS2 dan PL2 memiliki antigen O:5, dan spesimen PGB5 memiliki antigen O:12. Terdapat pula
spesimen yang teridentifikasi memiliki antigen O lebih dari satu faktor tunggal, yaitu spesimen PGB3 dan RGB1 dengan serovar O:1,4,12 dan
spesimen PL2
2
dengan serovar O:6,7,14.
43 Hasil serotyping terhadap kesepuluh isolat menujukkan Salmonella
dengan serovar O:12 paling banyak ditemukan pada isolat Salmonella spp. dalam daging ayam, yakni dari spesimen PGB3, PGB5, dan RGB1. Serovar
O:12 terdapat pada serogrup B, anggota serogrup B yang dilaporkan menjadi sumber penyakit di Indonesia, yaitu Salmonella enterica subspesies enterica
serovar Typhimurium dan S. Paratyphi B. Penamaan S. Typhimurium berdasarkan hasil uji serologi menjadi I 4,5,12:i:1,2, artinya galur
S. Typhimurium merupakan spesies Salmonella enterica subspesies enterica
yang memiliki antigen O:4, O:5, dan O:12, antigen H fase 1 i dan antigen H fase 2 1 dan 2.
Anggota genus Salmonella mempunyai struktur antigen yang tidak stabil dan dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu dan bakteri ini pada suatu
saat dapat membentuk variasi secara tiba-tiba Poernomo, 2004. Galur Salmonella
yang awalnya teridentifikasi memiliki antigen O, bisa saja ketika diuji ulang mengalami autoglutinasi rough strain of Salmonella, galur ini
ialah galur yang telah kehilangan sifat antigen O-nya. Oleh karena itu pada setiap awal tahapan uji serologi perlu dilakukan suspensi bakteri dengan NaCl
0.85, jika suspensi menggumpal maka bakteri tersebut telah mengalami autoglutinasi dan perlu disubkulturkan pada Agar darah atau Agar Mueller-
Hinton untuk me-recovery kondisi smooth mengandung struktur antigen O. Seluruh isolat Salmonella spp. saat pengujian autoglutinasi menunjukkan
reaksi negatif, maka uji serologi dilanjutkan dengan menggunakan antisera polivalen O. Jika aglutinasi tidak terjadi dengan antisera Polivalen O berarti
bakteri bukan Salmonella dan serotyping tidak perlu dilakukan. Antibodi pada sera spesifik akan menggumpal dengan bakteri yang memiliki antigen
sesuai CDC, 2009. Setelah uji antigen O dilaksanakan, sepuluh isolat harus ditumbuhkan
dalam medium agar semi solid, Swarm Agar, untuk melihat motilitasnya. Jika Salmonella
motil, berarti bakteri tersebut berflagela dan memiliki antigen H yang harus diuji lebih lanjut. Swarm Agar yang diprasyaratkan oleh WHO-
CDC 2009, tersusun atas TSB, KNO
3
, dan agar. Karena media ini tidak tersedia di laboratorium, dibuatlah media agar semi solid dari Nutrien Agar,
44 Nutrien Broth
, Beef extract, dan KNO
3
untuk uji motilitas. Modifikasi tersebut tetap memberi komposisi yang sama dengan medium uji motilitas
M103, BAM dan motilitas dapat diuji. Perpindahan tipikal dari Salmonella ialah yang menunjukkan pergerakan
sejauh 40 mm dari titiktempat yang telah diinokulasi. Pergerakan bakteri dapat dilihat dari koloni yang menyebar dari inokulasi satu titik di tengah
agar menjadi melebar ke tepi agar. Bakteri yang dianggap layak untuk dilakukan uji serologi antigen H ialah bakteri koloni seragam yang bergerak
ke tepi melebihi setengah dari jari-jari agar semi solid. Jika terdapat pergerakan menuju tepi agar, berarti bakteri tersebut berflagela dan secara
teoritis memiliki antigen H. Apabila tidak terdapat pergerakan, padahal uji morfologi dan biokimia mengidentifikasi secara umum bahwa bakteri uji
ialah Salmonella, inkubasi perlu dilanjutkan selama 24 jam 35°C. Jika tetap tidak ada pergerakan bakteri pada medium semi solid, bakteri dalam medium
tersebut diinkubasi kembali pada suhu 25°C selama 5 hari. Hasil pengamatan terhadap kesepuluh isolat yang diinokulasi pada agar semi solid dan
diinkubasi selama satu hari, isolat yang menunjukkan motilitas tipikal ialah spesimen Spesimen Gb, PB5, PGB5, PKS2, RGB1, dan PGB3. Visualisasi uji
motilitas isolat Salmonella spp. dapat dilihat pada Lampiran 10. Spesimen PKS1, PL21, PL22, dan PM3 walaupun tidak motil, masih
dapat diasumsikan sebagai Salmonella spp. karena tidak semua Salmonella motil. Ada beberapa spesies Salmonella yang tidak mempunyai antigen H
flagela tidak motil, misalnya S. Pullorum dan D. Gallinarum Gast, 2003. Menurut Gast 2003, lebih dari 2400 subspesies S. enterica bersifat motil.
Oleh karena itu, uji serologi tidak cukup hanya pada tahap uji antigen O, tetapi harus dilengkapi dengan uji antigen H fase 1 dan 2 sehingga
identifikasi serovar lengkap. Kelebihan dilakukannya uji serotipe ialah identifikasi Salmonella spp.
lebih lengkap, penulisan serovar yang jelas dan diterima oleh sebagian besar negara di dunia, penyediaan data bagi kasus epidemik Salmonella dan dapat
diperbandingkan dengan subspesies Salmonella yang juga pernah menyebabkan epidemik di negara-negara lain. Keuntungan diketahuinya
45 serovar melalui uji serologi ini ialah kemudahan dalam penelusuran bakteri
Salmonella yang menjadi sumber penyakit asal pangan atau kasus epidemik
di Indonesia dan kemudahan memperbandingkan serovar Salmonella spp. dengan negara lain.
Menurut WHO dalam Global Salmonella Surveillance 2009, serotyping dapat menjadi metode terbaik dalam penetapan fenotip bakteri sebab metode
ini memiliki kemampuan membedakan subspesies secara teliti dan memberikan informasi serotipe yang penting bagi kasus-kasus epidemik.
Kemudahan penerapan dan pelaksanaan metode deteksi ini menjadikan SAT dapat diaplikasikan oleh pihak yang hendak melakukan uji serologi. Kendala
utama bagi terlaksananya uji ini secara luas ialah biaya yang tinggi dalam penyediaan antisera. Metode lain, seperti sistem molekuler yang saat ini
berkembang pesat tidak dapat menggantikan uji serotipe yang bekerja dengan prinsip aglutinasi antisera dan antigen.
B. DETEKSI B. cereus BERBASISKAN DNA