4.1.2.6 Topografi dan Tanah Kawasan Bukit Cimanggu City BCC memiliki kemiringan yang pada
umumnya datar yaitu berkisar 0-5 . Kemiringan tersebut menjadikan kawasan BCC bebas dari bahaya erosi atau longsor. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
2004 tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lereng, kedua kawasan perumahan tersebut telah memenuhi kriteria yaitu untuk lahan permukiman
dibangun pada lahan dengan kemiringan 0-15. Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dalam, Saputra, 2010 jenis tanah
yang teridentifikasi di kawasan Bukit Cimanggu City merupakan jenis tanah Latosol. Mahasiswa tidak melakukan uji lab terhadap tanah di daerah ini.
4.1.2.7 Kondisi Satwa Data kondisi satwa yang diperolah melalui wawancara kepada orang yang
berada di RTH dan memiliki intensitas tinggi di RTH. Pada taman ketetanggaan memiliki fasilitas pos satpam. Dari beberapa satpam dan penghuni yang telah
diwawancara, diketahui jenis burung yang sering terlihat pada pemukiman. Jenis burung berdasarkan hasil wawancara tersebut antara lain:
- Burung gereja Passer montanus, - Burung emprit Lonchura puntulata,
- Burung kutilang Pycnonotus aurigaster, - Burung merpati Columba oenas,
- Burung perkutut Geopelia striata, biasanya pada pagi hari - Burung sritiwalet rumah Collocalia esculanta ,
- Burung ciblekprenjak jawa Prinsa familiaris, setiap pagi dan - Burung hummingbird.
4.2 Analisis 4.2.1 Analisis Kebutuhan RTH untuk permukiman
Berdasarkan fungsinya, ruang terbuka hijau permukiman akan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu taman lingkungan, taman ketetanggaan RT dan halaman
rumah. Luas sampel dibandingkan dengan standard kebutuhan RTH dari PU Tabel 18. Gambar 29 merupakan sampel taman ketetanggaan Bukit Cimanggu City
sedangkan luas taman ketetanggaanRT dan perbandingan dengan standard Menteri Pekerjaan Umum 2008 terdapat pada Tabel 19.
Tabel 18. Standard Kebutuhan RTH menurut PU
No Unit
Tipe RTH Luas minimal
unit m² Luas minimal
unit m² Lokasi
1 250 jiwa
Taman RT 250
1,0 di tengah
2 2500 jiwa
Taman RW 1.25
0,5 di pusat kegiatan
3 30000 jiwa
Taman 9
0,3 dikelompokan
4 120000 jiwa
Taman 24 0,2
dikelompokan Pemakaman
Disesuaikan 1,2
tersebar
5 480000 jiwa
Taman kota 144
0,3 di pusat wilayah
Hutan kota Disesuaikan
4,0 di dalam kawasan
Untuk fungsi- fungsi tertentu
Disesuaikan 12,5 disesuaikan
dengan kebutuhan Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008
a b
c d
Gambar 29. Sampel Taman Ketetanggaan RT: a Sampel 1, b Sampel 2, cSampel 3, dan d Sampel 4
Tabel 19. Luas Beberapa Sampel Taman Ketetanggaan
Taman KetetanggaanRT
Luas m² Keterangan
Kebutuhan Ruang minimal berdasarkan PU
menjadi 250 m² unit
Sampel 1 367.9493 - Satu taman untuk dua RT
- Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau = Luas minimal PU x
Jumlah RT ES
Sampel 2 223.5442
ES Sampel 3
787.5076 ES
Sampel 4 972.0216
ES Ket :
E = Eksisting ; S = Standard
Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada sampel 2 luas eksisting tidak mencukupi standard PU. Pada 2, luas eksisting RTH tidak mencukupi
26,4558 m² sehingga diperlukan adanya penambahan luas taman ketetanggaan untuk memenuhi standard PU. Gambar 30 merupakan gambar Taman Lingkungan Bukit
Cimanggu City.
a b
c Gambar 30. Taman Lingkungan: a Taman 1, b Taman 2,
dan c Taman 3
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008, pada Tabel 20 tersaji hasil perhitungan luas RTH taman lingkungan kawasan Bukit
Cimanggu City.
Tabel 20. Luas RTH taman lingkungan kawasan
Taman Lingkungan
Luas m² Keterangan
Kebutuhan Ruang minimal PU adalah
9000 m²
Taman 1 2249.5346 BCC memiliki kurang dari 3000
KK Jumlah penduduk kurang dari
30000 jiwa Taman 2
2130.9228 Taman 3
3888.1305 8268.5879 ES
Ket : E =
Eksisting ; S = Standard
Kawasan BCC memiliki jumlah penduduk kurang dari 30000 jiwa maka luas RTH taman lingkungan minimal yang harus dimiliki adalah sebesar 9000 m². RTH
taman lingkungan yang dimiliki oleh BCC tersebar menjadi beberapa macam fungsi seperti taman olahraga, taman mesjid dan hijauan danau. Jumlah luas RTH taman
lingkungan seluruhnya mencapai 8268,5879 m² sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa RTH taman lingkungan kawasan BCC belum memenuhi standard dari PU. Di
kawasan BCC diperlukan penambahan luas taman lingkungan sebesar 731,4121 m² untuk memenuhi standard PU.
Pada tabel perbandingan dapat diketahui perlu adanya penambahan luas RTH. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan adanya kavling-kavling kosong tak
terbangun atau tanah kosong secara permanen menjadi RTH dengan fungsi sebagai area sink Gambar 31. Peta persebaran sampel RTH terdapat pada Gambar 32.
Gambar 31. Lokasi tempat usulan penambahan RTH
Judul Penelitian PERENCANAAN RUANG TERBUKA
HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN
PERUMAHAN
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Gambar
Peta Sebaran Sampel RTH
Dibuat Oleh Dian Khaerunnisa
A44062918
Orientasi
Dibimbing Oleh Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si
No Gambar
32
Skala
Legenda RTH komunitas
RTH ketetanggaan
Halaman rumah
Bagian I Bagian II
Bagian III
4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Bersarang
Luas RTH yang dibutuhkan oleh satwa burung untuk bersarang menggunakan teori dari The University of Montana 2010. Berdasarkan hasil perhitungan
dibutuhkan area minimum seluas 401.3 meter² untuk keseluruhan area perlindungan penampung. Luas area perlindungan penampung sink didapatkan dengan
menghitung luas area dengan menggunakan rumus lingkaran, sebagai berikut:
7 .
. ²
Jari-jari lingkaran merupakan lingkaran terluar dari area perlindungan yaitu 11.3 meter. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka masing-masing RTH publik
dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe habitat burung ideal. Tabel 21. Jenis RTH dan Fungsi area yang dapat dikembangkan
Jenis RTH Luas
m² Perimeter
m L2
√A Fungsi Area
Taman lingkungan 1 2640.2 596.3
3.3 Area perlindungan penampung
Taman lingkungan 2 2521.6 203.4 1.1
Area perlindungan penampung
Taman lingkungan 3 3885.3 274.7 1.2
Area perlindungan penampung
Sampel ketetanggaan 1 367.9
110.5 1.6
Koridor Sampel ketetanggaan 2
223.5 81.5
1.5 Koridor
Sampel ketetanggaan 3 878.7 126.1 1.2 Area perlindungan
penampung Sampel ketetanggaan 4
1037.5 136.5 1.2 Area perlindungan
penampung
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa kawasan Bukit Cimanggu City tidak memenuhi kriteria luas area perlindungan sebagai sumber source. Dari tujuh
sampel RTH taman, dua diantaranya tidak memenuhi luas sebagai area perlindungan penampung. Semakin besar nilai ratio maka semakin banyak edges yang tersedia.
Berpengaruh pada implikasi penyebaran tanaman dan pergerakan hewan, namun semakin besar edges maka gangguan yang akan diterima akan semakin banyak.
Koridor berfungsi untuk menyambungkan antar area perlindungan dan antara area perlindungan dan sumber source. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka
tingkat pergerakan burung akan semakin tinggi. Pada Gambar 33 terlihat keterkaitan antar RTH yang dihubungkan oleh
koridor. Koridor dapat berupa jalur pepohonan, semak atau berupa sungai kecil untuk burung air dan rawa.
Koridor yang ada pada kawasan BCC adalah koridor buatan. Menurut Bennett 1999, koridor buatan seperti tanaman pertanian, windbreaks atau shelterbelts,
umumnya merupakan tanaman introduksi non-indigenous atau eksotik. Tanaman yang ada bukan merupakan tanaman habitat asli kawasan BCC namun merupakan
hasil penanaman dari pembukaan lahan permukiman. Beberapa lokasi di kawasan koridor terputus tidak rapat karena adanya koridor gangguan berupa jalan raya.
Jalur masuk ke kawasan BCC berada di bagian atas, bawah dan bagian kanan lokasi. Hal ini dikarenakan bagian kiri BCC didominasi oleh kawasan perumahan.
Arah masuk lokasi terdapat gangguan berupa tempat penampungan sampah Gambar 34 sehingga dapat mengganggu pergerakan burung ke arah dalam BCC.
Gambar 34. Tempat penampungan sampah
4.2.3 Analisis Biofisik
4.2.3.1 Analisis Tanah Berdasarkan data yang telah diperoleh, jenis tanah pada tapak adalah tanah
latosol. Karakter jenis tanah latosol tersaji pada Tabel 22.
Legend da
Koridor Hija Koridor biru
Sumber RTH sampel
Jalur masuk b
Batas permuk au
burung kiman BCC
Judul Penelitian PERENCANA
HIJAU EK HABITAT BU
PE
DEPARTEMEN FAKUL
INSTITUT
n AAN RUANG T
KOLOGIS SEBA URUNG DI KA
ERUMAHAN
ARSITEKTUR L LTAS PERTANIA
T PERTANIAN BO 2011
ERBUKA AGAI
AWASAN
LANSKAP AN
OGOR J
D
O D
S Judul Gambar
Dibuat Oleh Dia
Orientasi
Dibimbing Oleh Ir. Qodari
Skala
Koridor
an Khaerunnisa A44062918
ian Pramukanto, M No Gamb
M.Si ar
33
Tabel 22. Karakter jenis tanah latosol
Jenis karakter Latosol
A. Karakter fisik 1.
Bahan induk 2.
Proses pembentukan 3.
Corak a.warna
b.ketebalan solum c.horizon
4. Struktur 5. Tekstur
6. Konsistensi 7. Sifat kepekaan erosi
Tuf volkan dan Volkan Laterisasi
Merah 1.5-10
Terselubung tidak nyata Remah sampai gumpal lemah
Liat berpasir Gembur dan homogeny tetap
Rendah B.
Karakter Kimia 1.
Kemasaman pH 2.
Kandungan BO 3.
KB 4.
KTK me100 g 5.
Daya absorbs 6.
Mineral liat penyusun 7.
Kandungan unsur hara 8.
Permeabilitas 9.
Kejenuhan Al Masam pH 4
1.0 sedang 65 sedang
40 tinggi 15-25 m.s sedang
Kaolinit Sedang
Tinggi 20 rendah
C. Karakter Biologi
Aktivitas biologi Baik
D. Tipe vegetasi Hutan tropis
Sumber: Soepraptohardjo, 1961
Pada Tabel 22 disebutkan bahwa jenis tanah latosol berdasarkan karakter fisiknya dari bahan induk tuf volkan dan volkan menyediakan mineral hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Struktur, tekstur, dan konsistensinya mempunyai sifat yang baik untuk aerasi udara tanah bagi akar tanaman. Kepekaan yang rendah menunjukan
tanah dapat ditanami dengan semua karakter fisik tanaman. Berdasarkan karakter kimianya tanah tergolong subur dengan ketersediaan ion-ion mineral yang penting.
Kesuburan tanah akan semakin baik dengan usaha pengapuran dan penambahan bahan organik. Kemampuan serap dan resap tanah yang tinggi diimbangi
permeabilitasnya yang tinggi. Karakter biologinya menunjukan aktivitas biologi yang menunjang kesuburan tanah dan vegetasi yang cocok dengan tanah tersebut adalah
vegetasi hutan hujan tropis. Kemiringan yang relatif datar memudahkan usaha pengembangan kawasan
permukiman. Kondisi kemiringan yang cukup datar meminimalkan terjadinya erosi tanah sehingga vegetasi pengisi RTH yang direncanakan dapat dihadirkan dari jenis
yang beragam.
4.2.3.2 Analisis Vegetasi Berdasarkan data yang telah diperoleh, data vegetasi akan dibagi menjadi tiga
jenis RTH yaitu RTH taman lingkungan, RTH taman ketetanggaan dan RTH halaman rumah.
4.2.3.2.1 Taman lingkungan a. Casa Grande
Jenis RTH taman lingkungan Casa Grande Gambar 35 adalah taman yang mengelilingi danau atau situ resapan air buatan. Casa Grande dibatasi oleh Cluster
Victoria di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Marcopolo Water Park sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan perkampuan desa Sukadamai.
Casa Grande memiliki luas ±1,2 ha. Alokasi pemakaian untuk RTH sebesar 2249.5346 meter², danau sebesar 7360 meter² dan sisanya dipakai untuk lain-lain.
Gambar 35. Taman lingkungan Casa Grande
Berdasarkan Tabel 23, taman didominasi oleh tanaman penghasil pakan berupa biji-bijian. Tanaman-tanaman penghasil biji tersebut diantaranya cemara
norflok Araucaria heteropylla, Chinese Jupiter Juniperus chinensis, trembesi Samanea saman, Ruelia tegak Ruellia brittoniana, kucai Allium schoenoprasum,
lili paris Chlorophytum camosum, kacang-kacangan Arachis pintoi, dan rumput gajah Axonopus compressus. Hal ini berarti jenis burung pemakan biji seperti
burung gereja, perkutut, empritpipit dan merpati berpotensi untuk dikembangkan dalam kawasan Bukit Cimanggu City.
Tabel 23. Jumlah ragam tanaman berdasarkan kriterianya Lokasi
Taman Danau
Lapangan Tenis
Taman Masjid
Jumlah ragam tanaman 16
5 24 Jenis pakan yang
dihasilkan Biji
8 5
10 Buah
2 6
Penarik serangga 1
1 10
Nektar 6
4 Tipe arsitektural
Nezeran 2
2 5
Roux 2
1 Rauh
3 1
6 Altim
5 Tinggi tanaman
Strata ke- 1
7 2
3 2
2 3
3 4
1 8
4 2
6 5
2 2
5 Tipe arsitektural pohon yang terdapat pada taman lingkungan danau ada tiga
macam yaitu nezeran, roux dan rauh. Tipe arsitektural roux terdapat lebih banyak dibanding tipe arsitektural lain. Rosana 2005 menyatakan bentuk tajuk tipe roux
yang tertutup dan tipe percabangan yang kontinyu pada batang utama menyebabkan tipe ini lebih sering digunakan burung untuk bertengger. Tipe rauh memiliki tipe
percabangan sekunder dengan bentuk tajuk tertutup digunakan sebagai tempat bersarang sedangkan tipe nezeran yang terbuka kurang disukai oleh burung.
Handayani 1995 mengelompokkan tinggi tanaman ke dalam beberapa strata yaitu strata 1 0 - 0,6 m, strata 2 0,6 - 1,8 m, strata 3 1,8 – 4,5 m, strata 4 4,5 –
15 m dan strata 5 15 m. Taman lingkungan Casa Grande memiliki ketinggian beragam yang berarti memiliki fungsi bermacam-macam. Taman ini didominasi oleh
oleh strata 1 yaitu dengan tinggi tanaman 0- 0,6 meter sehingga taman ini lebih sering digunakan untuk bermain dan mencari pakan. Jenis burung yang menggunakan strata
1 dan 2 adalah prenjak, kutilang dan burung gereja. Strata 3 dan 4 digunakan untuk istirahat, bersarang dan bersembunyi.
Taman lingkungan Casa Grande memiliki keragaman jenis tanaman yang beragam yaitu pohon, semak dan pohon. Tipe arsitektural pohon dan tinggi tanaman
yang ada pada taman lingkungan Casa Grande memiliki keragaman yang cukup tinggi dengan dominasi pakan yang dihasilkan berupa biji-bijian. Oleh karena itu,
taman lingkungan Casa Grande dapat dikembangkan untuk habitat burung jenis pemakan biji.
b. Lapangan Tenis Lapangan tenis Bukit Cimanggu City terletak bersebelahan dengan Marcopolo
Water Park. Taman lingkungan yang berbentuk lapangan tenis dibuat untuk digunakan oleh penghuni Bukit Cimanggu City. Luas lapangan tenis adalah sebesar
2130.9228 meter². Secara umum, bentuk taman lingkungan lapangan tenis terdapat
pada Gambar 36. Taman lingkungan lapangan tenis memiliki luas RTH sekitar 70-80 dari
luasnya sedangkan sisanya berupa perkerasan, bangunan dan pedestrian. Pada Gambar 36 diketahui bahwa tanaman taman lingkungan lapangan tenis didominasi
oleh tanaman pinus dan penutup tanah. Daftar klasifikasi tanaman yang ada di lapangan tenis terlampir.
Gambar 36. Lapangan Tenis
Berdasarkan Tabel 23, jenis pakan yang dominan dihasilkan adalah tanaman biji-bijian. Semua tanaman yang ada di RTH taman ini merupakan penghasil biji-
bijian. Tipe arsitektur yang dimiliki adalah tipe nezeran dan rauh. Tipe rauh memiliki tipe percabangan sekunder dengan bentuk tajuk tertutup digunakan sebagai tempat
bersarang sedangkan tipe nezeran yang terbuka kurang disukai oleh burung. Tinggi pohon yang dimiliki oleh taman ini kurang beragam karena hanya
memiliki dua strata yaitu strata satu dan lima. Strata ke-satu memiliki fungsi untuk tempat bermain burung dan mencari pakan sedangkan strata 5 banyak digunakan oleh
jenis burung yang menyukai tajuk pohon, baik mencari makan, bersarang maupun beristirahat.
Keragaman tanaman yang dimiliki oleh RTH taman lingkungan lapangan tenis dinilai kurang beragam karena hanya memiliki dua jenis tanaman yaitu pohon
dan penutup tanah. Tipe percabangan yang dimiliki yaitu rauh, mendominasi tanaman yang ada di tapak, menjadikan taman lingkungan dapat dikembangkan sebagai tempat
bersarang habitat burung. Tanaman yang dimiliki RTH taman ini merupakan penghasil biji-bijian sehingga dapat mengundang burung pemakan biji. Oleh karena
itu, RTH di taman ini lebih cocok digunakan sebagai habitat burung, singgah dan bertengger burung pemakan biji-bijian.
c. RTH Taman Masjid RTH Taman masjid bersebelahan dengan masjid di sebelah timur, kantor
polisi di sebelah utara, taman ketetanggaan di sebelah barat dan sungai di selatan. Luas yang dimiliki taman masjid adalah sebesar 3888.1 meter². Taman ini merupakan
taman pasif karena 90 dari wilayahnya merupakan ruang terbuka hijau dan jarang diadakan kegiatan aktif didalamnya. Berdasarkan papan penunjukinformasi, status
lahan ini sudah dikembalikan ke Pemda kota Bogor. Gambar 37 merupakan gambar eksisting tanaman di taman masjid.
Vegetasi yang dimiliki oleh taman masjid paling beragam bila dibandingkan dengan ragam vegetasi di RTH taman lain. Jumlah ragam vegetasi yang dimiliki ada
24 dua puluh empat jenis tanaman. Pakan yang dominan dihasilkan pada taman ini adalah pakan biji-bijian dan penarik serangga sehingga dapat menarik beragam jenis
burung. Tipe arsitektural rauh dan altim membuat taman ini berpotensi untuk
dikembangkan sebagai area bersarang burung. Bentuk tajuk yang tertutup dengan percabangan sekunder dapat menjadi sarang yang paling bagus untuk burung
beristirahat dan bersarang. Strata tanaman yang dimiliki didominansi oleh tanaman dengan strata 3 yang biasa digunakan untuk istirahat bersarang dan sembunyi.
Sedangkan banyaknya penutup tanah berupa alang-alang sangat disukai oleh jenis burung prenjak, kutilang dan burung gereja.
Gambar 37. RTH Taman Masjid
4.2.3.2.2 Taman Ketetanggaan Taman RT Rata-rata tanaman yang ada berupa penghasil pakan biji-bijian dan buah-
buahan. Tanaman penghasil biji-bijian pohon pinus Pinus merkusii dan tanaman buah-buahan pohon mangga Mangifera indica banyak terdapat di taman RT.
Pada 2 dua taman sampel, arsitektural pohon yang dimiliki didominasi oleh tanaman nezeran dan rauh. Jenis arsitektural nezeran yang terbuka, membuat taman
dapat digunakan sebagai tempat bertengger sedangkan tipe arsitektural rauh membuat taman dapat digunakan sebagai tempat bersarang.
Oleh karena itu, ada beberapa taman RT yang dapat dikembangkan sebagai area perlindungan burung penampung. Hal ini dapat terlaksana bila tanaman yang
dimiliki oleh taman RT lebih beragam. Pakan yang dihasilkan membuat jenis taman dapat dikembangkan untuk 2 dua jenis burung yaitu burung pemakan biji dan buah.
Gambar 38- 41 merupakan gambar sampel eksising taman RT.
a. Sampel 1
Gambar 38. Sampel RT-1
Pohon kayu manis
Cinnamomun burmanii
Pohon nangka
Artocarpus heterophyllus
Pohon tanjung
Mimusops elengi
Pohon ketapang
Terminalia catappa
Cemara cunninghamii
Araucaria cunninghamii
Pohon pepaya
Carica papaya
Pohon kamboja
Plumeria sp.
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Alang ‐alang
Imperata cylindrica
Pos satpam
b. Sampel 2
5.1.3.3 Analisis Iklim
Gambar 39. Sampel RT-2
c. Sampel 3
Gambar 40. Sampel RT-3
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Pohon kersen
Muntingia calabura.
Pohon nangka
Artocarpus heterophyllus
Pohon tanjung
Mimusops elengi
Alang ‐alang
Imperata cylindrica
Cemara norflok
Araucaria heteropylla
Pohon dadap merah
Erythrina cristagalli
Soka Ixora
sp. Melati
costa Jasminum
sp. Hanjuang
Cordyline sp.
Palem raja
Roystonea regia
Teh ‐tehan
Acalypha macrophylla
Pos kesehatan
Rumput gajah
Axonopus compressus
d. Sampel 4
Gambar 41. Sampel RT-4 4.2.3.2.3 Taman Halaman Rumah
Lokasi sampel halaman rumah terbagi dalam 3 tiga wilayah dengan masing- masing bagian terdiri dari tiga sampel rumah. Sampel taman rumah yang diperoleh
terdiri dari 2 dua rumah kecil, 4 empat rumah besar dan 3 tiga rumah sedang. Rumah dengan tipe kecil hanya memiliki satu hingga dua pohon yang berjenis pohon
penghasil buah-buahan yaitu pohon mangga dan pohon ceri. Bahkan pada salah satu sampel rumah tidak terdapat ditemukan tanaman didalamnya. Luas taman yang
terbatas membuat tipe rumah kecil hanya dapat dijadikan koridor. Pada tipe rumah sedang, tanaman yang ditemukan rata-rata didominasi oleh
jenis penutup tanah dan semak. Jenis pakan yang dihasilkan tiap rumah sampel berbeda. Pada sampel W5-19, tanaman yang dominan adalah tanaman berbunga
sedangkan pada sampel V4-10, tanaman didominasi jenis tanaman berbiji. Tipe rumah besar memiliki keragaman tanaman yang cukup tinggi. Pada
sampel A3-9 dan R3-1, tanaman yang dominan adalah jenis penghasil buah yaitu
Cemara norflok
Araucaria heteropylla
Pohon kersen
Muntingia calabura
Teh ‐tehan
Acalypha macrophylla
Pohon kayu manis
Cinnamomun burmanii
Pohon tanjung
Mimusops elengi
Pohon pinus
Pinus merkusii
Bugenvil Bougainvillea
sp. Palem
raja Roystonea
regia Sengon
Paraserianthes falcataria
Batu
tanaman mangga dan pohon ceri sedangkan sampel H16 dan N8-9 didominasi oleh tanaman penghasil biji-bijian yaitu pinus.
Jenis-jenis tanaman yang ada pada halaman rumah dipengaruhi oleh besarnya luas rumah sehingga tanaman yang ada kebanyakan berupa penutup tanah dan semak.
Pohon-pohon yang ditanam rata-rata adalah tanaman penghasil buah-buahan agar dapat dikonsumsi oleh pemilik rumah. Ketersediaan tanaman dianggap kurang
memiliki manfaat bila tidak dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Hal ini membuat minimnya luas halaman rumah dan banyaknya perkerasan.
Terbatasnya luas area taman dan jenis tanaman pada rumah, membuat area rumah hanya dapat dikembangkan sebagai koridor. Pada Tabel 24 terdapat jumlah
ragam jenis tanaman dengan kriterianya yang berada di RTH halaman rumah.
Tabel 24. Ragam jenis tanaman dengan kriteria di RTH halaman rumah
Lokasi A3-9 H16 R3-1 M3-23 L4-07 N8-9 W5-19 T6-7 V4-10
Jumlah ragam tanaman 9 4 4 4 8 4
6 3 5
Jenis pakan yang
dihasilkan Biji
2 1 2 1 3 1 1
3 Buah
4 1 1 1 2 1 1 1
Penarik serangga
2 1 2 1 4 1 1 1
1 Nektar
2 1 2 1 1 1 2
Tipe arsitektural
Nezeran 2 2 2
1 2 1
2 Roux
Rauh 1 1 1 1
1 Altim
2 1 1
1 1
1 Tinggi
tanaman Strata ke-
1 3 1
3 2 2
2 2 1
1 3
2 1 1 1
4 2 1 2
1 2
1 5
3 3 1 2
2
a. Segment I Bagian I terdapat di bagian selatan tapak. Lokasi sampel RTH di bagian I
terdapat pada Gambar 42. Pada gambar 43, 44 dan 45 merupakan contoh sampel halaman rumah.
Berikut adalah gambar ilustratif sampel RTH Halaman Rumah Bagian I.
Gambar 42. Segment 1 Master plan
Gambar 43. Sampel Blok A3-9
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Pohon kersen
Muntingia calabura
Pohon dadap merah
Erythrina cristagalli
Pohon saputangan
Maniltoa grandiflora
Pohon pepaya
Iris Iris
sp. Pohon
saputangan Maniltoa
grandiflora
Teh ‐tehan
Acalypha macrophylla
H16 R3
‐1
A3 ‐9
Gambar 44. Sampel Blok H16
Gambar 45. Sampel Blok R3-1 b. Segment II
Segment II terdapat di bagian selatan tapak. Lokasi sampel RTH di segment II terdapat pada Gambar 46. Pada Gambar 47, 48 dan 49 merupakan contoh sampel
halaman rumah. Berikut adalah gambar ilustratif sampel RTH Halaman Rumah
Bagian II.
Gambar 46. Segment 2 Master plan
Cemara norflok
Araucaria heteropylla
Palem putri
Araucaria heteropylla
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Agave
Palem raja
Roystonea regia
Cemara angin
Casuarina equisetifolia
Pohon belimbing
Averrhoa carambola L.
Palem merah
Cyrtostachys lakka Becc.
M3 ‐34
L4 ‐07
N8 ‐9
Gambar 47. Sampel Blok M3-23
Gambar 48. Sampel Blok L4-07
Gambar 49. Sampel Blok N8-9
Pohon kersen
Muntingia calabura
Agave
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Pohon nangka
Artocarpus heterophyllus
Pinus Pinus
merkusii. Teh
‐tehan Acalypha
macrophylla Soka
Ixora sp.
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Palem raja
Roystonea regia
Cemara norflok
Araucaria heteropylla
Teh ‐tehan
Acalypha macrophylla
Pohon jambu air
Syzgium aqueum Bugenvil
Bougenvillea sp.
Pohon rambutan
Nepheliium lappaceum
c. Segment III Segment III terdapat di bagian selatan tapak. Lokasi sampel RTH di segment III
terdapat pada Gambar 50. Pada gambar 51, 52 dan 53 merupakan contoh sampel halaman rumah. Berikut adalah gambar ilustratif sampel RTH Halaman Rumah
Bagian III.
Gambar 50. Segment 3 Master plan
Gambar 51. Sampel Blok W5-19
Gambar 52. Sampel Blok T6-7
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Pohon tabebuya
Tabebuia aurea
Pohon kupu‐kupu
Bauhinia purpurea
Teh ‐tehan
Acalypha macropyhlla
Kucai Allium
scoenoprasum Teh
‐tehan Acalypha
macropyhlla
W5 ‐19
T6 ‐7
V4 ‐10
Soka Ixora
sp.
Gambar 53. Sampel Blok V4-10 4.2.3.3 Iklim
4.2.3.3.1 Suhu Rata-rata suhu selama sepuluh tahun dari tahun 1996 hingga tahun 2006
adalah 26 ºC. Suhu udara untuk burung di daerah tropis bertahan berkisar 25 – 30º C. Hal ini menunjukan bahwa suhu pada tapak memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi RTH ekologis untuk burung. Berdasarkan grafik temperatur di atas dapat diketahui terjadi peningkatan suhu beberapa tahun terakhir. Penambahan satu kanopi
pohon sebesar 1 meter persegi dapat menurunkan suhu sebesar 0.06 ºC. Hal ini menunjukan perlunya penambahan pohon untuk menghindari kenaikan suhu yang
dapat berpengaruh pada populasi burung.
4.2.3.3.2 Curah Hujan Berdasarkan data BMG Dramaga, rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun
dari 1996 hingga 2006 memiliki rata-rata 321 mmtahun. Banyaknya curah hujan mempengaruhi intensitas burung untuk migrasi, makan, bertelur dan berkembang
biak. Berdasarkan Van Hoeve 1989, burung dapat bertahan pada suhu yang beragam, namun waktu burung keluar dari sarang adalah saat bulan kering. Curah
hujan yang rendah menandakan keadaan dimana burung dapat keluar dari sarangnya untuk makan, migrasi dan berkembang biak. Hal ini terjadi pada bulan Agustus
hingga September dimana debit air hujan mengalami penurunan dibanding bulan lainnya. Sedangkan bulan lainnya memiliki debit air hujan yang cukup tinggi dan
Pohon mangga
Mangifera indica L.
Palem putri
Araucaria heteropylla
Cemara norflok
Araucaria heteropylla
Teh ‐tehan
Acalypha macropyhlla
Kucai Allium
scoenoprasum
tidak mengalami perubahan yang signifikan disebut juga bulan basah yang menandakan keadaan dimana burung sedang berteduh dan jarang keluar dari
sangkarnya. Dapat disimpulkan bahwa bulan Agustus hingga September adalah bulan yang paling berpotensi untuk melihat burung di kawasan ini.
Schmidt-Fergusson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim. Iklim pada tapak sesuai dengan teori Schmidt-Fergusson yaitu tipe iklim
A sangat basah dan jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Oleh karena itu jenis vegetasi yang sesuai dengan keadaan iklim di tapak adalah jenis vegetasi hutan
hujan tropis.
4.2.3.3.3 Kelembaban Kelembaban rata-rata adalah 84. Hal ini berarti kelembapan pada kawasan
Bukit Cimanggu City sudah sesuai untuk habitat burung yang memerlukan kelembaban tinggi.
4.2.3.4 Analisis Drainase Berdasarkan penelitian Wiens dan Rottenberry 2008, burung-burung di alam
mempunyai perilaku mendekati air bersih yang tergenang. Oleh karena itu, ketersediaan air bersih untuk mandi dan minum merupakan hal yang penting. Saluran
drainase Gambar 54 berupa saluran air terbuka yang dangkal untuk daerah perlindungan dan transisi burung menyediakan aliran air bagi satwa burung. Burung-
burung dapat memanfaatkan aliran air terbuka tersebut untuk kebutuhan hidupnya akan air sesaat setelah turun hujan. Selain itu, saluran air terbuka dengan bentuk
konstruksi yang permukaannya merupakan hamparan rumput dan bukan dengan perkerasan beton dapat memungkinkan terjadinya peresapan air ke tanah. Pada daerah
yang tinggi intensitas penggunaannya, drainase tertutup lebih diutamakan karena lebih aman, nyaman dan lebih efisien dalam penggunaan ruang. Pada lingkungan
permukiman, penggunaan drainase tertutup dapat digunakan pada bagian bawah pedestrian yang berdampingan dengan jalur hijau.
Judul Penelitian PERENCANAAN RUANG TERBUKA
HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN
PERUMAHAN
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Gambar
Peta Saluran Drainase
Dibuat Oleh Dian Khaerunnisa
A44062918
Orientasi
Dibimbing Oleh Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si
No Gambar
54
Skala
Legenda Saluran drainase terbuka
Primer Saluran drainase terbuka
Sekunder Saluran drainase terbuka
tersier Danau
Batas permukiman BCC
4.3 Sintesis