3.2 Batasan Studi
Studi ini dibatasi sampai tahap penyusunan rencana lanskap landscape plan
ruang terbuka hijau perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Alat – alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini terdiri atas : a. Kamera digital untuk mengambil data visual yang dibutuhkan
b. Perangkat komputer dengan software Arcview 3.3 untuk analisis spasial, Microsoft Word 2007, AutoCAD 2007, Adobe Photoshop CS4, Adobe
Illustrator CS3 dan Google SketchUp 7 untuk pembuatan perencanaan RTH ekologis.
Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini, disamping dilakukan pengkajian data lapangan juga membutuhkan data dan peta pendukung
sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jenis, Bentuk Pengambilan, Sumber dan Bentuk Data
Jenis Data Bentuk
Pengambilan Data
Sumber Data Bentuk Data
Interpretasi
Data Fisik Lanskap 1.
Master plan
Sekunder Developer
Data spasial -Batas tapak
-Tata Guna Lahan
2. Tanah
Sekunder Bappeda
Deskriptif Jenis Tanah
3. Peta Tata Guna
Lahan
Primer dan sekunder
Developer ,
Survey lapang Data spasial
Tata Guna Lahan
4. Citra Satelit
Quickbird 2006
Sekunder Pemda
Bappeda Kota Bogor
Data Spasial - Vegetasi
- Aksesibilitas - Infrastruktur
5. Iklim
Sekunder Kantor
Meteorologi dan Geofisika
Data statistik -Suhu
-Curah Hujan -Kelembaban
6. Data Satwa
Primer Lapang
Data deskriptif Data Satwa Burung
3.4 Metodologi
Tahap metodologi terdiri dari persiapan inventarisasi, pengumpulan data, analisis-sintesis dan perencanaan. Diagram alur tahap metodologi terdapat pada
Gambar 12.
Gambar 12. Diagram Alur metodologi
3.4.1 Persiapan
Proses persiapan meliputi penyusunan proposal, desk study, memilih lokasi penelitian, serta pengumpulan data
. Tahap ini dilanjutkan dengan pemilihan lokasi dengan pengecekan lapang untuk mengetahui kondisi eksisting dari tapak.
Kawasan perumahan Bukit Cimanggu City dipilih sebagai tempat studi karena dianggap memiliki potensi dan kriteria yang dapat dikembangkan ruang terbuka
hijau ekologis.
3.4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui survei lapang, wawancara dan studi pustaka. Data yang telah terkumpul akan diolah menjadi peta dasar dan peta
tematik. Peta dasar akan membantu dalam proses menentukan lokasi sampel.
PERSIAPAN PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN DATA ANALISIS DAN SINTESIS
PERENCANAAN
Memilih lokasi studi
Pengumpulan Data: -survey lapang,
-studi pustaka, - wawancara
Pengolahan Data: -Pembuatan Peta Dasar
-Pembuatan Peta Tematik Peta penutup lahan dan
peta tata guna lahan -Menentukan lokasi
contoh sampel Pengecekan lapang
RTH sampel Membandingkan
Luas eksisting RTH dengan peraturan PU
No.5 Tahun 2008 Membandingkan
Luas eksisting RTH dengan kriteria habitat burung ideal
dari University of Montana 2010
Analisis Biofisik Peta kesesuaian lahan
Konsep perencanaan
Rencana RTH Ekologis sebagai
Habitat Burung Proposal
Desk study Pengembangan
konsep Block plan
3.4.2.1 Peta Dasar Penyiapan peta dasar dilakukan dengan menggunakan data yang tersedia yaitu
master plan . Peta dasar digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta
tematik lainnya. 3.4.2.2 Peta Tematik
Peta tematik dibuat 2 dua jenis peta yaitu peta penutupan lahan dan peta tata guna lahan.
¾ Penutupan Lahan
Klasifikasi penggunaan lahan disusun berdasarkan informasi spasial seperti master plan kawasan pemukiman dan citra satelit. Peta ini berguna untuk
mengetahui pola permukiman kawasan berdasarkan kondisi eksisting pada tapak yang meliputi ruang terbangun dan non-terbangun. Peta ini juga berguna dalam
membantu identifikasi penutupan lahan serta membantu dalam menganalisis lokasi-lokasi di luar tapak sebagai daerah sumber asal burung dan daerah
potensial untuk dikembangkan. Klasifikasi penutupan lahan dilakukan melalui intepretasi visual terhadap
citra satelit Quickbird 2006. Penutupan lahan diklasifikasikan ke dalam dua kelas yaitu ruang terbuka dan ruang terbangun.
a. Ruang terbangun b. Ruang terbuka
Ruang terbuka terdiri atas RTH Ruang Terbuka Hijau dan badan air. RTH terdiri dari kelompok tanaman sedangkan badan air berupa
sungai dan danau. Citra satelit digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanaman menjadi beberapa sub-klas yaitu pohon, semak, dan penutup
tanah. Delineasi kelas penutup lahan dilakukan pada layar monitor komputer. Setelah klasifikasi penutup lahan, dilakukan verifikasi dan
survei lapang untuk setiap kelasnya. Kunci interpretasi citra yang digunakan berdasarkan karakteristik citra, seperti bentuk, warna, tekstur,
dan bayangan Tabel 9. Untuk memastikan data dan jenis tanaman, akan dilakukan pengecekan lapang.
Tabel 9. Kunci Identifikasi Citra
Bentuk Warna
Tekstur Bayangan
Ruang Terbuka
a.RTH - Pohon
-Semak - Penutup tanah
-Kompleks penutup tanah, semak, pohon
b. Ruang Terbuka lain - air
-Bulat -Titik,bulat, memanjang
-Kotak, Tidak beratuuran
-Tidak beraturan
- Memanjang, kotak, tidak beraturan
- Hijau tua - Hijau tuamuda
-Hijau muda -Hijau agak
kehitaman -Hijau pekat,
cokelat Kasar
Agak kasar Halus
Kasar Halus
-Ada, memanjang
-Ada, sedikit -Tidak ada
-Ada -Tidak ada
Ruang Terbangun
-Jalan -RumahBangunan
-Memanjang -Kotak
-Abu-abu, Hitam -Warna terang
Halus Agak kasar
Tidak ada Ada
Interpretasi citra dilakukan secara visual melalui digitasi pada layar monitor. Pelaksanaan interpretasi mengikuti langkah- langkah sebagai berikut :
- Memasukan data kedalam sistem komputer - Registrasi untuk menempatkan koordinat citra pada pada koordinat
geografisnya - Pemilihan lokasi dengan luasan tertentu untuk areal interpretasi
- Identifikasi obyek berdasarkan kunci interpretasi citra - Delineasi digitasi obyek hasil identifikasi dan klasifikasi
- Penyajian hasil interpretasi Cara mendigitasi tapak pada Arcview 3.2 adalah sebagai berikut:
• Buka data tapak yang telah diregistrasi.
• Tekan tombol “View” pada toolbar lalu tekan “New Theme” untuk
membuat tema baru. Bentuk tema yang akan dipilih berbentuk “polygon”. Beri nama sesuai kunci interpretasi citra, misalnya: Tema Bangunan.
• Untuk memulai mendigitasi, tekan tombol ”Theme” lalu tekan ”Start
editing ”. Bila sudah selesai mendigitasi, tekan tombol “Theme” lalu tekan
“Stop editing”. •
Bila sudah selesai membuat digitasi, simpan file project dalam bentuk apr. Untuk pengecekan lapang , metode yang dilakukan adalah berupa teknik
sampling. Sampling yang digunakan adalah sampling acak. Cara pengacakan dilakukan dengan menutup mata lalu memilih contoh sampel melalui layar
monitor computer. Klasifikasi sampel berdasarkan jenis RTH yang ada di perumahan yaitu taman lingkungan, taman ketetanggaanRT, taman halaman
rumah dan koridor. Kawasan BCC tidak memiliki ruang terbuka hijau yang diperuntukan untuk kawasan RW sehingga taman RW tidak dimasukkan dalam
klasifikasi. Berikut adalah metode pengambilan sampel tiap RTH: - Taman lingkungan. Untuk taman lingkungan, data diambil pada setiap
taman lingkungan yang ada di perumahan. Data yang diambil berupa data jenis vegetasi dan satwa. Ketiga sampel merupakan keseluruhan taman
lingkungan yang ada di perumahan Bukit Cimanggu City. Pada Gambar 13 terdapat hasil digitasi sampel taman lingkungan.
Gambar 13. Sampel Taman Lingkungan - Taman RT. Untuk taman RT, data diambil pada beberapa taman RT yang
ada di perumahan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menutup mata lalu memilih lokasi contoh sampel pada layar komputer.
Banyaknya sampel yang diambil adalah 4empat sampel dari total keeluruhan taman RT yang berjumlah 16 taman. Data yang diambil adalah
berupa data jenis vegetasi dan satwa. Pada Gambar 14 terdapat hasil digitasi sampel taman RT.
Gambar 14. Sampel Taman RT
- Taman halaman rumah. Berdasarkan master plan terdapat tiga kelompok segment
. Dibagi menjadi 3 tiga bagian untuk memudahkan dalam menentukan wilayah sampel. Berdasarkan Peraturan Mentei Pekerjaan
Umum No.5 Tahun 2008, kategori RTH pekarangan halaman rumah dibagi menjadi 3tiga yaitu pekarangan rumah besar, rumah sedang dan
rumah kecil sehingga masing-masing bagian dipilih tiga sampel rumah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menutup mata lalu
memilih lokasi contoh sampel pada layar komputer karena diharapkan sampel yang didapat adalah tiga kategori luas rumah. Sampel rumah yang
didapat akan dibagi menjadi tiga kategori luas yaitu kategori rumah besar ≥ tipe 90, rumah sedang tipe 90-45 dan rumah kecil ≤ tipe 45.
Gambar 15. Penentuan sampel melalui layar monitor komputer Gambar 16 adalah pembagian tapak menjadi tiga bagian untuk dapat
menentukan lokasi sampel taman rumah. Titik biru pada gambar merupakan sampel yang telah dipilih.
Gambar 16. 3 Tiga pembagian wilayah untuk sampel taman rumah
- Koridor. Penghubung antar taman. Data koridor yang diambil berupa data jenis vegetasi yang berada di jalur hijau jalan dan jalur biru yang
menghubungkan dengan antar RTH taman dan antara RTH taman dengan sumber di luar tapak.
¾ Peta Tata Guna Lahan
Peta tata guna lahan diperoleh dari master plan lalu dilakukan klasifikasi berdasarkan fungsi lanskap perumahan yaitu hunian, fasilitas umum, fasilitas
sosial dan infrastruktur. Bukit Cimanggu City BCC membagi kawasannya menjadi empat yaitu hunian, fasilitas umum, infrastruktur dan lain-lain. Fasilitas
umum terbagi menjadi RTH taman, area komersil, mesjid dan area rekreasi. Infrastruktur terbagi menjadi dua yaitu saluran drainase dan jalan sedangkan lain-
lain terbagi menjadi kavling dan kebun. Diagram penggunaan lahan di kawasan Bukit Cimanggu City terdapat pada Gambar 17.
Gambar 17. Struktur penggunaan lahan Bukit Cimanggu City 3.4.2.3 Data Pendukung
1. Tanah Data tanah berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan
tanah. 2. Iklim
Data iklim disusun berdasarkan kriteria kenyamanan manusia yang mempengaruhi yaitu suhu dan kelembaban.
Bukit Cimanggu City
Hunian Fasilitas Umum
RTH Taman
Area komersil
Area rekreasi
Mesjid Infrastruktur
Saluran drainase
Jalan Lain-lain
Kavling Kebun
3. Saluran Drainase Data yang dibutuhkan adalah sistemsaluran drainase yang ada di sekitar
tapak seperti saluran drainase primer dan sekunder seperti penyerapannya. Data hidrologi berguna dalam menentukan daerah-daerah yang dapat digunakan oleh
burung untuk minum, mandi dan bermigrasi. 4. Data Satwa
Data satwa ditujukan pada penghuni kawasan perumahan Bukit Cimanggu City. Cara pengambilan data dilakukan dengan mengajukan wawancara kepada
pengguna taman. Isi wawancara berkaitan dengan jenis burung yang pernah dilihat pengguna dalam RTH. Metode wawancara adalah sebagai berikut:
-Wawancara dilakukan kepada salah seorang penghuni di tiap taman sampel. - Menanyakan jenis burung yang pernah dilihat di dalam atau sekitar taman.
- Menunjukan foto atau gambar jenis burung untuk memastikan benar atau tidaknya jenis burung yang disebutkan oleh narasumber.
Metode pengambilan sampel telah dijelaskan pada pengambilan data vegetasi. Selain dengan metode wawancara, dilakukan pendataan tanaman untuk
mengetahui potensi burung yang ada di kawasan perumahan.
3.4.3 Analisis dan Sintesis
Kesesuaian tapak untuk dijadikan kawasan permukiman ekologis kawasan burung dapat diketahui dengan proses analisis. Analisis pertama adalah
menganalisis kebutuhan RTH untuk permukiman dengan cara membandingkan luas eksisting sampel dengan standard berupa aturan PU No.5 tahun 2008.
Berikutnya adalah analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan terbagi menjadi dua yaitu analisis kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang dan analisis
biofisik. Analisis kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang dilakukan dengan membandingkan luas eksisting dengan kriteria habitat burung ideal menurut The
University of Montana 2010 sedangkan analisis biofisik membandingkan jenis tanah, vegetasi, iklim dan hidrologi eksisting dengan kriteria. Adapun tahapan
analisis-sintesis tersaji pada Gambar 18.
-tanah -vegetasi
-hidrologi, iklim
Gambar 18. Tahapan Analisis- Sintesis
Luas eksisting RTH taman sampel akan dibandingkan dengan standard kebutuhan RTH menurut Menteri Pekerjaan Umum No.5 tahun 2008 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Selanjutnya akan didapatkan hasil ES, E=S atau ES. Bila ES atau eksisting lebih kecil dari
standard yang ditetapkan maka diperlukan penambahan luasan RTH dengan memanfaatkan ruang-ruang kosong yang belum terpakai. Sedangkan bila luas
sudah sesuai dengan standard atau melebihi standard maka tahap analisis dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
3.4.3.1 Analisis Kebutuhan RTH untuk Permukiman Pertama-tama dilakukan evaluasi ketersediaan luas RTH berdasarkan
peraturan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Tabel 10. Hal ini untuk menentukan kebutuhan RTH manusia.
Ket : E
Eksisting S
Standard
Sintesis
Kesesuaian Luas RTH untuk
Habitat burung Kesesuaian Biofisik
Tapak untuk Bersarang
ES
Luas Tapak
Biofisik Kebutuhan RTH
Luas Tapak Kebutuhan RTH PU
E=S ES
Kriteria Biofisik
Tabel 10. Kriteria luas berdasarkan peraturan daerah
No Unit Tipe RTH
Luas minimal
unit m² Luas minimal
unit m² Lokasi
1
250 jiwa Taman RT
250 1,0
di tengah
2 2500 jiwa
Taman RW 1.25
0,5 di pusat kegiatan
3 30000 jiwa
Taman 9
0,3 dikelompokan
4
120000 jiwa
Taman 24 0,2
dikelompokan Pemakaman
Disesuaikan 1,2
tersebar
5
480000 jiwa
Taman kota 144
0,3 di pusat wilayah
Hutan kota Disesuaikan
4,0 di dalam kawasan
Untuk fungsi- fungsi tertentu
Disesuaikan 12,5 disesuaikan dengan
kebutuhan Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008
Data luas kebutuhan RTH berdasarkan PU akan dibandingkan dengan luas RTH yang ada di lapang. Perhitungan luas RTH di lapang menggunakan data
tematik yang telah didigitasi. Data luas berdasarkan PU yang telah dihitung kemudian akan dibandingkan dengan luas hasil digitasi. Hasilnya akan diketahui
apakah luas RTH kawasan telah sesuai dengan peraturan pemda atau belum. Untuk cara mendapatkan luas RTH yang ada, digunakan peta hasil dari
digitasi penutupan lahan. Berikut adalah cara untuk mendapatkan luas RTH: •
File Arcview yang telah didigitasi .shp dipindahkan ke program Adobe
Illustrator CS3, lalu di-save as dengan format .dwg. •
Buka file di Autocad 2007, rubah unit satuan menjadi meter. Simpan dalam format .dwg.
• Buka file di Sketch Up7
- Peta dalam bentuk polyline. - Rubah bentuk polyline peta menjadi bidang tertutup sempurna
dengan cara membuat kotak di-on face menutupi seluruh peta. Klik kanan pilih “Intersect” lalu tekan “Intersect With Model”.
- Hapus kotak yang telah dibuat sebelumnya. - Untuk mendapatkan luas, pilih seluruh area lalu klik kanan tekan
“Area” pilih “Selection”. - Hasil yang akan keluar berupa luas dengan satuan meter persegi.
3.4.3.2 Analisis Kesesuaian Lahan RTH Sebagai Habitat Burung Analisis kesesuaian RTH, dilakukan dengan menyepadankan matching
antara data yang diperoleh dengan kriteria. a. Analisis kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang
Kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang ditentukan berdasarkan kriteria yang dikeluarkan The University of Montana 2010 mengenai luas yang
dibutuhkan untuk mengoptimalisasi satwa burung yang ada Tabel 10. Setelah itu dilakukan evaluasi jumlah dari “edges” menggunakan rumus L2
√A , di mana L = keliling patch dan A = luas Forman and Godron, 1986.
Koridor dianalisis untuk mengetahui kesesuaian fungsi koridor sebagai penghubung antar RTH dan antara RTH dengan sumber di sekitar tapak. Analisis
koridor juga berguna untuk mengetahui arah pergerakan burung. Tabel 11. Kriteria luas habitat burung ideal
Area yang diperlukan
Luas area meter² Keterangan
Kriteria
Area perlindungan sumber
Lebih dari 50 ha Untuk daerah bertelur
-pepohonan yang ditanam rapat
-perdu tahan naungan yang ditanam di antara
pepohonan tersebut Area perlindungan
penampungan 5 meter dengan daerah
buffer sebesar 11.3 meter
- Daerah bertelur sebesar 5 meter dan
daerah transisi 11.3 meter
-Memiliki 30 jenis tanaman
-pepohonan yang ditanam rapat
-perdu tahan naungan yang ditanam di antara
pepohonan tersebut Koridor
Tak tentu kontinyu berupa jalur
pepohonan, semak atau berupa sungai
kecil
Luas perlindungan penampung ditentukan dengan melakukan perhitungan luas menggunakan rumus lingkaran. Panjang jari-jari lingkaran bagian dalam
sebesar 5 meter dengan daerah transisi sebesar 11.3 meter dari tepi lingkaran
terluar. Pada Gambar 19, terdapat lingkaran untuk memudahkan dalam perhitungan area perlindungan penampung.
Gambar 19. Jarak yang dibutuhkan dalam area penampung b. Analisis Biofisik
Setelah dilakukan klasifikasi dengan kriteria luas burung ideal kemudian dilakukan klasifikasi habitat burung berdasarkan persaratan atau kriteria biofisik
habitat burung disusun dari beberapa sumber Tabel 11 yaitu berdasarkan teori Van Hoeve 1989 mengenai iklim, jenis tanaman dan jenis makanan yang
dihasilkan Hails et al., 1990, bentuk tajuk Halle, dalam Rusilawati, 2002 dan tinggi tanaman Handayani, 1995. Hasil dari klasifikasi dianalisis menurut
bagiannya masing-masing. Tabel 11. PersaratanKriteria Biofisik Lokasi Habitat Burung
Karakteristik Lokasi Lahan Persaratan Lokasi Habitat Burung
Iklim¹ - Suhu udara
- Curah hujan Berkisar antara 25-30º C
60- 100 mm per bulan
Jenis tanah Subur
Vegetasi - Jenis tanaman²
- Tinggi tanaman³ Pohon, semak, rumput, kompleks
a. Strata 1 0-0,6 meter b. Strata 2 0,6-1,8 meter
c. Strata 3 1,8-4,5 meter d. Strata 4 4,5- 15 meter
e. Strata 5 15 meter
5 meter 11.3
meter
² ³
4
•
t k
- Jenis dihas
- Tipe
Saluran drai
¹
http:mbojo.
²
Hails 1990
³
Handayani 1
4
Rusilawati 2
• Analisis
Anal telah didapa
kesuburan ta s makanan y
silkan² arsitektural
inase
wordpress.com 1995
2002
Tanah lisis tanah d
at dengan anah.
yang
4
m20070502k
dilakukan de deskripsi k
Biji, buah a. Ne
b. Ro
c. Ra
d. Al
Terbuka
klasifikasi-iklim
engan cara kesuburan t
h, penarik se ezeran
oux
aux
ltim
m.diakses 7 D
membandin anah menur
rangga, berb
Desember 2010
ngkan data t rut literatur
bunga
0]
tanah yang mengenai
• Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi menggunakan peta dan data sampel yang telah diperoleh sebelumnya lalu hasilnya diklasifikasi pada Tabel 12. Data vegetasi yang telah
diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis, sumber pakan, tipe arsitektural dan tinggi tanaman. Data vegetasi ini diambil berdasarkan sampel jenis RTH
permukiman yang diperoleh. Analisis vegetasi berguna untuk mengetahui lokasi mayoritas burung
untuk bersarang, makan dan mandi serta potensi jenis burung yang dapat dikembangkan.
Tabel 13. Klasifikasi Vegetasi Berdasarkan Kriteria
Nama Tanaman
Jenis tanaman pohon, semak,
rumput Jenis makanan yang
dihasilkan biji, buah, penarik
serangga, berbunga Tipe arsitektural
Nezeran, Roux, Rauh, Altim
Tinggi Tanaman Strata 1, 2, 3, 4,
5 Jenis burung
yang sesuai
Klasifikasi ini untuk mempertahankan jenis burung yang telah ada dan menentukan upaya yang diperlukan mempertahankan keberadaan jenis-jenis
tanaman tertentu. •
Analisis Iklim Data iklim yang ada dibandingkan dengan data literatur Tabel 11. Data
iklim yang akan dianalisis adalah data iklim makro selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini untuk menghindari kesalahan pada analisis iklim akibat terjadinya
perubahan iklim. •
Analisis Saluran Drainase Peta saluran drainase digunakan untuk mengetahui aliran saluran drainase
kawasan BCC. Berdasarkan penelitian Deppe dan Rottenberry 2008, burung- burung di alam mempunyai perilaku mendekati air bersih yang tergenang.
Analisis saluran drainase dilakukan untuk mengetahui apakah kawasan memiliki ketersediaan air bersih yang dapat digunakan sebagai sumber kehidupan burung.
Hasil akhir dari tahap analisis adalah untuk mengetahui kesesuaian kawasan BCC untuk dikembangkan sebagai kawasan ekologis habitat burung
yang dinilai dari segi ketersediaan luas RTH dan kesesuaian lahan. 3.4.3.3 Sintesis
Sintesis adalah tahap penyusunan program kebutuhan ruang untuk mendapatkan bentuk RTH ekologis serta pembentukan sistem RTH pada
lingkungan permukiman yang memiliki fungsi sebagai RTH untuk keseimbangan ekologis wilayah permukiman. Hasil sintesis berupa suatu rumusan alternatif
bentuk RTH ekologis yang dapat dikembangkan sesuai dengan karakter tapak dan jenis burung yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisa tapak
dan rumusan penghadiran elemen perlengkapan ruang RTH ekologis yang mendukung habitat satwa. Untuk meningkatkan populasi spesies burung perlu
dilakukan perbaikan habitat, misalnya: melakukan penanaman jenis-jenis tumbuhan sumber pakan. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, secara garis
besar faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kawasan habitat burung sebagai berikut :
1. Ruang- ruang dalam pengembangan habitat burung di daerah perumahan yaitu daerah perlindungan daerah burung sumber source, daerah
penampung sink dan koridor. 2. Jenis burung yang potensial untuk dikembangkan.
3. Jenis tanaman yang akan dikembangkan dapat mendukung dalam perencanaan habitat burung.
3.4.4 Perencanaan Lanskap RTH Ekologis
Tahap ini merupakan tahapan lanjutan dari tahap sintesis. Selanjutnya dilakukan tahap konsep, pembuatan konsep dasar mengacu pada tujuan dari studi
perencanaan. Bentuk RTH merupakan pengajuan dari bentuk alternatif berupa rencana blok yang telah didapatkan pada tahap sintesis.
Tahapan perencanaan lanskap dimulai dengan menjabarkan konsep sesuai dengan kepentingan-kepentingan penataan kawasan perumahan Bukit Cimanggu
City. Selanjutnya penerapan konsep ke dalam bentuk arsitektural sehingga dapat
menjadi dasar untuk pengembangan kawasan, baik yang terkait dengan kebutuhan habitat burung maupun yang terkait dengan kepentingan masyarakat yang ada.
Hasil akhir dari studi ini berbentuk rencana ruang terpadu baik bentuk, lokasi dan luas RTH ekologis dalam kawasan permukiman yang menyediakan
ruang luar aktivitas manusia, penetapan jenis-jenis ruang habitat satwa burung dan faktor-faktor pendukung kehidupan satwa burung. Tahap ini merupakan
penerapan dari kriteria habitat burung ideal yang sesuai dengan tapak kemudian diterapkan pada kawasan perumahan. Hasil perencanaan secara arsitektural
berupa gambar rencana lanskap landscape plan untuk tiap zona berbeda yaitu daerah perlindungan burung, daerah transisi burung dan lanskap daerah koridor.
Ruang aktivitas manusia di dalam RTH ekologis dan suasana ruang digambarkan dengan ilustrasi perspektif. Elemen perlengkapan ruang dan perkerasan lantai
beton berpola disajikan dalam gambar-gambar ilustrasi model untuk tiap jenis RTH. Serta didukung spasial kawasan yang dilengkapi dengan sarana, prasarana
dan fasilitas pendukung.
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Data Biofisik 4.1.1 Kondisi Umum Tapak
Penelitian dilakukan di kawasan Bukit Cimanggu City yang terletak di kota Bogor, Kecamatan Tanah Sereal dan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Secara
geografis, terletak pada 06.53°LS-06.56°LS dan 106.47°BT -106.78°BT. Kawasan ini dibatasi oleh Jalan Soleh Iskandar atau dikenal dengan Jalan Baru di bagian selatan,
di selatan dibatasi Jalan Cilebut dan Desa Sukadamai, di bagian barat berbatasan dengan Desa Sukadamai sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa
Mekarwangi dan Cibadak. Kawasan ini terdiri dari area perumahan, area komersil, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana serta lahan kosong yang masih dalam tahap
pembangunan. Kawasan Bukit Cimanggu City memiliki dua tipe zona permukiman Gambar
20. Zona pertama yaitu permukiman yang berada di Bukit Cimanggu Villa sedangkan zona kedua yaitu permukiman yang berada di Green Land. Titik merah
pada gambar merupakan batas pemisah antara dua zona permukiman sedangkan warna biru tua merupakan batas perumahan Bukit Cimanggu City.
Bukit Cimanggu City menerapkan sistem cluster berdasarkan kesamaan desain arsitektur pada bangunan rumah. Jenis-jenis cluster yang diidentifikasi pada
perumahan Bukit Cimanggu Villa adalah Cluster Mediterania, Rafflesia, Royal Lakeside, Tropical Garden, Taman Permata, Taman Chrysant, Taman Bunga, dan
Cluster Bali. Sedangkan cluster yang berada di Greenland Residence, yaitu Cluster River Park View, Valley Park View, Hills Park View dan Cluster Raya Kencana.
Kawasan permukiman Bukit Cimanggu Villa sudah selesai dibangun sementara permukiman Greenland masih dalam tahap pembangunan. Oleh karena itu,
studi difokuskan pada Bukit Cimanggu Villa Gambar 21.