Kawasan Permukiman Ruang Terbuka Hijau

seberang. Daripada ukuran tertentu, lanskap didefinisikan oleh pola spasial heterogenitas dan proses-proses yang terjadi di atasnya yang berada di bawah pertimbangan. Dengan demikian, resolusi, gandum, dan sejauh mana konsep- konsep penting dalam ekologi lansekap. Ini juga berarti bahwa tingkat organisasi, berbeda dari skala, adalah konsep yang penting, yang berasal dari jenis interaksi di bawah pertimbangan dalam usaha penelitian tertentu. Dengan penentuan aspek- aspek studi, pola dapat dinilai, yang biasanya digambarkan sebagai suatu mosaik tambalan. Lanskap memiliki beberapa hal yang tidak diharapkan: a Kumuh slum [slúm] yaitu lanskap dengan sarana dan prasarana lingkungan yang inferior. b Squatter [skówtur] yaitu liar, hunian liar. c Urban sprawl [sprol] yaitu menyebar tidak teratur Berakibat pada penurunan kualitas estetika dan penyediaan sarana dan prasarana jejaring lintas wilayah, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dll menjadi tidak layak. d Konurbasi conurbation [‘kónur’beyshun], agregasi atau jejaring yang kontinyu komuniti kota, tidak ada jeda kota-desa. Relevan dengan efisiensi sarana dan prasarana. e Lapuk blight [blIt], integritas lanskap rusak Satu atau beberapa sentra prasarana dan sarana permukiman dengan aksesibilitas tertinggi secara internal dengan seluruh bagian di kawasan urban dan secara eksternal dengan pusat-pusat perkotaan lainnya lainnya dengan standard memadai.

2.2. Kawasan Permukiman

Populasi penduduk yang secara alami meningkat dan terjadinya pemusatan penduduk di kota-kota pulau Jawa menyebabkan masalah pembangunan permukiman semakin mendesak terutama di pulau Jawa. Perumahan dan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan dasar setiap keluarga dalam masyarakat Indonesia dan merupakan faktor yang sangat penting dalam peningkatan stabilitas sosial, dinamika dan produktivitas masyarakat. Batubara, 1982 Permukiman kota dihadapkan dengan permasalahan penggunaan lahan yang sangat padat disebabkan mahalnya lahan dan ruang yang terbatas Carpenter dan Walker, 1975. Hal ini menciptakan suasana kota yang menekan. Skala yang terbentuk dalam pembangunan kota dan ruang kota seringkali gagal mencapai skala manusia. Oleh karena itu, kekurangan ruang menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan kota. Dalam UU No. 4 tahun 1992, disebutkan pula bahwa ciri–ciri utama dari permukiman adalah sebagai berikut: • Mayoritas peruntukan adalah hunian • Fasilitas yang dikembangkan lebih pada pelayanan skala lingkungan neighbourhood • Luas kawasan yang dikembangkan lebih kecil dari 1000 Ha • Kebutuhan fasilitas perkotaan bagi penduduk kawasan hunian skala besar masih tergantung atau memanfaatkan fasilitas perkotaan yang berada di pusat kota

2.3. Ruang Terbuka Hijau

Dinas Tata Kota DKI, membagi Ruang Terbuka Hijau menjadi tiga yaitu : a Ruang Terbuka Hijau Makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota dan landasan pengaman bandar udara. b Ruang Terbuka Hijau Medium, seperti kawasan area pertamanan city park, sarana olah raga, sarana pemakaman umum. c Ruang Terbuka Hijau Mikro, lahan terbuka yang ada di setiap kawasan permukiman yang disediakan dalam bentuk fasilitas umum seperti taman bermain play ground, taman lingkungan community park, lapangan olah raga. Menurut PERMENDAGRI no.1 tahun 2007 tentang penataaan RTH kawasan perkotaan, ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas balk dalam bentuk areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangljalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau mempunyai fungsi sebagai berikut: a sebagai area perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan b sebagai area untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan c sebagai sarana rekreasi d sebagai sarana pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat, perairan maupun udara, e sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan f sebagai tempat perlindungan plasma nutfah g sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro, h sebagai sarana pengatur tata air. Hernowo dan Prasetyo 1989 menyatakan bahwa bentuk RTH kota dapat berupa taman lingkungan, jalur hijau, kebun pekarangan, areal rekreasi, lapangan rumput, makam, tepian sungai, kanal dan lain-lain. Kriteria penataan RTH menurut Supriyanto 1996 adalah merupakan keterkaitan hubungan antara bentang alam dengan jenis pemanfaatan ruang serta kriteria vegetasi. Alokasi RTH : 1 rencana RTH dikembangkan sesuai dengan jenis pemanfaatan ruang kotanya, 2 pada lahan yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan kegiatan di atas permukaan laut serta kedudukannya terhadap jalur sungai, jalur jalan dan jalur pengaman utilitas. Menurut Peraturan Menteri Pekerjan Umum No.5 tahun 2008 mengenai penyediaan dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: 1. ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; 2. proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 yang terdiri dari 20 ruang terbuka hijau publik dan 10 terdiri dari ruang terbuka hijau privat; 3. apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat adalah sebagaimana Tabel 1 berikut. Tabel 1. Kepemilikan RTH No Jenis Area Publik Area Privat 1 RTH Pekarangan a. Pekarangan rumah tinggal V b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha V c. Taman atap bangunan V 2 RTH Taman dan Hutan Kota a. Taman RT v V b. Taman RW v V c. Taman kelurahan v V d. Taman kecamatan v V e. Taman kota v f. Hutan kota v g. Sabuk hijau green belt v 3 RTH Jalur Hijau Jalan a. Pulau jalan dan median jalan v V b. Jalur pejalan kaki v V c. Ruang dibawah jalan layang v 4 RTH Fungsi Tertentu a. RTH sempadan rel kereta api v b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi v c. RTH sempadan sungai v d. RTH sempadan pantai v e. RTH pengamanan sumber air bakumata air v f. Pemakaman v Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008

2.4. Ruang Terbuka Hijau pada Pemukiman