6.2 Saran
1. Pengembang perumahan perlu menyadari pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perumahan sehingga dapat membantu terciptanya
keseimbangan ekosistem. 2. Desain dan perencanaan ruang terbuka hijau perumahan harus lebih
mementingkan aspek ekologis. 3. Studi ini tidak mengkaji ekosistem berdasarkan rantai dan jejaring makanan
pada satwa burung. Oleh karena itu, perlu diadakan studi lebih lanjut mengenai food chain.
DAFTAR PUSTAKA
www.kutilang.or.id As-syakur, A.R. 2007.
http:mbojo.wordpress.com20070502klasifikasi-iklim. [23:12
, 7 Desember 2010] Batubara,C. 1982. Kebijakan Pembangunan Perumahan Nasional Sebuah
Sumbangan Saran Sumbangan Saran Dari Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat Kepada MPR RI Dalam Rangka Penyusunan GBHN Menyongsong
Pelita IV, Juni 1982. Penerbit Alumni Bandung. Bandung. Bennett, AF. 1999. Linkage in the Landscape : The role of corridors and
connectivity in wildlife conservation. IUCN-The World Conservation Union. UK.
Boer, C. 1994. Mulawarman Forestry Reports : Studi Tentang Keragaman Jenis Burung Berdasarkan Tingkat Pemanfaatan Hutan Hujan Tropis di Kalimantan
Timur Indonesia. Faculty of Forestry-Mulawarman Univ. Brooks, R. Gene. 1988. Site Planning: Environment, Process and Development.
Prentice Hall Career Technology. Carpenter, P.L., T.D. Walker dan F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape.
W,H. Freemen and Company. SanFrancisco. 487 p. Dinas Pertamanan DKI Jakarta. 1988. Pengelolaan Taman-Taman Kota dengan
Mengambil Acuan pada Upaya Penyediaan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Jakarta. Bahan Kuliah Mata Ajaran Pengelolaan Lanskap bagi
Mahasiswa Arsitektur Pertamanan-Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. tidak dipublikasikan.
Forman, R.T.T. and M. Godron. 1986. Landscape Ecology. John Wiley Sons, New York. 619p.
Hails, C.J., M.Kavanagh, K. Kumari dan I. Arifin. 1990. Bring Back The Bird
Planning for Trees and Other Plants to Support Wildlife in Urban Area. WWF Malaysia, Kuala Lumpur. 30p.
Handayani, Elsa. 1995. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Habitat Burung Studi Kasus Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Skripsi Fakultas
Pertanian IPB. Hernowo, J.B. dan L.B. Prasetyo. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau Di Kota
Sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Media Konservasi.
Lyle, J.Tillman. 1994. Regenerative Design for Sustainable Development. John Wiley Sons, Inc.
Leedy, D.L. 1978. Planning Wildlife in Cities and Suburbs. Washington : U.S.Printing Government Office.
MacKinnon, J. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press.
Meents, J.K., J.Rice, B.W.Anderson dan R.D. Ohmart. 1983 Non-linier Relationships Between Birds and Vegetation. Ecology 64: 1022-1027
Meurk, C.D. 2005. Planning for Sustainable in The Cultural Landscape. NewZaland : Wanaaki Whenua Landcare Research.
Nurisjah, S. 2009. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pakpahan,A.M. 1993. Penanaman Pohon Untuk Habitat Burung Makalah Sarasehan Penanaman Sejuta Pohon di Wilayah DKI Jakarta, 5 Desember
1993. Jakarta. Peggie, D. dan Amir, M. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanical
Garden. Bogor : LIPI. Permen. 2006. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.34 mengenai
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas PSU Kawasan Perumahan.
Pete, E. h. Erich J. 2004. Human Security in A Changing Environment. Germany: United Nations University, Institute for Environment and Human Security.
Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencanakan dan Melaksanakan dalam Arsitektur Lanskap Makalah Diskusi pada Festival Tanaman VI-
Himpunan Mahasiswa Agronomi. Bogor. Ramdan Sundana. 2008.
http:sundana.wordpress.com20081209penginderaan -jauh-interpretasinya
. [22:25, 18 Januari 2011] Rusilawati, S.K. 2002. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau untuk Habitat Burung
di Kawasan Permukiman Real Estat Bintaro Jaya Sektor 9 Tangerang. Jurusan Budidaya Pertanian-Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sembiring. 2010. http: antaranews.com. [21.59, 25 Desember 2012] Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Pub.Co., New York :
331p.
Thomas, J. Et al. 1979. Wild Life Habitat Management Forest. Jackward Thomas ed. USDA.
Wiens, J.A. dan J.T. Rottenberry. 1981. Censusing and The Evaluation of Avian Habitat Occupancy. Dalam C.J. Ralph dan J.M. Scot. 1981. Testimating The
Numbers of Terrestrial Birds. Studie Avian Biology.
LAMPIRAN
N C
C T
K D
T K
B b
R e
P k
l K
k r
Lampiran 1.
Nama Tanaman N
Cemara norflok Ara
hete Chinese jupiter
Juni chin
Tabebuya Tab
Kamboja Plum
Dadap merah Eryt
cris Trembesi
Sam Kersen
Mun cala
Bunga tasbih Can
bugenvil Bou
Ruelia tegak Rue
euphorbia Eup
Pisang kipas Rav
mad kucai
Alliu scho
lili paris Chlo
cam Kacang-
kacangan Ara
rumput gajah Axo
com
Hasil an
Daftar Klasifik
Nama Latin J
tan ucaria
eropylla po
iperus nensis
po bebuia aurea
po meria sp.
po thrina
tagalli po
manea saman po
ntingia abura
po nna indica
se ugainvillea sp.
se ellia brittoniana
se phorbia mili
se venala
dagascariensis se
um oenoprasum
pen ta
orophytum mosum
pen ta
chis pintoi pen
ta onopus
mpressus pen
ta
alisis pribadi
kasi Tanaman di
Jenis naman
Jenis p Biji Bu
ohon ohon
ohon ohon
ohon ohon
ohon emak
emak emak
emak emak
nutup anah
nutup anah
nutup anah
nutup anah
i Taman Casa G
pakan yang dihasilkan uah Penarik
serangga Ne
Grande
Tipe ektar Nezeran Ro
e arsitektural oux Rauh Altim
Tinggi tanaman 1 2 3
Strata ke- Jenis
dapat 4 5
gereja empri
gereja empri
Humm Humm
Humm gereja
empri sriti, k
Humm Humm
gereja Humm
kutilan gereja
gereja gereja
gereja s burung yang
dikembangkan a, perkutut,
t, merpati a, perkutut,
t, merpati mingbird
mingbird mingbird
a, perkutut, t, merpati
kutilang mingbird
mingbird a, pipit
mingbird ng
a, empritpipit a, empritpipit
a, empritpipit a, empritpipit
L Lampiran 2. Da
Nama Tanaman
Pinus Palem raja
Palem ekor tupai
rumput gajah kucai
Hasil anal
ftar klasifikasi t
Nama Latin Pinus merkusii
Roystonea regia Wodyetia bifurcat
h Axonopus
compressus Allium
schoenoprasum
lisis pribadi
tanaman Lapang
Jenis tanaman
pohon pohon
ta pohon
penutup tanah penutup tanah
gan Tenis BCC
Jenis pakan yang Biji Buah P
se g dihasilkan
Penarik erangga
Nektar N
Tipe arsitektur Nezeran Roux Ra
ral Tinggi
auh Altim 1 i tanaman Strata ke-
2 3 4 5 Jenis burung yang
dapat dikembangkan
gereja, perkutut, emprit, merpati
gereja, perkutut, emprit, merpati
gereja, perkutut, emprit, merpati
gereja, empritpipit
gereja, empritpipit
Nama Ta Pinus
Kersen tanjung
mangga Palem pu
Cemara la ketapang
Pala rambutan
Palem raj palem eko
Pohon ba nangka
Cemara k pohon ku
Palem me angsana
Teh-tehan Pisang kip
bugenvil alang-alan
Lamp
Hasil an
anaman Nama Pinus merk
Muntingia c Mimusops e
Mangifera i tri
Veitchia me aut
Casuarina equisetifolia
Terminalia Myristica fr
Cerberra od n
Nephellium a
Roystonea r or tupai
Wodyetia b ambu
Bambussa s Artocarpus
heterophyll kipas
Thuja orien upu-kupu
Bauhinia pu erah
Cyrtostachy Becc.
Pterocarpu n
Acalypha m pas
Ravenala madagasca
Bougainvill ng
Imperata cy
iran 3. Daftar k
nalisis pribadi
a Latin Jenis
tanama kusii
pohon calabura
pohon elengi
pohon indica L.
pohon erilii
pohon a
pohon catappa
pohon fragrans
pohon dollam
pohon m lappaceum
pohon regia
pohon ifurcata
pohon sp.
pohon lus
pohon ntalis
pohon urpurea
pohon ys lakka
pohon s indicus
pohon macrophylla
semak riensis
semak lea sp.
semak ylindrica
penutup tanah
lasifikasi tanam
s an
Jenis pakan Biji Buah
p
man Taman Masj
n yang dihasilkan Penarik
serangga Nektar
jid BCC
Tipe arsi Nezeran Roux
itektural Rauh Altim
Tinggi tanaman Str 1 2 3 4
rata ke- Jenis b
yang dikemb
4 5 gereja, p
emprit, m gereja, s
kutilang gereja, s
kutilang gereja, s
kutilang gereja, p
emprit, m gereja, p
emprit, m
gereja, s kutilang
gereja, p emprit, m
gereja, p emprit, m
gereja, s kutilang
gereja, p emprit, m
Hummin gereja, p
emprit, m
Gereja, e burung
dapat bangkan
perkutut, merpati
riti, riti,
riti, perkutut,
merpati perkutut,
merpati
riti, perkutut,
merpati perkutut,
merpati riti,
perkutut, merpati
ngbird perkutut,
merpati
emprit
Lampiran 4. Tabel Jenis Pohon Yang Disukai Burung
Nama Lokal Nama Latin
Nama local Nama Latin
Aren Arengga pinnata
KersenTalok Muntingia
calabura Bambu
Bambusa Langsat
Lansium domesticum
Harendong nagri Miconia speciosa
Lobi-lobi Flacourtia inermis
Dadap ayam Erythrina variegate
Mentengbencoy Baccaurea
lanceolata Dadap srep
Erythrina indica Namnam
Cynometra cauliflora
Kaliandra Caliandra
callothyrsus Nangka
Artocarpus communis
Kantil Michelia campaka
Pala Myristica fragrans
Trembelekan Lantana camara
Rambutan Nephelium
lappaceum Kenanga
Cananga odorata Rukem
Flacourtia rukam Murbei
Morus alba Salam
Eugenia polyanthum
Nusa indah Mussaenda frundosa
Srikaya Annonona
squamosa Palem
Livistona rotundifolia Sawo kecik
Manilkara kauki Palem merah
Cyrtostachys lacca Asem kranji
Pithecellobium dulce
Pinang sirih Areca catechu
Bodi Ficus religiosa
Pohon Kupu- kupu
Bauhinia variegate Beringin
Ficus benjamina Si anak nakal
Duranta repens Cemara laut
Casuarina equisetiolia
Soka Ixora spp
Flamboyan Delonix regia
Pisang hias Heliconia spp
Jarak pagar Jatropha curcas
Arbei Rubus rosaefolium
Keben Baringtonia
asiatica Belimbing
Averrhoa carambola Kayu putih Melaleuca
leucadendron Buni
Antidesma bunius Kapuk
Ceiba petandra Duku condet
Lansium domestikum Karet kebo Ficus elastica
Durian Durio zibethinus
Lo Ficus glomerata
Gowok Eugenia
polychephalum Laban
Vitex pubercens Jomblang
Eugenia cumini Mindi
Melia azedarach Jambu air
Eugenia jambos Preh
Ficus stricta Jambu biji
Psidium guajava Randu alas
Gossampinus heptaphylla
Jambu bol Eugenia
malaccaensis Sempur
Dillenia pubescens Kelapa
Cocos nucifera Sengon
Albizzia falcataria Kemang
Mangivera caesia Tanjung
Mimusopos elengi Kepel
Stelechocarpus burahol
Turi Sesbania
grandiflora
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara global, masalah lingkungan disebabkan oleh empat faktor utama, yaitu pertambahan penduduk yang cepat, polusi, pemanfaatan sumber daya alam
yang berlebihan, menurunnya etika dalam menghargai alam dengan perlahan. Semakin banyaknya penduduk menyebabkan pertambahan kebutuhan akan
perumahan. Perumahan merupakan lingkungan hidup yang perlu ditata untuk
memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Kenyamanan lingkungan dapat dibangun melalui penataan ruang terbuka hijau RTH yang menjamin fungsi baik
psikis, fisik, maupun ekologis. Fungsi ekologi RTH merupakan salah satu fungsi lingkungan yang penting namun seringkali diabaikan. Adanya asosiasi antara
hidupan liar dengan aktivitas manusia di lingkungan permukiman ini, selain menciptakan kenyamanan melalui berbagai bentuk atraksi seperti pengamatan
burung dan sarana pendidikan lingkungan, juga sangat bermanfaat sebagai sarana penyeimbang lingkungan fungsi edapis yang sangat diperlukan di kawasan
permukiman. Bentuk integrasi antara hidupan liar dengan aktivitas kehidupan manusia di kawasan permukiman yang berjalan seimbang mencerminkan adanya
kualitas lingkungan yang baik. Fungsi penyeimbang lingkungan dari ruang terbuka hijau permukiman dapat diwujudkan melalui penataan ruang terbuka hijau
yang kaya akan keanekaragaman biologi. Keanekaragaman biologi tersebut menandakan stabilitas lingkungan.
Menurut Sembiring dalam, Antara News, 2010, burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar
8.600 jenis yang tersebar di dunia. Daerah Jawa dan Bali memiliki hampir 500 jenis avifauna yang mewakili setengah dari suku burung di dunia. Di daerah Jawa
dan Bali terdapat lebih dari 100 cagar alam tetapi umumnya berukuran sangat kecil dan tidak cukup untuk melindungi komunitas burung secara lengkap.
Menurut Sembiring 2010, kerusakan lingkungan berdampak pada punahnya burung itu, di samping ulah manusia yang melakukan perburuan unggas tersebut.
Rusaknya lingkungan membuat burung berpindah ke tempat lain mencari tempat perlindungan yang lebih aman, ujarnya. Dia mengatakan bahwa semakin
banyaknya pertumbuhan pembangunan mengurangi jumlah ruang terbuka hijau sebagai tempat tinggal burung-burung itu.
Permasalahan yang terjadi di kawasan terbangun perkotaan, termasuk permukiman adalah adanya ketidakseimbangan ekologis. Berkurangnya populasi
dari satwa burung di kawasan pemukiman yang perkotaan akan menimbulkan ketidakseimbangan ekologis. Salah satu upaya untuk menciptakan keseimbangan
ekologis ini, adalah dengan memberdayakan fungsi ruang terbuka, termasuk ruang terbuka hijau di kawasan permukiman sebagai habitat burung.
1.2 Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah merencanakan ruang terbuka hijau ekologis sebagai habitat burung di kawasan permukiman.
1.3 Manfaat
Hasil studi ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pemikiran bagi pemerintah dan pengembang perumahan dalam cara mengembangkan RTH secara
ekologis di kawasan perumahan. 1.4 Kerangka Pikir Studi
Bukit Cimanggu City merupakan salah satu perumahan terbesar di kota Bogor yang menerapkan konsep green. Konsep green diaplikasikan dengan
banyaknya ruang terbuka hijau berupa taman dan jalur hijau. Bukit Cimanggu City memiliki fungsi-fungsi penting dari perumahan yaitu berupa hunian, fasilitas
umum, fasilitas sosial dan infrastruktur. Beberapa fungsi tersebut memiliki ruang terbuka hijau RTH yang luas dan bentuknya disesuaikan dengan bentuk
perumahan. Faktor- faktor yang menentukan akan berpengaruh dalam merencanakan kawasan Bukit Cimanggu City sebagai habitat burung. Gambar 1
adalah kerangka pikir dalam studi ini.
RTH Komunitas
RTH RT RTH Halaman
Rumah RTH
Infrastruktur RTH Drainase
Evaluasi RTH Menurut PU
- RTH Komunitas - RTH RT
- RTH Halaman Rumah
Evaluasi Kriteria Ekologis
• Pola ruang habitat burung
- Area Bersarang - Area Transisi
- Koridor
• Biofisik
Perencanaan RTH
Gambar 1. Kerangka pikir
Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau RTH yang diakibatkan meningkatnya pembangunan papan menjadi salah satu penyebab terjadinya
ketidakseimbangan ekologis. Salah satu dampaknya yaitu berkurangnya habitat burung. Oleh karena itu, diperlukan adanya perencanaan Ruang Terbuka Hijau
ekologis sebagai habitat burung dengan mempertimbangkan aspek peraturan pemerintah, fisik dan biofisik tapak. Pertama luas RTH perlu dievaluasi supaya
dapat diketahui kesesuaiannya dengan standard Peraturan Menteri Pekejaan Umunu No.5 Tahun 2008. RTH yang dievaluasi yaitu RTH komunitas, RTH RT
atau ketetanggaan dan RTH halaman rumah. Kedua dievaluasi menurut kriteia ekologis yaitu pola ruang habitat burung untuk bersarang dan evaluasi secara
‐
+
RTH Permukiman
Ketidakseimbangan Ekologis
biofisik. Analisis kesesuaian RTH untuk tempat besarang dilakukan dengan membandingkan luas eksisting RTH dengan standard luas habitat burung ideal
berdasarkan standard The University of Montana 2010. Ruang-ruang yang dibutuhkan sebagai habitat burung yaitu area bersarang, area transisi dan koridor.
Analisis biofisik dilakukan dengan membandingkan jenis tanah, vegetasi, iklim dan hidrologi eksisting dengan teori Van Hoeve 1989 mengenai iklim, jenis
tanaman dan jenis makanan yang dihasilkan Hails et al., 1990, bentuk tajuk Halle, dalam Rusilawati, 2002 dan tinggi tanaman Handayani, 1995.
Selanjutnya dilanjutkan dengan tahap perencanaan RTH.