- Tanaman harus terdiri dari beberapa strata yaitu tanaman tinggi sedang dan rendah, sehingga mampu menutup secara baik.
2.5. Mengembangkan RTH Untuk Burung
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengembangkan RTH untuk pelestarian burung:
1. Lokasi, Luas dan Bentuk Habitat Burung merasa betah tinggal di suatu tempat apabila terpenuhi tuntutan
hidupnya seperti habitat yang mendukung dan aman dari gangguan. Lokasi yang direncanakan menjadi habitat burung harus mempunyai hubungan dengan daerah
sumber populasi satwa burung Gambar 4. Hubungan ini didasari bahwa populasi burung penyebarannya bersifat mosaic pada berbagai tipe di suatu tempat.
Menurut Hails et al. 1990, tipe habitat yang diperlukan untuk membentuk habitat burung di perkotaan adalah:
- Daerah alami yang merupakan “sumber burung” bagi taman-taman kota atau daerah yang berfungsi sebagai penampung.
- Taman-taman atau area lain yang dapat dikembangkan sebagai area burung berkembang biak.
- Koridor tanaman untuk menghubungkan antara sumber burung dan daerah berkembang biak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk habitat burung perkotaan, yaitu:
- Keanekaragaman jenis tanaman - Penutup tanah dan tanaman rendah
- Kompleksitas dan kerapatan pohon. Konsep desain RTH sebagai habitat burung berupa :
- Daerah perlindungan refugee - Daerah transisi
- Hamparan rumput - Koridor tanaman
Lokasi RTH yang direncanakan dianggap sebagai suatu ruang dengan populasi penampung sink population. Populasi sumber source population
merupakan populasi yang menempati habitat yang sesuai untuk berkembang biak. Bila jumlah keturunan yang dihasilkan melebihi daya tampung habitat
setempatnya maka akan terjadi penyebaran keluar populasi sumber tersebut. Kadang terjadi kondisi populasi penampung menempati tipe-tipe habitat yang
tidak memadai sebagai tempat untuk berbiak dan hasil reproduksinya tidak cukup besar untuk mempertahankan tingkat populasi setempat. Dalam hal ini ukuran
populasi penampung dipertahankan dengan perpindahan-perpindahan dari populasi sumber dan sebaliknya individu-individu dari populasi penampung dapat
berpindah mengisi kekosongan-kekosongan yang terjadi pada habitat populasi sumber di dekatnya Wiens dan Rotenberry, 1981.
Gambar 3. Skema hipotetik penyebaran populasi dengan struktur sumber dan penampung sink-source Wiens dan Rotenberry, 1981
Jarak dan bentuk ketebalan RTH koridor yang ideal terdapat pada Gambar 5 Meurk, 2005. Bila total area adalah 6.25 hektar, maka jarak batas terluar
dengan area inti adalah 50 meter. Perbandingan antara luas area inti dengan total luas area adalah 1 banding 5. Jarak antara jalanan dan area bermain adalah 10
meter. Bentuk habitat yang baik untuk keberlangsungan hidup burung adalah
habitat yang mampu melindungi dari gangguan maupun menyediakan kebutuhan hidupnya. Berdasarkan teori biogeografi pulau terdapat alternatif bentuk habitat
satwa seperti pada Gambar 6 Hernowo dan Prasetyo, 1989.
Penampung Penampung
Penampung Sumber
Sumber Sumber
625 m
Core area = 0 ha Total area = 6.25 ha
Jalanan dan Jalur Ketetanggaan
Area bermain Untuk Habitat Burung
10 m
Core area0.06 ha Total area 1.56 ha
Gambar 4. Ketebalan RTH optimal pada koridor burung Meurk, 2005
Gambar 5. Diagram skematis perbandingan bentuk-bentuk areal. Gambar sebelah kiri merupakan alternatif yang lebih baik dari gambar di sebelah kanan.
Menurut The University of Montana 2010, ada 3 jenis lokasi yang harus didirikan Gambar 7:
1. Open and Cavity Nests
Luas sebesar 5 meter dan plot radius 11.3 meter berpusat pada sarang untuk semua sarang yang diketahui telah mengandung telur.
A B
C D
E F
100 m 50 m
Zona Pembatas
10 m 125 m
125 m 25 m
25 m
2. Systematic Description Of Vegetation on Plots
Serangkaian poin dalam sistem grid harus dibentuk untuk vegetasi sampel di tingkat plot. Untuk situs yang melakukan penghitungan titik
burung, plot poin vegetasi harus berpusat pada titik-titik survei. Empat pasang 5 - dan plot m 11,3 vegetasi harus dilakukan pada setiap titik
vegetasi plot. 3.
Vegetation on Nests Without Eggs Biasanya menggunakan minimal jenis vegetasi misalnya jenis 30
tanaman.
Gambar 6. Penataan spasial lokasi ideal habitat burung 2. Komposisi dan Struktur Vegetasi
Komposisi dan struktur vegetasi mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di suatu habitat. Hal ini disebabkan karena tiap jenis burung
mempunyai relung yang berbeda. Menurut Hails, Kavanagh, Kumari dan Arifin 1990 bahwa keanekaragaman struktur vegetasi dan penutupan vegetasi
merupakan faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman dan populasi burung di daerah perkotaan.
Struktur vegetasi suatu habitat merupakan penentu kuat bagi keanekaragaman jenis satwa Meents, Rice, Anderson dan Ohmart, 1983. Hasil
penelitian mereka menunjukan bahwa keanekaragaman jenis satwa mempunyai korelasi dengan distribusi dedaunan atau ketinggian tajuk. Keragaman tinggi tajuk
merupakan fungsi dari lapisan vegetasi serta distribusi dedaunantajuk di antara lapisan-lapisan tadi dan keragaman jenis akan semakin meningkat sesuai dengan
meningkatnya keragaman tajuk. Hal ini disebabkan banyak faktor-faktor lain yang turut menentukan keragaman jenis satwa pada suatu habitat. Sebagai contoh
adalah keterbukaan atau kerapatan kanopi termasuk faktor yang menentukan. Habitat yang kanopinya relatif terbuka mempunyai lebih banyak jenis burung
dibandingkan dengan habitat yang rapat dan tertutup. Tabel 4. Cara Membedakan Jenis Vegetasi secara Spasial
Tekstur Bentuk
Bayangan Pohon
Kasar Bulat
Panjang, Warna gelap Semak
Sedang Bergerombol
Sedang, Warna Abu- abu
Penutup Tanah Halus
Kotak, Persegi panjang, Tak Beraturan
Sedikit, Warna redup
Hails et al. 1990 mengelompokan tata letak tanaman menjadi dua daerah, yaitu: - Tanaman daerah dalam interior species yaitu species yang hanya dapat
hidup di tengah atau pedalaman hutan. Dibuat begitu rapat untuk menghindari datangnya gangguan.
- Tanaman daerah tepi edge species yaitu tanaman yang hidup di tepi-tepi habitat tertentu dimana habitat tersebut masih dapat dinikmati untuk
rekreasi. Menurut Leedy 1978, ada beberapa tipe tanaman yang harus ada
merencanakan suatu kawasan di perkotaan menjadi perlindungan habitat liar yaitu tanaman konifer, semak berbunga sepanjang tahun, rerumputan, gabungan
tanaman, kolam, tanaman tepi air dan tanaman peneduh Gambar 8. Jenis tanaman yang ideal sebagai elemen RTH kota untuk habitat burung
adalah jenis tanaman yang mempunyai fungsi bermacam-macam bagi satwa burung. Fungsi tanaman tersebut adalah sebagai tempat berlindung, bertengger
dan beristirahat, tempat mencari makan dan tempat berkembang biak.
Sumber : http:sundana.wordpress.com
Gambar 7. Tipe tanaman yang harus ada merencanakan suatu kawasan di perkotaan menjadi perlindungan habitat liar Leedy, 1978
Karakter jenis tanaman yang disukai burung berkaitan dengan strata ketinggian tanaman, diameter tajuk, sistem percabangan, struktur tanaman dan
kelebatan tajuk dan jenis makanan yang dihasilkan Pakpahan, 1993. Tabel 5 adalah daftar jenis pohon yang disukai burung.
Tabel 5. Jenis Pohon Yang Disukai Burung www.kutilang.or.id
Nama Lokal Nama Latin
Nama local Nama Latin
Aren Arengga pinnata
KersenTalok Muntingia calabura
Bambu Bambusa
Langsat Lansium domesticum
Harendong nagri Miconia speciosa
Lobi-lobi Flacourtia inermis
Dadap ayam Erythrina variegate
Mentengbencoy Baccaurea lanceolata
Dadap srep Erythrina indica
Namnam Cynometra cauliflora
Kaliandra Caliandra callothyrsus
Nangka Artocarpus communis
Kantil Michelia campaka
Pala Myristica fragrans
Trembelekan Lantana camara
Rambutan Nephelium lappaceum
Kenanga Cananga odorata
Rukem Flacourtia rukam
Murbei Morus alba
Salam Eugenia polyanthum
Nusa indah Mussaenda frundosa
Srikaya Annonona squamosa
Palem Livistona rotundifolia
Sawo kecik Manilkara kauki
Palem merah Cyrtostachys lacca
Asem kranji Pithecellobium dulce
Pinang sirih Areca catechu
Bodi Ficus religiosa
Pohon Kupu- kupu
Bauhinia variegate Beringin
Ficus benjamina Si anak nakal
Duranta repens Cemara laut
Casuarina equisetiolia Soka
Ixora spp Flamboyan
Delonix regia Pisang hias
Heliconia spp Jarak pagar
Jatropha curcas Arbei
Rubus rosaefolium Keben
Baringtonia asiatica Belimbing
Averrhoa carambola Kayu putih
Melaleuca leucadendron
Tanaman konifer
Semak berbunga
sepanjang tahun
Rumput Gabungan
tanaman Kolam
Tanaman tepi air
Tanaman peneduh
p d
s j
p a
m y
t a
R
Buni Duku conde
Durian Gowok
Jomblang Jambu air
Jambu biji Jambu bol
Kelapa Kemang
Kepel
Hails penghasil m
dan serangg sedang untu
jenis rumpu pterocarpum
acuminate , b
Siste merupakan p
yang disuka terbuka. M
arsitekturnya Roux, Rauh
Gamb
Antid et
Lans Duri
Euge polyc
Euge Euge
Psidi Euge
Coco Mang
Stele burah
s et al. 199 makanan ada
ga, menghas k burung pe
ut-rumputan. m
, berbuah bersifat men
em percaba percabangan
ai burung ad enurut Hall
a bagi habit dan Altim
bar 8. Tipe-ti
desma bunius sium domestik
o zibethinus enia
hephalum enia cumini
enia jambos ium guajava
enia malaccae os nucifera
givera caesia echocarpus
hol
90 menyatak alah yang m
silkan bung emakan biji-b
Pohon yan seperti Ficu
ngundang ser angan poho
n yang kontin dalah tajuk t
le dalam tat burung d
Gambar 9.
ipe arsitektur
s Kap
kum Kare
Lo Lab
Min Preh
Ran ensis
Sem Seng
a Tanj
Turi
kan bahwa j enghasilkan
a, baik tana bijian maka
ng bertekstu us benjamin
rangga. on yang d
nyu Mukhta tertutup nam
Rusilawati, dibagi menja
r pohon Ha
puk et kebo
an ndi
h ndu alas
mpur gon
jung i
enis tanama buah, dapa
aman tahun sumber biji
ur daun halu a
dan berbu disukai buru
ar dan Elviza mun adapula
2002, poh adi empat tip
alle, dalam R
Ceiba pe Ficus ela
Ficus glo Vitex pub
Melia az Ficus str
Gossamp Dillenia
Albizzia f Mimusop
Sesbania
an yang dipi at mengunda
nan maupun i-bijian didap
us sperti Pe unga sepert
ung pada ar, 1986. Be
a yang meny hon berdas
pe yaitu tip
Rusilawati, 2
etandra astica
omerata bercens
zedarach ricta
pinus heptaph pubescens
falcataria pos elengi
a grandiflora
lih sebagai ang burung
musiman, patkan dari
eltophorum i Bauhinia
umumnya entuk tajuk
yukai tajuk arkan tipe
e Nezeran,
002
hylla
Tipe arsitektur pohon Nezeran mempunyai tipe percabangan kontinyu pada batang utama dengan tajuk terbuka. Tipe pohon Roux mempunyai tipe
percabangan yang sama dengan Nezeran tetapi dengan tajuk tertutup. Tipe arsitektur pohon Rauh mempunyai tipe percabangan kontinyu pada cabang
samping cabang sekunder dan bentuk tajuk tertutup. Tipe arsitektur pohon Attim mempunyai percabangan kontinyu pada cabang tersier dan bentuk tajuknya
tertutup. Hails
et al . 1990 membedakan tata letak penanaman vegetasi pada ruang
terbuka hijau kota sebagai habitat burung berdasarkan fungsi daerahnya, yaitu vegetasi pada daerah perlindungan refuges, vegetasi pada daerah transisi,
vegetasi koridor dan vegetasi padang rumput. Tata letak tanaman pada RTH sebagai habitat burung Gambar 10 dibedakan sebagai berikut:
- Tanaman pada daerah perlindungan refugee, terdiri dari komponen pepohonan yang ditanam rapat satu sama lain dan kelompok perdu tahan naungan yang
ditanam di antara pepohonan tersebut. - Tanaman pada daerah transisi, merupakan daerah yang berada di luar daerah
perlindungan dan mengelilingi daerah perlindungan. Tanaman di daerah transisi berupa semak dan rumput.
- Tanaman koridor adalah tanaman penghubung antara daerah perlindungan, dimana burung-burung dapat melintas mudah dari suatu tempat ke tempat lainnya
untuk mencari makan, mencari pasangan maupun tempat bersarang. Koridor dapat berupa jalur pepohonan, semak atau berupa sungai kecil untuk burung air dan
rawa. - Tanaman padang rumput merupakan daerah terluar setelah transisi atau dapat
berdiri sendiri, terpisah dari daerah yang lebih rapat. Tanamannya berupa hamparan atau lapangan.
Ruang dimana burung-burung dapat ditemukan untuk mencari makan, beristirahat dan berkembang biak oleh Handayani 1995 dikelompokan dalam
beberapa strata yaitu strata 1 0 - 0,6 m, strata 2 0,6 - 1,8 m, strata 3 1,8 – 4,5 m, strata 4 4,5 – 15 m dan strata 5 15 m. Jenis burung yang menggunakan
strata 1 dan 2 adalah prenjak, kutilang dan burung gereja. Strata 3 dan 4 lebih
banyak digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang bagi burung- burung karena menyediakan lebih banyak tempat untuk sembunyi. Selain itu,
strata 3 dan 4 juga menyediakan makanan, baik berupa buah-buahan maupun serangga. Hampir semua jenis burung menggunakan ruang ini. Sedang strata 5
banyak digunakan oleh jenis burung yang menyukai tajuk pohon, baik mencari makan, bersarang maupun beristirahat. Burung yang sering terlihat pada strata ini
adalah kepodang dan kutilang.
Gambar 9. Tata vegetasi pada daerah perlindungan, transisi, koridor dan lapangan rumput bagi satwa burung Hails et al., 1990
3. Sumberdaya Pakan Untuk Burung Rantai makanan adalah peristiwa memakan dan dimakan dengan urutan
tertentu. Contoh : Makanan -- Ulat -- burung prenjak -- burung rajawali -- bakteri. Tumbuhan dimakan ulat, ulat dimakan burung prenjak, burung prenjak di
makan burung rajawali. Keterangan :
1. Tumbuhan bertindak sebagai produsen 2. Ulat bertindak sebagai konsumen tingkat I
3. Burung prenjak bertindak sebagai konsumen tingkat II 4. Burung Rajawali bertindak sebagai konsumen tingkat III -- konsumen puncak
5. Bakteri bertindak sebagai decomposer pengurai Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa rantai makanan yang
saling berhubungan. Gambar 10 merupakan gambaran jaring-jaring makanan.
Gambar 10. Jaring-jaring makanan Menurut Boer 1994, ritme dan sedikit perubahan-perubahan stokastik
dalam penawaran sumberdaya makanan dan kelimpahannya, menentukan pola dan cara pemanfaatan habitat oleh banyak jenis burung. Komponen makanan adalah
penting, yaitu : a jenis makanan, b banyaknya sumberdaya makanan dan c distribusi makanan berdasarkan waktu. Jenis-jenis burung tersebut dapat
diklasifikasikan dalam kelas-kelas makanannya, sebagai berikut : a. Frugivore
Frugivore adalah jenis burung pemakan buah. Frugivore terbagi kedalam dua kelompok yaitu burung-burung yang memakan buah-buah
ukuran besar dan burung-burung yang memakan buah-buah ukuran kecil Karr dalam Boer, 1994.
b. Insectivore Insectivore adalah jenis burung pemakan serangga. Fauna serangga
ataupun kepadatan kehadiran Arthropoda berkorelasi erat dengan derajat penutupan tanah hutan Numelin dalam Boer, 1994. Oleh karena itu,
perubahan iklim mikro akibat penutupan tajuk merupakan hal yang penting.
c. Generalist Secara teoritis, kelompok burung tidak begitu terspesialisasi dalam
makanan yaitu insectivore-frugivore, nectarivore-insectivore, nectarivore- insectivore-frugivore atau nectarivore-frugivore Boer, 1994.
4. Faktor Pendukung RTH Ekologis Berdasarkan penelitian Deppe dan Rottenberry 2008, migrasi burung
bergantung pada distribusi spesies baik luas area maupun tipe vegetasi dan hubungan migran dengan arsitektur atribut antara skala spasial dan ekologis.
Komposisi dari tanaman dan arsitektur vegetasi menjadi salah satu yang berpengaruh untuk migrasi burung pada skala yang luas termasuk jenis vegetasi
pantai. Hubungan migran dengan arsitektur atribut antara skala spasial dan ekologis membuktikan bahwa burung mempertimbangkan bentuk arsitektural dan
sisi ekologis untuk bermigrasi pada suatu tempat. Burung-burung di alam mempunyai perilaku mendekati air bersih yang tergenang. Oleh karena itu,
ketersediaan air bersih untuk mandi dan minum merupakan hal yang penting. Pergerakan satwa antar patch melintasi gap tersebut yang kemudian
ditanggapi oleh satwa secara berbeda pada skala spasial yang sangat spesifik. Pergerakan satwa antar patch melintasi gap akan bervariasi pada tiap spesies
tergantung pada tipe patch dan faktor lain, seperti cuaca, musim, rute alternatif, serta resiko yang mungkin dihadapi predator, jarak Wiens dan Rotenberry,
1981. Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah mbojo.wordpress.com:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok
utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati vegetasi. Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima
huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik tropical rainy climates
, iklim B adalah tipe iklim kering dry climates, iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang warm temperate rainy climates,
iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin cold snowy forest climates
dan iklim E adalah tipe iklim kutub polar climates. b.
Sistem Klasifikasi Mohr Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan
basah apabila curah hujan 100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan
60 mm per bulan. c.
Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk
2000 penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut
Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klasifikasi iklim Mohr.
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A sangat
basah jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B basah jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C agak basah jenis
vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D sedang jenis
vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E agak kering jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F kering jenis vegetasinya hutan savana, tipe
iklim G sangat kering jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H ekstrim kering jenis vegetasinya adalah padang ilalang.
Tabel 6. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
Berdasarkan Van Hoeve 1989, burung memiliki suhu yang naik turun, namun waktu burung keluar dari sarang adalah saat bulan kering. Suhu udara
untuk burung di daerah tropis bertahan berkisar 25 – 30º C. Menurut Thomas 1979, penyediaan RTH merupakan salah satu usaha
pengelolaan habitat satwa di perkotaan. Dalam membentuk RTH kota yang dapat digunakan sebagai habitat burung, maka dilakukan pendekatan yang bertujuan:
1. Untuk memperoleh keanekaragaman spesies yang tinggi. Dalam hal ini, semua spesies dianggap penting dan diharapkan populasi semua spesies
cukup memadai. 2. Untuk meningkatkan populasi spesies tertentu. Dalam hal ini hanya
spesies tertentu yang diutamakan. Menurut Bennett 1999, berdasarkan asalnya koridor dapat dibedakan atas:
- Koridor alami, seperti sungai dengan tanaman pinggiran sungai riparian, termasuk kontur lingkungan yang merupakan hasil dari proses lingkungan.
- Koridor remnant, seperti strip hutan yang tidak ditebang dalam suatu pembukaan lahan, pepohonan di sisi jalan, atau habitat alami yang
dipertahankan sebagai penyambung antar kawasan lindung,yang terpecah karena adanya pembukaan lahan atau gangguan lingkungan.
- Koridor regenerasi, merupakan hasil dari pertumbuhan kembali suatu strip tanaman yang dulu telah mengalami pembukaan atau gangguan.
- Koridor buatan seperti tanaman pertanian, windbreaks atau shelterbelts, umumnya merupakan tanaman introduksi non-indigenous atau eksotik.
- Koridor gangguan, seperti jalan kereta, jalan raya, atau fitur lainnya yang merupakan hasil dari gangguan yang bersifat tetap dan berbentuk strip
panjang.
2.6.Perencanaan Lanskap
Menurut Siti Nurisjah 2009, perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini
merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan land based planning
melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu
model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan termasuk kesehatannya. Kegiatan perencanaan lanskap adalah satu bentuk kegiatan yang menitik beratkan pada data
dan informasi yang dikumpulkan serta proses pengolahan data dan informasi tersebut untuk mendapatkan hasil seperti yang diinginkan atau dikonsepkan. Hasil
perencanaan lanskap yang baik bila produk yang dihasilkan akan berdaya guna tinggi bagi para pemakainya dan berkelanjutan bagi lanskap atau kawasan yang
direncanakan penataannya. Dalam kegiatan perencanaan lanskap ini maka proses perencanaan dinyatakan sebagai suatu proses yang dinamis, saling terkait dan
saling mendukung satu dengan yang lain. Proses ini merupakan suatu alat yang terstruktur dan sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan awal dari
suatu bentukan fisik dan fungsi lahantapak bentang alam, keadaan yang diinginkan setelah dilakukan berbagai rencana perubahan, serta cara dan
pendekatan yang sesuai dan terbaik untuk mencapai keadaan yang diinginkan tersebut.
Rachman 1984 menyatakan bahwa dalam proses perencanaan meliputi beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu tahap inventarisasi data, analisis,
sintesis, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan diakhiri dengan tahap pemeliharaan.
3
P
b T
3.1 Tempat