Preparasi dan karakterisasi tulang rawan

analysis , kondroitin sulfat for analysis dari trakea sapi dengan tingkat kemurnian ≥60 yang dibeli dari Sigma Aldrich dan kertas indikator pH.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu preparasi dan karakterisasi tulang rawan ikan pari dan ekstraksi enzimatis serta analisis konsentrasi glikosaminoglikan.

3.3.1 Preparasi dan karakterisasi tulang rawan

Preparasi tulang rawan ikan pari mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mizuta et al. 2003 yaitu ikan pari yang telah dibekukan lebih dari 24 jam, dipotong pada bagian sirip pektoralnya. Daging selanjutnya dipisahkan dengan cara dikikis menggunakan pisau hingga didapatkan tulang rawan utuh. Aktivitas selanjutnya adalah pembersihan daging pada tulang rawan berdasarkan Murado et al . 2010. Kegiatan yang dilakukan adalah merebus tulang rawan selama 20 menit di dalam panci berisi air dengan suhu 80°C. Sisa daging dibersihkan dengan cara disikat dan dicuci dengan air mengalir. Tulang rawan yang telah bersih dari sisa-sisa lemak dan daging selanjutnya disimpan beku pada suhu ±20 o C. Karakterisasi tulang rawan ikan pari mengacu pada penelitian Kittiphattanabawon et al. 2010. Karakterisasi tulang rawan terdiri dari analisis- analisis yang meliputi analisis kadar air dan abu AOAC 2005 serta analisis komposisi asam amino dengan metode High Performance Liquid Chromatography HPLC. 3.3.2 Ekstraksi enzimatis Lignot et al. 2003 dan dialisis Garnjanagoonchorn et al. 2007 Ekstraksi tulang rawan dilakukan secara enzimatis diawali dengan pengecilan ukuran dan pengeringan tulang rawan hasil preparasi. Pengeringan tulang rawan mengacu pada penelitian Ndife et al. 2010. Kondisi pencacahan yang dilakukan adalah menggunakan blender pada suhu ruang, sedangkan kondisi pengeringan yang dilakukan adalah dengan menggunakan oven pada suhu 40 o C selama 6 jam. Ekstraksi dilakukan dengan cara mempersiapkan sampel tulang rawan yang telah dikeringkan sebanyak 11,25 g untuk selanjutnya disuspensikan dalam air hingga 125 mL. Kemudian dilakukan penambahan enzim papain sebanyak 0,25 g. Ekstraksi berlangsung pada pH 6,5 dan suhu ±65°C selama 3 jam kondisi efektif terhadap waktu dan hasil ekstraksi berdasarkan Lignot et al. 2003 yang telah dikembangkan dari Scott 1969 untuk menghasilkan kondroitin sulfat dengan konsentrasi berkisar 1,3 g100 mL serta berdasarkan Garnjanagoonchorn et al . 2007 pada ekstraksi enzimatis kondroitin sulfat dari sirip hiu dan tulang rawan pari Dasyatis zugei dengan konsentrasi kondroitin sulfat yang dihasilkan dari masing-masing sumber sebesar 1,5 g100 mL dan 0,749 g100 mL. Pemisahan protein mengacu pada penelitian Garnjanagoonchorn et al. 2007. Pada hasil ekstraksi selanjutnya ditambahkan asam trikloroasetat TCA untuk dipisahkan proteinnya. Asam trikloroasetat ditambahkan ke dalam larutan hasil hidrolisis enzimatis hingga konsentrasinya mencapai 7 bv. Campuran tersebut didiamkan selama semalam pada suhu 4°C, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 132.000 x g selama 30 menit pada suhu 4°C untuk memisahkan protein yang mengendap. Supernatan yang dihasilkan dari proses ini selanjutnya didialisis dalam akuades dingin selama 24 jam. Proses ini bertujuan untuk memisahkan glikosaminoglikan GAGs dari garam-garam yang masih tercampur dalam larutan. Konsentrasi glikosaminoglikan diuji dengan spektrofotometri menggunakan sulfate GAGs assay yang mengacu Jong et al. 1989 dan Zhou et al . 2002 yang dimodifikasi. Larutan hasil dialisis kemudian diberi perlakuan pengeringan dengan evaporator vakum sehingga didapatkan glikosaminoglikan dalam bentuk serpihan halus. Spektrum gugus fungsi glikosaminoglikan selanjutnya dianalisis menggunakan Fourier Transform Infra-Red FTIR spektrofotometri Garnjanagoonchorn et al. 2007.

3.4 Prosedur Pengujian