bahwa semua jenis kolagen mengandung glisin sebagai asam amino utama serta kaya akan alanin, prolin, dan hidroksiprolin.
Tabel 2 juga memberi informasi mengenai kadar asam amino yang lebih tinggi pada tulang rawan pari Raja kenojei yang diteliti oleh Mizuta et al. 2003
dan tulang rawan hiu Carcharhinus limbatus yang diteliti oleh Kittiphattanabawon et al. 2010 dibandingkan dengan asam amino tulang rawan
pari air tawar dan pari air laut pada penelitian ini. Deka et al. 2012 menjelaskan bahwa komposisi kimia ikan, termasuk kandungan protein dan asam amino,
sangat bervariasi antara satu individu dengan individu lain tergantung pada umur, jenis kelamin, lingkungan, musim, dan lokasi geografis. Deka et al. 2012 juga
menambahkan bahwa asam amino ikan pada musim yang berbeda akan berbeda pula komposisinya. Ikan pari pada penelitian Mizuta et al. 2003 dan
Kittiphattanabawon et al. 2010 berasal dari lingkungan subtropis, berbeda dengan ikan pari pada penelitian ini yang berasal dari wilayah tropis. Hal tersebut
diduga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan profil asam amino pada tulang rawan ikan-ikan tersebut.
4.2 Konsentrasi Glikosaminoglikan Tulang Rawan Ikan Pari Air Laut
Neotrygon kuhlii dan Tulang Rawan Ikan Pari Air Tawar Himantura signifer
Konsentrasi glikosaminoglikan dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan regresi linear kurva standar kondroitin sulfat.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0,0001x + 0,0529 dengan nilai R
2
sebesar 0,9878. Konsentrasi mg100 mL glikosaminoglikan tulang rawan ikan pari air laut Neotrygon kuhlii adalah sebesar 74,767±6,35 mg100 mL dan pari
air tawar Himantura signifer sebesar 66,767±6,11 mg100 mL. Konsentrasi mg100 mL glikosaminoglikan hasil ekstraksi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Konsentrasi mg100 mL glikosaminoglikan tulang rawan ikan pari air laut Neotrygon kuhlii dan pari air tawar Himantura signifer
Sumber tulang rawan Konsentrasi mg100 mL
Pari air laut 74,767 ± 6,35
Pari air tawar 66,767 ± 6,11
Berdasarkan Tabel 3, konsentrasi glikosaminoglikan tulang rawan ikan pari air laut diketahui lebih tinggi dibandingkan konsentrasi glikosaminoglikan
tulang rawan ikan pari air tawar. Hal ini diduga disebabkan oleh pengaruh perbedaan habitat atau tempat hidup kedua spesies tersebut. Yamada et al. 2011
menjelaskan bahwa perbedaan tingkat salinitas perairan tempat hidup suatu spesies mempengaruhi jumlah dan komposisi glikosaminoglikan bersulfat dari
spesies tersebut. Glikosaminoglikan yang berasal dari spesies yang hidup pada perairan dengan konsentrasi garam tinggi memiliki kadar sulfat yang lebih tinggi
dibandingkan glikosaminoglikan yang terdapat pada spesies yang hidup di perairan dengan konsentrasi garam rendah. Jumlah glikosaminoglikan bersulfat
meningkat sesuai derajat salinitas perairan. Lebih lanjut Qu 2007 menerangkan bahwa enzim tertentu menambahkan gugus ester sulfat ke gugus hidroksil tertentu
untuk membentuk kondroitin sulfat. Prydz dan Dalen 2000 menambahkan bahwa sintesis kondroitin berlangsung karena adanya aktivitas enzim galaktosil
transferase I GT I atau asam glukuronat transferase I GlcAT I. Hal ini diperkuat oleh Walker 2005 yang menyatakan bahwa proses mineralisasi
berperan penting pada pembentukan tulang rawan suatu spesies. Sebagian dari struktur kartilago ikan-ikan bertulang rawan diperkuat dan diperkeras oleh proses
mineralisasi. Proses tersebut melibatkan berbagai garam yang didepositkan menjadi tulang rawan.
4.3 Spektrum Glikosaminoglikan Tulang Rawan Ikan Pari Air Laut