15 Gambar 2. Skema Kapasitas Air Tersedia
Ministry of Agriculture, Food and Fisheries 2002
Konstanta lengas tanah yang biasa digunakan untuk pertanian adalah sebagai berikut.
Kapasitas jenuh saturation capacity. Jika semua pori tanah diisi air, maka disebut sebagai kapasitas jenuh atau maximum water holding capacity.
Kapasitas lapang field capacity KL, adalah kandungan lengas tanah sesudah drainase air secara gravitasi, menjadi sangat lambat dan lengas
tanah menjadi relatif stabil. Keadaan ini biasanya dicapai setelah 1 hari sampai 3 hari sesudah pembasahan dengan air hujan atau irigasi.
Titik Layu permanen wilting permanent TLP, yakni kondisi lengas tanah dimana tanaman tidak mampu lagi mengisap airtanah untuk memenuhi
transpirasi, dan tanaman akan tetap layu walaupun air diberikan. Ultimate wilting point yakni kandungan lengas tanah dimana tanaman mati,
biasanya tegangan airtanah sekitar 60 atm
2.7 Indeks Kekeringan
Penyederhanan dalam mengkuantifikasi suatu kondisi sering menggunakan indeks. Demikian juga dalam mengkuantifikasi tingkat kekeringan. Keberadaan
indeks kekeringan sangat penting karena untuk menyederhanakan hubungan yang kompleks berbagai faktor yang menyebabkan kekeringan, untuk
16 memberikan penilaian secara kuantitatif dari anomali kondisi iklim intensitas,
durasi, luasan, dan untuk aplikasi perencanaan dan desain. Yang 2010, juga menyatakan pentingnya penggunaan indeks kekeringan.
Yang berpendapat bahwa indeks kekeringan berperan penting dalam memonitor bahaya kekeringan, karena dengan indeks ini bisa digunakan untuk menentukan
awal dan akhir dari kejadian kekeringan, serta bisa digunakan untuk menentukan kehebatantingkat kekeringan yang terjadi. Ada banyak indeks kekeringan yang
dapat digunakan untuk memonitor dan menganalisis karakteristik dari kekeringan, baik dari intensitas, durasi dan luasan kekeringan yang ditumbulkannya.
Beberapa indeks kekeringan yang telah banyak digunakan adalah RDII Rainfall Deciles, SPI Standardised Precipitation Index dan RDI
Reconnaisance Drought Index, ketiga indeks kekeringan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan kekeringan meteorologis . Indeks kekeringan yang
lainnya adalah PDSI Palmer Drought Severity Index, VHI Vegetation Health Index, dan CMI Crop Moisture Index.. Ketiga indeks ini digunakan untuk
menentukan indeks kekeringan pertanian. Sedangkan untuk menentukan kekeringan hidrologi biasanya digunakan Regional Streamflow Deficiency Index
RSDI, Palmer Hydrological Drought Index PHDI dan Surface Water Supply Index SWSI
Indeks kekeringan di atas memiliki performa yang berbeda-beda dalam menggambarkan karakteristik kekeringan, sehingga susah untuk menentukan
indeks mana yang memiliki performa paling baik. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Yang 2010, yang menyatakan bahwa sangat susah untuk menentukan
indeks kekeringan yang memiliki performa terbaik untuk menggambarkan kejadian kekeringan. Karena masing-masing indeks memiliki kemampuan yang
berbeda untuk menentukan jenis kekeringan, misalnya SPI akan memberikan hasil pengukuran yang baik untuk menentukan kekeringan secara meteorologi
dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan PDSI akan memberikan hasil perhitungan yang baik jika digunakan untuk menentukan kekeringan pertanian.
Karena PDSI selain memperhitungkan faktor meteorologi seperti curah hujan dan suhu, juga memperhitungkan kondisi kelembapan tanah soil moinsture.
17 Penelitian Nicholls 2004 mengenai kekeringan di Australia pada tahun
2003, menunjukkan bahwa kejadian kekeringan yang terjadi di Australia dikarenakan suhu udara pada siang hari yang sangat tinggi meskipun curah hujan
saat itu tidak lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya. Dari sini dapat diketahui bahwa dengan adanya suhu udara yang sangat tinggi akan menjadikan kekeringan
lebih hebat meskipun curah hujannya tidak lebih kering dari tahun sebelumnya. Sehingga untuk menghitung indek kekeringan diperlukan juga unsur
suhuevapotranspirasi selain curah hujan. Indeks kekeringan meteorologis yang menggunakan data curah hujan dan data evapotranspirasi adalah RDI
Reconaisance Drought Index Kirono et al, 2011. Hasil penelitian Nicholls menunjukkan perbedaan dengan Bazrafshan 2010 yang menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antara kekeringan menggunakan SPI dan RDI di Iran. Oleh sebab itu dalam penelitian Bazrafshan meskipun hanya menggunakan data yang
minimal, tetapi SPI cukup bagus dalam memonitor kehebatan kekeringan meteorologi yang ada di pesisir Iran Bazrafshan et al,2010
Liu et al. 2011 telah membandingkan tiga indeks kekeringan untuk menganalisis kekeringan yang terjadi di Blue River Basin, Oklahoma. Tiga indeks
yang digunakan tersebut adalah Standardized Precipitation Index SPI, Palmer Drought Severity Index PDSI dan Standarized Runoff Index SRI. Dari hasil
kajiannya PDSI dan SRI menunjukkan performa yang sama karena keduanya menggunakan
faktor kelembapan
tanah dan
evapotranspirasi dalam
perhitungannya. Penelitian tersebut merekomendasikan untuk menggunakan PDSI dan SRI dalam menganalisis kekeringan.
PDSI dalam perhitungannya berdasarkan pada “water supply and demand”, dimana perhitungannya dengan konsep sistem neraca air yang memperhitungkan
data curah hujan dan suhu serta data karakteristik tanah di wilayah kajiannya. Perhitungan-perhitungan tersebut melibatkan perhitungan evapotranspirasi
potensial, curah hujan dan air tersedia.
18
2.8 Penelitian Sebelumnya yang terkait dengan model iklim dan atau kekeringan