11
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekeringan
Pada umumnya, kejadian kekeringan dapat teridentifikasi dari kondisi tanah, tanaman dan air permukannya. Saat terjadi kekeringan, maka tanah menunjukkan
fisik yang kering, bahkan untuk tanah yang berliat kondisi ini terlihat dengan jelas, yaitu adanya pecahan-pecahan atau rekahan di permukaan tanahnya.
Sedangkan untuk tanaman, ditunjukkan dengan adanya daun-daun yang layu dan bahkan ada yang sampai meranggas. Hal ini disebabkan air tanah yang sudah
sangat berkurang sehingga tanaman sudah tidak bisa menyerap air. Dan untuk air permukaan, saat kejadian kekeringan ditandai dengan menurunnya debit aliran
sungai. Semua gambaran identifikasi dari adanya kejadian kekeringan di atas sangat
terkait dengan ketersediaan air. Ketersediaan air sendiri ditentukan oleh tiga hal, yaitu curah hujan sebagai sumber air di bumi, kemudian karakteristik tanah
sebagai tempat penyimpanan air aquifer dan yang terakhir adalah jenis tanaman sebagai subjek yang memanfaatkan air.
2.5.1 Hujan
Terjadinya atau tidak terjadinya kekeringan di suatu daerah sangat tergantung dari adanya hujan yang jatuh di daerah yang bersangkutan. Hujan
yang banyak dan sebarannya merata pada suatu daerah merupakan faktor penting yang menentukan suatu daerah tersebut tidak akan mengalami kekeringan.
Meskipun hujan yang jatuh cukup banyak, namun sebarannya tidak merata, maka hal ini dapat menyebabkan kekeringan. Apalagi kalau hujan yang jatuh sangat
rendah di bawah kondisi normal dan sebarannya tidak merata, maka akan memperluas daerah yang mengalami kekeringan.
Besarnya curah hujan sangat tergantung dari posisi suatu wilayah terhadap pegunungan ataupun lautan. Nieuwolt 1977 menyatakan bahwa curah hujan di
daerah tropis variasinya tergantung dengan ketinggian dan arah datangnya angin. Sedangkan Turyanti 1995 dan Jadmiko 2011 menyatakan bahwa kisaran rata-
12 rata curah hujan daerah yang ada di pesisir utara Jawa lebih rendah daripada
daerah yang ada di pesisir selatan Jawa.
2.5.2 Jenis Tanah
Salah satu peranan tanah adalah sebagai tempat penyimpanan air, tertahannya air oleh tanah disebabkan oleh proses adhesi antara air dan tanah serta
proses kohesi air. Tipe-tipe tanah memiliki perbedaan dalam kapasitas menyimpan dan menahan kelengasan. Sebagai contohnya tanah yang bertekstur
pasir memiliki daya menyimpan air yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur liat Borton dan Nicholds, 1994. Kemampuan menyimpan dan
menahan air pada tanah inilah yang turut mempengaruhi terjadinya kekeringan. Semakin halus butir-butir tanah semakin banyak butir liatnya, maka
semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Namun tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut
basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng
erosinya akan tinggi. Sedangkan tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar pasir tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang
tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara Ruijter dan Agus, 2004
Kemampuan tanah dalam menyimpan air dapat diinterpretasikan dari nilai kapasitas air tersedia. Nilai kapasitas air tersedia merupakan selisih dari nilai
kapasitas lapang dan titik layu permanen. Tabel 1 berikut ini adalah pendugaan nilai kapasitas lapang dan titik layu permanen ditinjau dari jenis tekstur tanahnya
menurut USDA.
13 Tabel 1. Nilai Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen
pada beberapa Tekstur Tanah
Testur KL
TLP mmm
mmm
Liat 333
217 Lempung Berliat
317 150
Lempung Berdebu 290
117 Lempung
267 100
Lempung Berpasir 167
50 Pasir
123 33
2.5.3 Jenis Tanaman