13 Tabel 1. Nilai Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen
pada beberapa Tekstur Tanah
Testur KL
TLP mmm
mmm
Liat 333
217 Lempung Berliat
317 150
Lempung Berdebu 290
117 Lempung
267 100
Lempung Berpasir 167
50 Pasir
123 33
2.5.3 Jenis Tanaman
Air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan berbeda-beda tergantung dari umur dan jenis tanamannya. Meskipun jenis
tanamannya sama, akan berbeda dalam kebutuhan airnya jika fase nya berbeda, sehingga sensivitas terhadap kekeringan berbeda pula.
Pugnaire dalam Sinaga 2008 mengklasifikasikan tanaman berdasarkan responnya terhadap kekeringan menjadi dua, yaitu tanaman yang menghindari
kekeringan dan tanaman yang mentoleransi kekeringan. Tanaman yang menghindari kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air tersedia atau
akuisisi air maksimum antara lain dengan meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman yang mentoleransi kekeringan
mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi dehidrasi.
2.6 Konsep Neraca Air
Pendekatan konsep neraca air memungkinkan untuk mengevaluasi sumber daya air secara kuantitatif dan pada gilirannya dapat digunakan untuk mengetahui
jumlah ketersediaan air di suatu wilayah. Kekeringan erat kaitannya dengan ketersediaan air. Sehingga untuk dapat mengetahui suatu wilayah rawan
14 kekeringan atau tidak dapat dilihat dari ketersediaan air yang ada di wilayah yang
bersangkutan. Ogallo dan Gbeckor-Kove 1989 menyebutkan bahwa dengan menggunakan konsep neraca air dapat digunakan untuk identifikasi kekeringan
dengan cukup baik. Seyhan 1991, menyatakan bahwa persamaan neraca air merupakan
persamaan yang menggambarkan keseimbangan masukan air total pada selang waktu dan ruang tertentu dengan keluaran air total ditambah perubahan bersih
cadangan air tanah. Persamaan neraca air dari Thorthwaite and Mather 1955 sebagai berikut:
P = ETP +ΔS+Ro keterangan:
P = presipitasi hujan
ETP = evapotranspirasi
ΔS = perubahan cadangan air
Ro = limpasan termasuk perkolasi
Persentase perubahan cadangan air dan limpasan dari air hujan yang jatuh di permukaan bumi tidak tetap. Tergantung pada jenis tanah khususnya tekstur
tanah, penggunaan lahan, dan kedalaman perakaran. Perubahan cadangan air yang ada di dalam tanah akan menentukan kapasitas air tersedia available water
capacity. Kapasitas air tersedia merupakan air yang terikat antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Air tersedia ini berupa air yang dapat diabsorpsi
oleh tanaman. Gambar 2 menunjukkan skema air tersedia yang ada di dalam tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
15 Gambar 2. Skema Kapasitas Air Tersedia
Ministry of Agriculture, Food and Fisheries 2002
Konstanta lengas tanah yang biasa digunakan untuk pertanian adalah sebagai berikut.
Kapasitas jenuh saturation capacity. Jika semua pori tanah diisi air, maka disebut sebagai kapasitas jenuh atau maximum water holding capacity.
Kapasitas lapang field capacity KL, adalah kandungan lengas tanah sesudah drainase air secara gravitasi, menjadi sangat lambat dan lengas
tanah menjadi relatif stabil. Keadaan ini biasanya dicapai setelah 1 hari sampai 3 hari sesudah pembasahan dengan air hujan atau irigasi.
Titik Layu permanen wilting permanent TLP, yakni kondisi lengas tanah dimana tanaman tidak mampu lagi mengisap airtanah untuk memenuhi
transpirasi, dan tanaman akan tetap layu walaupun air diberikan. Ultimate wilting point yakni kandungan lengas tanah dimana tanaman mati,
biasanya tegangan airtanah sekitar 60 atm
2.7 Indeks Kekeringan