Model Iklim TINJAUAN PUSTAKA

6 Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, keterbatasan basis data iklim di atas dapat ditanggulangi dengan penggunaan teknologi penginderaan jauh, misalnya dengan citra satelit ataupun dengan pemodelan iklim. Dengan penginderaah jauh dan pemodelan iklim memungkinkan mendapatkan data iklim pada wilayah-wilayah yang susah dijangkau dengan menggunakan peralatan konvensional.

2.2 Model Iklim

Wigena 2006, mengatakan bahwa Global Circulation Model GCM dapat digunakan sebagai alat prediksi utama iklim dan cuaca secara numerik dan sebagai sumber informasi primer untuk menilai perubahan iklim. Tetapi informasi GCM masih berskala global dan tidak untuk skala yang lebih detil lokal, sehingga masih sulit untuk mendapatkan informasi skala lokal Regional Climate Model, RCM dari data GCM. Untuk memperoleh informasi skala lokal atau regional tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknik downscaling. Ada dua tipe downscaling yang biasa digunakan yaitu Dynamical Downscaling DD dan Empirical Statistical Downscaling ESD. Selain dengan teknik downscaling seperti yang tersebut di atas, untuk meningkatkan resolusi model pada tingkatan lokal, dikembangkan suatu model yang dinamakan Regional Climate Models RCMs Giorgi,2009. RCMs lazim digunakan sebagai dynamical downscaling dan untuk meningkatkan informasi iklim regional yang sesuai dengan sirkulasi skala besar yang diberikan dari data GCM atau data dari reanalysis pada batas-batas RCMs Zanis et al, 2008 Salah satu model dari RCMs adalah RegCM3. Model ini dikembangkan oleh ICTP International Centre for Theoretical Physics, yang ada di Trieste, Italy. Dengan menggunakan RegCM3 dapat untuk mensimulasikan parameter-parameter iklim seperti curah hujan, suhu, tekanan udara, kelembapan udara, medan angin, radiasi, kelembapan tanah, aliran permukaan, fraksi awan, dan lain sebagainya dengan resolusi spasial yang tinggi Elguindi et al, 2007. RegCM3 memiliki banyak parameterisasi yang dapat dipilih guna mendapatkan hasil simulasi yang baik. Salah satunya adalah berupa skema konvektif untuk curah hujan. Ada dua bentuk skema konvektif utama yang ada di dalam RegCM3, yaitu Grell scheme dan MIT-Emanuel scheme. Skema konvektif 7 Grell merupakan skema konvektif yang mendasarkan bahwa awan terdapat dalam dua kondisi tetap steady state sirkulasi yaitu updraft dan downdraft. Tidak ada pencampuran langsung antara uap air dan lingkungan kecuali pada bagian atas dan bawah sirkulasi. Skema konvektif MIT-Emanuel merupakan skema konvektif terbaru yang ada di RegCM3. Model ideal dari gerakan udara updraft dan downdraft dengan metode buoyancy sorting. Hal tersebut menentukan tingkat penambahan dan pengurangan parsel udara pada level tertentu untuk mendapatkan potensi uap air yang cukup Elguindi et al, 2007 Proses running RegCM3 diperlukan untuk mendapatkan data model iklim pada wilayah yang menjadi kajian penelitian. Proses running dari RegCM3 terdiri dari tiga kompoenen utama, yaitu Pre Processing, Processing dan Post Processing. Pada tahap Pre Processing ada dua hal pokok yang perlu dilakukan untuk menginput data yaitu Terrain dan ICBC. Beberapa hal penting yang perlu di input dalam Terrain ialah domain latitude pusat dan longitude pusat dari wilayah kajian, grid interval paling kecil 10 km x 10km, land use default penggunaan lahan dari the Global Land Cover Characterization GLCC yang didapatkan dari 1 km Advance Very High Resolutions Radiometer dari April 1992 – Maret 1993, dan selanjutnya adalah elevasi dari USGS. Sedangkan input pada ICBC ialah Sea Surface Temperature SST dan data set yang akan digunakan untuk mensimulasikan model data iklim GCM atau reanalysis.

2.3 Koreksi Bias Data Luaran Model RegCM