Kebijakan Pemerintah terhadap Pembiayaan UMKM

18 Program ini dilakukan dalam upaya untuk mengembangkan ekonomi derah terutam sektor riil yang masih dirasakan terhambat perkembangannya. BI melalui jaringan kantor BI bergerak mendukung berbagai program dari dinasinstansi yang dirasakan masih terhambat pembiayaannya oleh perbankan di daerah. Selain itu atas inisiatif Bank Indonesia, juga telah terbentuk lembaga mediator yang menjembatani kepentingan UMKM dan perbankan yaitu Konsultan Keuangan Mitra Bank KKMB. Salah satu tugas KKMB adalah mempersiapakan UKM agar menjadi lebih feasible dan bankable. Melalui kebijakan Bank Indonesia yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 644DPNP tanggal 22 Oktober 2004 perihal Rencana Bisnis Bank Umum, telah diatur khusus terkait penyaluran kredit pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang menggambarkan keterlibatan Bank dalam rangka ikut serta mendorong perkembangan yang positif dari sektor UMKM.

5. Kebijakan Pemerintah terhadap Pembiayaan UMKM

Pemerintah memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung upaya pengembangan sektor Usaha Mikro dan Kecil UMKM. Upaya tersebut merupakan bagian dari langkah strategis pemerintah dalam mengatasi permasalaha kemiskinan. Beberapa program pemerintah sebagai wujud komitmen dalam pengembangan UMKM antara lain; program revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutantan RPPK yang merupakan salah satu dari “Triple Track Strategy” dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Salah satu instrumen kebijakan dalam mendukung suksesnya RPPK adalah dalam aspek investasi dan pembiayaan. Prioritas – prioritas kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kebijakan ini adalah : 1. Fasilitasi pembiyaan investasi dan modal kerja dengan mendorong business plan perbankan. 2. Mengembangkan dan memfasilitasi sistem pembiayaan dan penjaminan kredit bagi petaninelayandan petani hutan. 3. Mengembangkan sistem pembiayaan jangka panjang dan pembiayaan yang lebih sesuai dengan karakter PPK, 19 4. Mengembangkan pembiayaan non Bank berikut keterkaitannya dengan perbankan bagi petani, nelayan dan petani hutan. Upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan pembiayaan sektor pertanian Ratnawati 2009, diantaranya adalah melalui APBN dan Non APBN. Dengan instrumen APBN dengan cara : a. Peningkatan akses permodalan melalui kredit KKP dan KUR. b. Memberikan bantuan penguatan modal kepada petaniklomtan melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP. c. Fasilitasi bagi peningkatan usahaproduksi pertanian subsidi. Sementara melalui Non APBN adalah memberlakukan kewajiban pembiayaan bagi perbankan dan penerapan Corporate Social Resposibility bagi BUMN. Kredit programbantuan modal yang telah dikucurkan oleh pemerintah selama 4 dekade terakhir melalui beberapa bentuk skim seperti dana bergulir, penguatan modal, subsidi bunga, maupun yang komersial yang lebih mengarah kepada kegiatan kredit yang memiliki link dengan perbankan dan sifatnya eksekuting. Beberapa contoh kredit dengan skim dimaksud adalah KKP-E dan KUR. KUR merupakan kredit untuk UMKM dan Koperasi dengan pola penjaminan pemerintah. Selaku penjamin kredit adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha SPU dan Asuransi Kredit Indonesia Askrindo. Pada tahap awal program KUR melibatkan 6 enam bank yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, Bank Bukopin dan Bank Syariah Mandiri dengan fokus penyaluran kredit pada sektor usaha pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian dan perdagangan tempo interaktif, 2007. Kebijakan lain terhadap penyaluran kredit adalah bahwa pemerintah secara tegas mewajibkan agar perbankan menyalurkan kredit pada sektor UMKM minimal 20 persen dari portofolio kredit yang dimiliki. Peraturan dan perundang-undangan UMKM Kedudukan, peran dan potensi strategis UMKM dalam pemberdayaan ekonomi rakyat untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang, berkembang, berkeadilan telah 20 memperoleh legitimasi yang kuat sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan Ketetapan MPR No. XVI tahun 1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, serta peraturan perundang-undangan lainnya antara lain : 1. Undang-undang No. 202008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Secara garis besa, Undang-undang ini mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk : a. Menumbuhkan iklim usaha, dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi : Pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. Bersamaan dengan itu, dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan iklim usaha dimaksud. b. Memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang : Produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia dan desain dan teknologi. c. Menyediakan pembiayaan dan penjaminan, dalam bentuk pinjaman, penjaminan, hibah dan pembiayaan lainnya. Adapun pembiayaan dan penjaminan tersebut bersumber dari APBN, APBD, penyisihan bagian laba tahunan BUMN yang dialokasikan kepada UMKM serta bersumber dari Usaha Besar Nasional dan bantuan Luar Negeri d. Memfasilitasi, mendukung dan menstimulasi kegiatan kemitraan yang paling membutuhkan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang dilaksanakan dengan pola ; Inti-plasma, Sub- kontrak, Waralaba, Perdagangan umum, Distribusi, Keagenan dan Bentuk-bentuk kemitraan lainnya seperti bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan joint venture dan penyumberluaran outsourcing.

6. Hipotesa