Dari Abi Buraidah bin Abi Musa dari Ayahnya berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,Tidak ada nikah kecuali dengan
wali. HR Ahmad dan Empat
Dari Al-Hasan dari Imran marfuan,Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan dua saksi.HR Ahmad.
1. Siapakah yang bisa menjadi wali ?
Wali tidak lain adalah ayah kandung seorang wanita yang secara nasab memang syah sebagai ayah kandung. Sebab bisa
jadi secara biologis seorang laki-laki menjadi ayah dari seorang anak wanita, namun karena anak itu lahir bukan dari
perkawinan yang syah, maka secara hukum tidak syah juga kewaliannya.
2. Syarat Seorang Wali 2.1. Beragama Islam
Islam, seorang ayah yang bukan beragama islam tidak menikahkan atau menjadi wali bagi pernikahan anak gadisnya
yang muslimah. Begitu juga orang yang tidak percaya kepada adanya Allah SWT atheis. Dalil haramnya seorang kafir
menikahkan anaknya yang muslimah adalah ayat Quran berikut ini :
ليبس ينمؤملا ىلع نيرفاكلل ه1للا لعجي نلو
Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman
.QS. An-Nisa : 141
50
2.2. Berakal
Berakal, maka seorang yang kurang waras atau idiot atau gila tidak syah bila menjadi wali bagi anak gadisnya.
2.3. Baligh
Maka seorang anak kecil yang belum pernah bermimpi atau belum baligh, tidak syah bila menjadi wali bagi saudara
wanitanya atau anggota keluarga lainnya.
2.4. Merdeka
Dengan demikian maka seorang budak tidak syah bila menikahkan anaknya atau anggota familinya, meski pun
beragama ISlam, berakal, baligh.
3. Urutan Wali
Dalam mazhab syafii, urutan wali adalah sebagai berikut : 3.1. Ayah kandung
3.2. Kakek, atau ayah dari ayah 3.3. Saudara kakak adik laki-laki se-ayah dan se-ibu
3.4. Saudara kakak adik laki-laki se-ayah saja 3.5. Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah dan se-ibu
3.6. Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah saja 3.7. Saudara laki-laki ayah
3.8.Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah sepupu
Daftar urutan wali di atas tidak boleh dilangkahi atau diacak- acak. Sehingga bila ayah kandung masih hidup, maka tidak
boleh hak kewaliannya itu diambil alih oleh wawli pada nomor
51
urut berikutnya.Kecuali bila pihak yang bersangkutan memberi izin dan haknya itu kepada mereka.
Penting untuk diketahui bahwa seorang wali berhak mewakilkan hak perwaliannya itu kepada orang lain, meski
tidak termasuk dalam daftar para wali. Hal itu biasa sering dilakukan di tengah masyarakat dengan meminta kepada
tokoh ulama setempat untuk menjadi wakil dari wali yang syah. Dan untuk itu harus ada akad antara wali dan orang yang
mewakilkan.
Dalam kondisi dimana seorang ayah kandung tidak bisa hadir dalam sebuah akad nikah, maka dia bisa saja mewakilkan hak
perwaliannya itu kepada orang lain yang dipercayainya, meski bukan termasuk urutan dalam daftar orang yang berhak
menjadi wali.
Sehingga bila akad nikah akan dilangsungkan di luar negeri dan semua pihak sudah ada kecuali wali, karena dia tinggal di
Indonesia dan kondisinya tidak memungkinkannya untuk ke luar negeri, maka dia boleh mewakilkan hak perwaliannya
kepada orang yang sama-sama tinggal di luar negeri itu untuk menikahkan anak gadisnya.
Namun hak perwalian itu tidak boleh dirampas atau diambil begitu saja tanpa izin dari wali yang sesungguhnya. Bila hal itu
dilakukan, maka pernikahan itu tidak syah dan harus dipisahkan saat itu juga.
4. Wali Adhal