Jangan sampai seseorang yang penghasilannya senin kamis, tapi berlagak bak seorang saudagar kaya yang setiap hari isi
pembicaraannya tidak lepas dari urusan ta`addud. Ini jelas sangat `njomplang`, jauh asap dari api.
b. Pihak yang mencegah poligami
Di sisi lain, ada kalangan yang menentang poligami atau paling tidak kurang bersimpati terhadap poligami. Mereka pun sibuk
membolak balik ayat Al-Quran Al-Karim dan Sunnah Rasulullah SAW untuk mencari dalih yang bisa melarang atau
minimal memberatkan jalan menuju poligami.
Misalnya dengan mengikat seorang suami untuk janji tidak menikah lagi ketika melangsungkan pernikahan pertamanya.
Janji itu diqiyaskan dengan sighat taliq yang bila dilanggar maka istrinya diceraikan.
Menanggapi hal ini, para ulama berbeda pendapat tentang syarat tidak boleh melakukan poligami bagi suami yang
diajukan oleh isterinya pada saat aqad nikah. Apakah pensyaratan tersebut dibolehkan atau tidak?
Sebahagian ulama menyatakan bahwa pensyaratan tersebut diperbolehkan, sedangkan yang lain berpendapat hal tersebut
dimakruhkan tetapi tidak haram. Karena dengan adanya pensyaratan tersebut maka suami akan merasa terbelenggu
yang pada akhirnya akan menimbulakn hubungan yang kurang harmonis di antara keduanya.
Lantas bagaimana sikap suami, apakah harus memenuhi syarat tersebut atau tidak? Ada dua pendapat ulama. Pendapat
pertama menyatakan bahwa hukum memenuhi pensyaratan
104
tersebut hanya sunah saja dan tidak wajib. Oleh karena itu suami bisa saja menikah dengan wanita yang lain. Hal tersebut
berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.
Barangsiapa yang mensyaratkan suatu syarat yang tidak terdapat dalam kitab Allah, maka ia tidak berhak melakukannya Dan tidak
perlu dipenuhi, meskipun ia mensyaratakan seratus persyaratan. Persyaratan Allah-lah yang lebih berhak dan lebih kuat
HR BukhariFathul Bari 6115
Ali bin Abi Thalib pernah berkata: Syarat Allah sebelum syaratnya wanita tersebut. Ibnu Abdil Barr mengomentari
bahwa Allah telah membolehkan melarang apa yang engkau kehendaki dengan sejumlah syarat, sedangkan apa yang Allah
perbolehkan adalah lebih utama.
4
Pendapat kedua menyatakan bahwa suami wajib memenuhi persyaratan isterinya tersebut disebabkan pensyaratan tersebut
adalah syah secara agama. Oleh karena itu ia tidak boleh melakukan poligami. Hal tersebut berdasarkan hadis :
Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang menghalakan terjadinya hubungan badan HR Muslim
3573, Tirmidzi No. 1124, Abu Daud 2139, Nasai 693 dan Ibnu Majah No. 1954
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda :Orang-orang muslim itu berdasarkan syarat-syarat mereka
yang disepakati kecuali syarat yang menghalakan yang haram atau syarat yang mengharamkan yang halal HR. Muslim
21036
4
At-Tamhid 18168-169
105
Pendapat kedua ini dipegang oleh sejumlah sahabat dan ulama antara lain Umar bin Al-Khattoa, Amr bin Al-Ash, Syuraikh
Al-Qadhi, Ishaq, Imam Ahmad, Ibnu Taimiyyah dan lain- lain.
5
Ada bentuk lain lagi dalam perkara mengahalangi poligami, yaitu mereka mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah
melakukan poligami kecuali hanya kepada janda saja. Tidak pernah kepada wanita yang perawan. Memang ketika menikahi
Aisyah ra, status Rasulullah SAW adalah seorang duda yang ditinggal mati istrinya.
Dalam menjawab masalah ini, sebenarnya syarat harus menikahi wanita yang berstatus janda bukanlah syarat untuk
poligami. Meski Rasulullah SAW memang lebih banyak menikahi janda ketimbang yang masih gadis. Namun hal itu
terpulang kepada pertimbangan teknis di masa itu yang umumnya untuk memuliakan para wanita atau mengambil hati
tokoh di belakang wanita itu. Pertimbangan ini tidak menjadi syarat untuk poligami secara baku dalam syariat Islam.
Sebagian kalangan juga ingin menghalangi poligami dengan dasar bahwa syarat berlaku adil dalam Al-Quran Al-Karim
adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan demikian, maka poligami dilarang dalam Islam.
Padahal, meski ada ayat yang demikian, yang dimaksud dengankeadilantidak dapat dilakukan adalah keadilan yang
bersifat menyeluruh baik materi maupun ruhi. Sementara keadilan yang dituntut dalam sebuah poligami hanay sebatas
keadilan secara sesuatu yang bisa diukur dan lebih bersifat materi. Sedangkan masalah cinta dalam dada, sangat sulit
5
Jami Ahkamun-Nisaa III361-370
106
untuk diidentifikasi. Namun demikian, Rasulullah SAW mengancam orang yang berlaku tidak adil kepada istrinya
dengan ancaman.
107
Pertemuan Ketigabelas
Pembatasan Kelahiran
1. Islam Menganjurkan Ummatnya Berketurunan