dan tidak memerlukan proses pemikiran yang serius. Sebagai contoh, Bonus BS diterjemahkan menjadi Bonus BT.
Strategi pemadanan dengan melakukan pergeseran bentuk juga dapat menentukan keterbacaan produk terjemahan seperti yang telah dijelaskan pada
pemaparan terdahulu. Uraian tersebut di atas semakin memantapkan peneliti untuk mengangkat permasalahan dengan judul penelitian “Analisis Strategi Penerjemahan
dan Tingkat Keterbacaan pada Teks Bersiteguh mengurai Benang Kusut di Sibolangit” sebagai penelitian.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Jenis strategi penerjemahan apa saja yang digunakan pada proses penerjemahan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit?
b. Bagaimana tingkat keterbacaan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di
Sibolangit?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan strategi penerjemahan yang digunakan dalam proses
penerjemahan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit. b.
Mengetahui dan mengukur tingkat keterbacaan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya khasanah bidang ilmu penerjemahan
Universitas Sumatera Utara
b. Sebagai referensi bagi penelitian lanjutan dengan topik yang sama
namun dalam aspek maupun metode yang berbeda.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada LSM dan CEP-JICA dalam
pengembangan lanjutan terhadap buku kompilasi berisi artikel- artikel proyek bilingual yang diadakan di Sibolangit.
b. Sebagai media informasi tentang ekowisata di Sibolangit bagi
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan seluruh masyarakat.
1.5 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan untuk memfokuskan objek penelitian maka peneliti membuat suatu batasan runag lingkup yakni:
a. Strategi penerjemahan baik yang berorientasi pada teks sumber maupun teks
sasaran, yakni hanya satu unsur strategi penerjemahan untuk setiap kata, frasa, klausa dan kalimat.
b. Pengukuran tingkat keterbacaan teks target akan dihitung dengan
menggunakan formula fry, dengan mengambil 100 kata sampel dari paragraf awal teks tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teoritis 2.1.1 Penerjemahan
Larson 1984: 3 mendefinisikan penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui tiga 3 langkah pendekatan, yakni:
1 mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, 2 menganalisis teks bahasa sumber untuk
menemukan maknanya, dan 3 mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai yang sesuai dalam
bahasa sasaran. Halliday dalam Steiner, 2001: 17 mengemukakan bahwa terjemahan yang
baik adalah suatu teks yang merupakan terjemahan ekuivalen terkait dengan fitur- fitur linguistik yang bernilai dalam konteks penerjemahan. Berdasarkan beberapa
definisi mengenai penerjemahan tersebut di atas, terlihat adanya kesepakatan bahwa penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang menyangkut keterkaitan antara dua
bahasa atau lebih multilanguage yakni adanya transfer makna dari bahasa sumber Bsu ke bahasa sasaran Bsa. Dalam penerjemahan, transfer makna dari bahasa
sumber ke bahasa sasaran dibarengi dengan keakuratan pesan, keterbacaan dan keberterimaan produk Nababan, 2010: 4.
Universitas Sumatera Utara