dalam penerjemahan bentuk tunggal sebuah bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dapat terjadi pergeseran bentuk.
Contoh : Plural
Singular People often think negative about
him Orang sering berpikir negatif tentang
dia
2.1.3 Kompleksitas Penerjemahan
Penerjemahan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tidak bisa lagi menghindar dari keharusan menggunakan genre sebagai salah satu paradigma
yang mampu menyederhanakan kompleksitas aktivitas penerjemahan itu sendiri. Dengan mengenali aktivitas komunikasi dari teks yang akan diterjemahkan, tujuan
komunikasinya, ekspresi atau terminologi yang biasa digunakan dalam teks tertentu jurnal akademik, laporan penelitian, kontrak, MOU, iklan, press release, undangan,
ijazah, akte lahir, dll, bentuk fisik, struktur retoris, kosa kata dan tata bahasa yang lazim digunakan, akan sangat membantu seorang penerjemah lebih fokus dan
menyadari batasan-batasan constraint yang dihadapinya. Dengan demikian, proses penerjemahan tidak lagi bertumpu pada pengalihan kata, frasa atau kalimat,
tetapi mengalihkan tujuan komunikasi , ekspresi yang telah mentradisi, struktur retoris dan konsep berpikir institusional dan kultural produser teks ke dalam teks
bahasa sasaran dengan “repertoir” yang dapat dipahami oleh konsumen teks. Selain penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, proses penerjemahan
juga memerlukan seorang penerjemah yang handal dalam menguasai berbagai
Universitas Sumatera Utara
keahlian yang akan menunjang kualitas produk terjemahan. Terjemahan dapat dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai pengetahuan bahasa asing.
Kekompleksitasan penerjemahan semakin terlihat dengan tidak menjadi semakin mudahnya proses menerjemahkan suatu teks dari waktu ke waktu. Bagi para
penerjemah yang paling ahli sekalipun, dalam beberapa hal, tugas itu menjadi sulit. Para penerjemah harus gigih dan sabar dalam menerjemahkan suatu teks dan
diperlukan waktu berhari-hari hanya untuk mencari satu istilah terjemahan yang tepat, meneliti latar belakang buku itu, membaca baris per baris untuk menangkap
maksud si penulis yang sebenarnya. Kesetiaan adalah satu unsur terpenting dalam menerjemahkan.
Bell 1991: 38-41 memberikan uraian profesionalisme, dimana profesionalisme tersebut mutlak diperlukan untuk penanganna kompleksitas proses
penerjemahan. Profesional tersebut terdiri dari beberapa kompetensi, yaitu: 1.
Kompetensi dalam dua bahasa Ideal bilingual competence 2.
Memiliki keahlian expertise dalam pengetahuan dasar genre teks serta terampil menyimpulkan inference dan,
3. Kompetensi dalam komunikasi
Dalam melaksanakan kegiatan penerjemahan, penerjemah tidak terlepas dari permasalahan teknis. Oleh sebab itu, seorang penerjemah sangat perlu berhati-hati
dalam penerapan berbagai teknik penerjemahan yang pada praktiknya diterapkan secara tentatif. Selain penerapan teknik penerjemahan, penerapan pergeseran-
pergeserran shifts juga sering dilakukan dalam proses penerjemahan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Ekuivalensi dalam Terjemahan