Kompleksitas Penerjemahan Deskripsi Teoritis .1 Penerjemahan

dalam penerjemahan bentuk tunggal sebuah bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dapat terjadi pergeseran bentuk. Contoh : Plural Singular People often think negative about him Orang sering berpikir negatif tentang dia

2.1.3 Kompleksitas Penerjemahan

Penerjemahan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tidak bisa lagi menghindar dari keharusan menggunakan genre sebagai salah satu paradigma yang mampu menyederhanakan kompleksitas aktivitas penerjemahan itu sendiri. Dengan mengenali aktivitas komunikasi dari teks yang akan diterjemahkan, tujuan komunikasinya, ekspresi atau terminologi yang biasa digunakan dalam teks tertentu jurnal akademik, laporan penelitian, kontrak, MOU, iklan, press release, undangan, ijazah, akte lahir, dll, bentuk fisik, struktur retoris, kosa kata dan tata bahasa yang lazim digunakan, akan sangat membantu seorang penerjemah lebih fokus dan menyadari batasan-batasan constraint yang dihadapinya. Dengan demikian, proses penerjemahan tidak lagi bertumpu pada pengalihan kata, frasa atau kalimat, tetapi mengalihkan tujuan komunikasi , ekspresi yang telah mentradisi, struktur retoris dan konsep berpikir institusional dan kultural produser teks ke dalam teks bahasa sasaran dengan “repertoir” yang dapat dipahami oleh konsumen teks. Selain penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, proses penerjemahan juga memerlukan seorang penerjemah yang handal dalam menguasai berbagai Universitas Sumatera Utara keahlian yang akan menunjang kualitas produk terjemahan. Terjemahan dapat dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai pengetahuan bahasa asing. Kekompleksitasan penerjemahan semakin terlihat dengan tidak menjadi semakin mudahnya proses menerjemahkan suatu teks dari waktu ke waktu. Bagi para penerjemah yang paling ahli sekalipun, dalam beberapa hal, tugas itu menjadi sulit. Para penerjemah harus gigih dan sabar dalam menerjemahkan suatu teks dan diperlukan waktu berhari-hari hanya untuk mencari satu istilah terjemahan yang tepat, meneliti latar belakang buku itu, membaca baris per baris untuk menangkap maksud si penulis yang sebenarnya. Kesetiaan adalah satu unsur terpenting dalam menerjemahkan. Bell 1991: 38-41 memberikan uraian profesionalisme, dimana profesionalisme tersebut mutlak diperlukan untuk penanganna kompleksitas proses penerjemahan. Profesional tersebut terdiri dari beberapa kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi dalam dua bahasa Ideal bilingual competence 2. Memiliki keahlian expertise dalam pengetahuan dasar genre teks serta terampil menyimpulkan inference dan, 3. Kompetensi dalam komunikasi Dalam melaksanakan kegiatan penerjemahan, penerjemah tidak terlepas dari permasalahan teknis. Oleh sebab itu, seorang penerjemah sangat perlu berhati-hati dalam penerapan berbagai teknik penerjemahan yang pada praktiknya diterapkan secara tentatif. Selain penerapan teknik penerjemahan, penerapan pergeseran- pergeserran shifts juga sering dilakukan dalam proses penerjemahan. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Ekuivalensi dalam Terjemahan