Putusan Nomor 3SKLN-XI2013 Badan Pengawas Pemilihan Umum

merugikan kewenangan konstitusional Pemohon merupakan suatu tindakan inkonstitusional, sehingga Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang bertugas dan berwenang dalam menjaga dan menegakkan konstitusi patut mengoreksi tindakan inkonstitusional para Termohon tersebut terutama Termohon I. dalam hal ini Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah untuk memutus sengketa antara Panitia Pengawas Pemilihan Umum Tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pengawas Pemilihan Umum sebagai Termohon I, serta Komisi Pemilihan Umum sebagai Termohon II yang menurut Pemohon merupakan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setelah mencermati permohonan Pemohon, ternyata bahwa subjectum litis Pemohon dan objectum litis yang dipersoalkan oleh Pemohon tidak diatur dan tidak ditentukan dalam UUD 1945, melainkan diatur dalam Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum UU 222007 dan UU 152011. Walaupun Komisi Pemilihan Umum diajukan sebagai Termohon II dalam perkara a quo, akan tetapi persoalan kewenangan yang dipersengketakan tidak ada kaitannya dengan kewenangan Termohon II. Oleh karena itu, Termohon II tidak tepat untuk diposisikan sebagai pihak dalam permohonan a quo. Dengan demikian, baik Pemohon, Termohon I, maupun Termohon II tidak memenuhi syarat subjectum litis dalam permohonan a quo. Demikian pula mengenai objek sengketa objectum litis dalam permohonan a quo tidak memenuhi syarat. Berdasarkan pertimbangan di atas, permohonan Pemohon a quo bukanlah sengketa kewenangan lembaga negara yang merupakan salah satu kewenangan Mahkamah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24C ayat 1 UUD, oleh karena Mahkamah tidak berwenang mengadili permohonan a quo, maka pokok permohonan tidak dipertimbangkan; dan Amar Putusannya menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

2. Putusan Nomor 3SKLN-XI2013 Badan Pengawas Pemilihan Umum

Bawaslu Periode 2012-2017, terhadap Pemerintahan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Masalah permohonan pemohon adalah Kewenangan konstitusional Pemohon yang diambil, oleh Termohon I DPRA adalah mengenai kewenangan dalam membentuk pengawas pemilihan Provinsi Aceh sebagai lembaga yang melakukan Pengawasan penyelenggaraan Pemilu. Pertimbangan Hukum Mahkamah konstitusi adalah oleh karena subjectum litis dikaitkan dengan objectum litis permohonan Pemohon bukan merupakan objek SKLN maka menurut Mahkamah, permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 24C ayat 1 UUD 1945 dan Pasal 61 UU MK, sehingga pokok permohonan tidak perlu dipertimbangkan. Terlepas dari Pemohon tidak memenuhi syarat objectum litis dan subjectum litis, menurut Mahkamah, permasalahan kewenangan pembentukan Bawaslu Provinsi, yakni Bawaslu Provinsi Aceh, adalah permasalahan yang sangat penting untuk segera diselesaikan karena hal tersebut memiliki pengaruh yang besar pada pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2014 mendatang. Oleh karenanya, menurut Mahkamah, Pemohon dan para Termohon harus memusyawarahkan penyelesaian masalah tersebut dalam rangka segera terbentuknya Bawaslu Provinsi maupun Panwaslu KabupatenKota dengan menggunakan pendekatan penyelesaian konflik norma sesuai dengan prinsip-prinsip dalam berhukum. Apabila tidak mencapai kesepakatan, Pemohon dapat melakukan upaya hukum lain yang tersedia seperti permohonan pengujian Undang-Undang. Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

B. Analisis Putusan

Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa wewenang antar lembaga negara bahwa pihak berwenang yang diberikan oleh 1945 Konstitusi dari sudut cek dan menyeimbangkan mekanisme dalam melaksanakan kekuasaan negara. Namun, ada definisi tidak jelas tentang lembaga negara yang memiliki dasar hukum untuk membawa permohonan kepada Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan