Latar Belakang Penataan Lembaga Negara Melalui Mekanisme Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara di Mahkamah Konstitusi

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari tahun 2003 sampai tahun 2013 terdapat 24 kasus tentang penyelesaian sengketa antar lembaga negara oleh Mahkamah Konstitusi dan yang telah diputus sebanyak 23 kasus. 1 Dari data tersebut yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi hanya 1 kasus, sedangkan yang 3 kasus ditolak dan 15 kasus tidak diterima dan 4 kasus ditarik kembali. Dari beberapa putusan tersebut ada beberapa putusan yang menarik dikemukakan sebagai bahan kajian bahwa ada banyak permasalahan yang muncul di seputar proses penyelesaian sengketa lembaga negara. Berdasarkan data di atas, maka dapat juga digarisbawahi bahwa dari 23 perkara yang didaftarkan di Mahkamah Konstitusi, ada 15 perkara yang permohonannya yang dinyatakan tidak diterima dan hanya ada 1 perkara yang permohonannya dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara mempunyai kewenangan memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannnya diberikan UUD 1945 dalam kerangka mekanisme checks and balances dalam menjalankan kekuasaan negara. 2 Akan tetapi, tidak jelasnya konsepsi tentang lembaga negara yang menjadi kompetensi Mahkamah Konstitusi dapat menimbulkan penafsiran yang beragam. Pasca dilakukannya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945, banyak terjadi pergeseran sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satunya adalah pergeseran paradigma kelembagaan Negara, yang awalnya bersifat vertikal dengan MPR sebagai lembaga tertinggi negara menjadi bersifat horizontal, di mana semua lembaga negara berdiri secara sejajar. 1 http:www.mahkamahkonstitusi.go.idindex.php?page=web.RekapSKLN 2 Fatkhurohman, 2004, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hlm . 36. 2 Di samping itu, pasca amandemen UUD 1945, muncul komisi- komisi negara dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini berpotensi memunculkan sengketa kewenangan antara lembaga negara yang ada. Salah satu penyebabnya adalah konstitusi tidak memberikan kejelasan tentang Lembaga Negara mana saja yang memiliki kewenangan mengajukan sengketa kewenangan ke Mahkamah Konstitusi. Pada tahun 1997 sedikitnya terdapat 21 lembaga pemerintahan non- departemen dan 31 lembaga ekstra-struktural yang bertanggung jawab langsung pada presiden dan menteri. Setelah reformasi, muncul semakin banyak komisi negara yang dibentuk langsung oleh presiden atau lewat undang-undang. 3 Dalam konteks ini, muncul pertanyaan apakah sumber normatif kewenangan lembaga-lembaga negara sekaligus juga menentukan status hukum dalam hierarki susunan antara lembaga Negara?, 4 Ini juga berimplikasi pada kedudukan lembaga-lembaga dimaksud dalam sengketa kewenangan di Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, perlu pengkajian secara komprehensif mengenai keberadaan, efektivitas, dan peran lembaga- lembaga negara, khususnya lembaga negara yang dibentuk melalui peraturan perundang-undangan selain UUD. Dengan munculnya beranekaragam lembaga-lembaga negara baru pasca perubahan UUD 1945 diperlukan peraturan perundang-undangan yang memperjelas kedudukan dan hubungan antar lembaga negara serta mengatur proses pembentukan dan standar pengisian jabatan bagi lembaga negara baru. Hal ini untuk menjamin legitimasi, akuntabilitas, dan kepastian hukum lembaga-lembaga negara. Termasuk juga diperlukan adanya pengaturan mekanisme penyelesaian sengketa kewenangan secara yuridis bagi lembaga- lembaga yang belum ditentukan bagaimana mekanisme penyelesaiannya 3 Zainal Arifin Mochtar, 2012, Penataan Lembaga Negara Independen Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, Ringkasan Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hlm 2-3. 4 Lukman Hakim, 2010, Sengketa Kewenangan Kelembagaan Negara Dan Penataannya Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional, Jurnal Hukum “Justicia” edisi 80, Mei-Agustus 2010, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret 3 apabila terjadi sengketa kewenangan. Berkaitan dengan uraian tersebut, maka penelitian yang komprehensif diperlukan untuk mengevaluasi bagaimana “Penataan Kelembagaan Negara Melalui Mekanisme Penyelesaian Sengketa Antar Lembaga Negara oleh Mahkamah Konstitusi ”.

B. Rumusan Masalah