Papua. Ini merupakan bagian dari kontribusi nyata yang signifikan dalam konsolidasi demokrasi di tingkat Pilkada di Papua.
III. Putusan yang tidak diterima karena Subjectum Litis
1. Putusan No. 1SKLN-X2012 tentang Sengketa Kewenangan antara Menteri
Dalam Negeri vs Komisi Pemilihan dan Komisi Independen Pemilihan di Aceh dan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf.
Masalah utama dalam kasus ini adalah apakah Menteri dalam negeri memiliki kewenangan untuk menunda proses Pilkada dan membuka kembali
pendaftaran untuk pencalonan. Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa komisi pemilihan indepen Aceh diperbolehkan untuk melanjutkan proses Pilkada dan
membuka kembali untuk pendaftaran calon kepala daerah baru dalam waktu 7 hari setelah keputusan Putusan Sela dibacakan. Mahkamah berpendapat bahwa jika
komisi pemilihan independen Aceh tidak memperpanjang jadwal untuk pendaftaran calon, ini akan mengabaikan hak politik kandidat lain untuk
mendaftar menjadi calon Gubernur. Situasi ini akan berpotensi mengganggu proses Pilkada dan kinerja pemerintah yang diproduksi oleh Pilkada di Aceh.
Putusan ini menunjukkan bahwa Mahkamah Konstitusi berupaya untuk memfasilitasi situasi politik yang lebih kondusif di Aceh sejak Aceh dikenal
sebagai salah satu provinsi dengan situasi politik yang tidak stabil. Dengan kondisi Aceh tersebut, maka perlu usaha sangat ekstra untuk menciptakan
stabilitas politik yang lebih baik setelah perjanjian damai antara pemerintah pusat dan Gerakan Aceh Merdeka. Dengan kata lain, di tingkat regional, Aceh sedang
dalam proses konsolidasi demokrasi. Oleh karena itu, memberikan lebih banyak kesempatan untuk kandidat baru dalam pilkada dapat menjadi cara untuk
memperkuat proses konsolidasi demokrasi di Aceh. Dalam keputusan akhir, Mahkamah Konstitusi menolak permohonan dari
Menteri dalam negeri. Mahkamah berpendapat bahwa menteri dalam negeri tidak dapat memenuhi syarat sebagai subyek sengketa karena Menteri dalam negeri
bukan lembaga independen sebab Menteri dalam negeri adalah bagian dari perwakilan Presiden yang tidak bisa menjadi subjek secara mandiri. Berdasarkan
keputusan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berulang kali menegaskan bahwa pemohon dalam sengketa terkait kewenangan antara lembaga-lembaga negara
harus memenuhi dua persyaratan yaitu subjectum litis dan objectum litis. Mahkamah juga memperingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam
membawa sengketa ke Mahkamah Konstitusi karena subjectum litis dan objectum litis merupakan isu-isu penting dan utama untuk Mahkamah Konstitusi dalam
mempertimbangkan penyelesaian sengketa.
2. Putusan No. 030SKLN-IV2006 tentang Sengketa Kewenangan antara Komisi