Putusan MK No. 2SKLN-X2012 tentang sengketa kewenangan antara

demokrasi dalam kaitannya dengan sengketa kewenangan antar lembaga negara. keputusannya adalah sebagai berikut:

I. Putusan yang Ditolak

1. Putusan MK No. 2SKLN-X2012 tentang sengketa kewenangan antara

Presiden Republik Indonesia, Menteri Hukum dan hak asasi manusia dan Menteri Keuangan vs DPR Republik Indonesia dan BPK Republik Indonesia . Masalah utama adalah pembelian 7 saham PT. Newmont Nusa Tenggara PT. NNT pada tahun 2010 adalah hak konstitusional Presiden yang merupakan amanat konstitusi tanpa persetujuan DPR dan BPK. Namun, dalam prakteknya wajib untuk meminta persetujuan DPR dalam membeli saham PT. NNT tahun 2010 ini dianggap sebagai salah satu fungsi pengawasan DPR dan mengancam prinsip pemisahan kekuasaan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Tujuan dari sengketa ini adalah pemohon Presiden dan para menteri berpendapat bahwa mereka memiliki kewenangan untuk membeli 7 kepemilikan saham dari PT. NNT. Persetujuan DPR dalam kasus ini telah dianggap oleh pemohon sebagai halangan untuk melaksanakan kewenangannya. Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa permohonan pemohon ditolak. Mahkamah Konstitusi dianggap bahwa membeli 7 dari pengalihan saham PT. NNT oleh Presiden adalah kewenangan konstitusional pemohon sebagai cabang eksekutif negara. Namun, kekuasaan konstitusional pemohon harus memenuhi beberapa syarat-syarat yaitu i persetujuan DPR baik melalui mekanisme Proposal anggaran nasional atau persetujuan tertentu, mekanisme ii telah dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab demi kemakmuran rakyat, iii program ini di bawah pengawasan dari DPR. Sejak pembelian 7 pengalihan saham PT. NNT oleh Presiden tidak tercantum secara khusus dalam Proposal anggaran nasional dan tidak memiliki belum persetujuan DPR, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa permohonan pemohon secara legal tak berdasar dan karena itu ditolak. Berdasarkan keputusan, itu dapat dicatat bahwa Mahkamah Konstitusi telah memberikan kontribusinya dalam menjaga keseimbangan kekuasaan antara Presiden dan DPR. Dalam kasus ini, mahkamah berpendapat bahwa persetujuan DPR wajib karena ini adalah salah satu mekanisme check and balances yang berlaku di negara demokrasi konstitusional. Dengan kata lain, melalui keputusan ini, Mahkamah Konstitusi telah memberikan perannya dalam konsolidasi demokrasi di Indonesia dengan menjamin kinerja check and balances antara lembaga eksekutif dan legislatif.

2. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 068SKLN-II2004 tentang Sengketa