Putusan No. 030SKLN-IV2006 tentang Sengketa Kewenangan antara Komisi Putusan No. 002SKLN-IV2006 tentang Sengketa Kewenangan antara

keputusan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berulang kali menegaskan bahwa pemohon dalam sengketa terkait kewenangan antara lembaga-lembaga negara harus memenuhi dua persyaratan yaitu subjectum litis dan objectum litis. Mahkamah juga memperingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam membawa sengketa ke Mahkamah Konstitusi karena subjectum litis dan objectum litis merupakan isu-isu penting dan utama untuk Mahkamah Konstitusi dalam mempertimbangkan penyelesaian sengketa.

2. Putusan No. 030SKLN-IV2006 tentang Sengketa Kewenangan antara Komisi

Penyiaran Indonesia KPI dan Presiden Republik Indonesia qq. Menteri Komunikasi dan informasi Inti dari permohonan ini adalah KPI menganggap bahwa Menteri Komunikasi dan informasi telah mengambil, mengurangi, mencegah, dan mengabaikan kewenangan KPI sebagai lembaga negara yang memiliki tanggung jawab untuk mengeluarkan izin dan membuat peraturan terkait penyiaran. Sebagai Komisi Independen, KPI berpendapat bahwa mereka memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan, menegakkan dan memenuhi hak-hak warga negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28F UUD 1945. Mahkamah Konstitusi menolak permohonan pemohon karena mahkamah berpendapat bahwa KPI telah tidak memiliki kedudukan hukum sebagai subyek sengketa. Mahkamah lebih lanjut berpendapat bahwa KPI adalah lembaga yang diberikan wewenang bukan oleh UUD 1945. KPI adalah lembaga yang diberi kewenangan oleh undang-undang.

3. Putusan No. 002SKLN-IV2006 tentang Sengketa Kewenangan antara

Pemohon Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad calon Walikota Depok, Jawa Barat dan komisi pemilihan Depok, Jawa Barat. Masalah utama dari permohonan ini adalah apakah Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk mengadili dan menentukan suatu perselisihan tentang hasil Pilkada di Depok yang telah diputuskan final dan mengikat oleh mahkamah tinggi Bandung, Jawa Barat. Mahkamah Agung akhirnya menerima permohonan Peninjauan Kembali dari komisi pemilihan umum Depok dan memutuskan Nurhmahmudi Ismail sebagai pemenang dalam pilkada Depok. Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa permohonan pemohon tidak dapat diterima niet ontvankelijkverklaard karena subjectum litis dan objectum litis dari permohonannya tidak memenuhi syarat. Mahkamah menganggap bahwa KPUD Depok bukanlah lembaga yang memiliki kewenanganyang diberikan oleh UUD 1945. KPUD Depok memiliki kewenangan yang diatur peraturan daerah. Oleh karena itu, Mahkamah menganggap bahwa itu bukanlah bagian dari sengketa konstitusional. Berdasarkan keputusan tersebut, Mahkamah Konstitusi telah diberikan peran yang penting dalam menciptakan kepastian hukum terhadap hasil Pilkada di Depok, Indonesia. Dengan keputusannya tersebut, Mahkamah Kosntitusi telah menyelesaikan sengketa panjang antara dua kandidat Walikota Depok yang mengancam stabilitas politik di wilayah itu. Sekali lagi, Mahkamah Konstitusi telah menjalankan kontribusi positif dalam konsolidasi demokrasi di kotamadya Depok.

4. Putusan Nomor 1SKLN-XI2013 antara Dominggus Maurits Luitnan, SH.,