Hasil Analisis Kimia Arang Potensi Arang untuk Media Tanam

Tabel 11 Hasil uji pengaruh arang terhadap rasio pucuk akar Sumber Keragaman Derajat bebas Db Jumlah Kuadrat JK Kuadrat Tengah KT F- hitung P Perlakuan 3 26,31 8,77 1,85 0,16 Galat 36 170,60 4,74 Total 39 196,91 Keterangan : perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji n ilai α = 0,05 Dari Tabel Anova di atas dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh penambahan arang terhadap perbandingan berat kering pucuk dan akar semai sengon. Hal ini dapat dilihat dari nilai P=0,16 F α=0,05 maka terima H . Pada Gambar 7 memperlihatkan nilai rasio pucuk akar pada tiap perlakuan penambahan arang ke dalam media tanam. Gambar 7 Rasio pucuk akar semai sengon pada komposisi arang 0 M A , 10 M A 10 , 20 M A 20 dan 30 M A 30 .

5.1.3 Hasil Analisis Kimia Arang

Penetapan kualitas arang kayu umumnya dilakukan terhadap komposisi kimia dan sifat fisis, tetapi dalam penelitian ini hanya dilakukan pada komposisi kimianya. Unsur-unsur kimia dalam arang yang dianalisis adalah unsur yang dibutuhkan oleh tanah untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman, disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 Hasil analisis kimia komponen kimia penting yang terkandung dalam arang Komponen Arang Satuan Keterangan pH H 2 O 8,3 Agak alkalis C – Organik 5,40 Sangat tinggi N – Kjeldahl 0,09 Rendah CN rasio 60 Sangat tinggi P Potensial HCl 25, P 2 O 5 4,00 mg100 gr Rendah K Potensial HCl 25, K 2 O 62,00 mg100 gr Tinggi Ca 1 N NH 4 Oac, pH 7,0 ekstraksi 4,18 Cmolkg Rendah Mg 1 N NH 4 Oac, pH 7,0 ekstraksi 0,59 Cmolkg Rendah K 1 N NH 4 Oac, pH 7,0 ekstraksi 1,78 Cmolkg Tinggi Na 1 N NH 4 Oac, pH 7,0 ekstraksi 0,20 Cmolkg Rendah Total 1 N NH 4 Oac, pH 7,0 ekstraksi 6,75 Cmolkg Sedang Kapasitas Tukar Kation 1 N NH 4 Oac, pH 7,0 ekstraksi 4,32 Cmolkg Tinggi Kejenuhan Basa 100 Sangat tinggi Sumber: Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah 5.2 Pembahasan

5.2.1 Potensi Arang untuk Media Tanam

Bahan baku alternatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari limbah penebangan kayu jenis meranti berupa batang, cabang dan ranting. Kayu jenis meranti memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan bahan baku arang karena jumlah limbah di petak tebang sangat tinggi. Belum ada langkah pemanfaatan yang lebih lanjut dari limbah tersebut selain dijadikan kayu bakar. Pembuatan arang dilakukan dengan pembakaran bahan baku dari limbah penebangan kayu jenis meranti menggunakan metode tungku drum seng. Limbah penebangan berupa batang yang berukuran besar dipotong, disesuaikan dengan ukuran dan kapasitas alat pembakar agar diperoleh arang yang memiliki rendemen tinggi dan berkualitas baik. Pembuatan arang menggunakan limbah penebangan dengan mengambil contoh uji kayu sebanyak 6 m 3 dan diperoleh arang sebanyak 407 kg. Dari jumlah contoh uji limbah kayu yang digunakan untuk pembuatan arang dan jumlah arang yang dihasilkan maka diperoleh faktor konversi arang sebesar 67,83 kgm 3 atau sebesar 0,07 ton arangm 3 kayu. Rendemen merupakan perbandingan berat arang yang dihasilkan dengan berat bahan baku limbah kayu yang digunakan. Rendemen rata-rata yang diperoleh dari 30 kali pengulangan dalam pembuatan arang adalah 26,50. Hasil penelitian sebelumnya oleh Sari 2009 menunjukkan total volume limbah penebangan di petak tebang adalah 356 m³ha. Apabila semua limbah kayu yang ada dalam 1 Ha areal penebangan tersebut dijadikan arang maka akan diperoleh arang sebanyak 24,14 ton. Jumlah arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai media tanam dalam polybag dengan komposisi arang 30 atau campuran tanah dan penambahan arang 150 gram per polybag, maka dapat dibuat komposisi campuran media tanam sebanyak 160.933 polybag. Bedeng semai yang umumnya dipakai di persemaian memiliki ukuran 4 m 2 dapat memuat 400 polybag. Dari total limbah dalam 1 Ha areal penebangan dapat mencukupi kebutuhan arang untuk persemaian seluas 0,16 Ha. Nilai rata-rata rendemen diperoleh dari perbandingan berat arang yang dihasilkan dengan berat kering kayu yang dibakar. Dari pembuatan arang diperoleh nilai rendemen sebesar 26,50 atau 0,27. Terdapat perbedaan yang sangat besar antara berat arang yang dihasilkan dengan berat bahan baku kayu yang digunakan, hal ini dikarenakan ukuran dari bahan baku kayu ada yang tidak seragam. Ukuran kayu yang lebih kecil akan cepat terbakar dan mudah menjadi abu. Kualitas arang kayu dipengaruhi oleh jenis kayu dan proses saat pengarangan. Nilai rendemen yang tergolong rendah sebagai akibat tidak adanya pengukuran terhadap suhu pada proses pembakaran. Proses perombakan yang cepat tanpa disertai pengawasan panas yang diberikan akan menghasilkan rendemen arang yang rendah. Arang dapat dibuat dari bahan-bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik, dari tumbuhan, hewan maupun barang tambang. Arang yang baik mutunya untuk media tanam adalah arang yang mempunyai kadar karbon tinggi dan kadar abu rendah. Hasil penelitian Nurhayati 2002 menunjukkan bahwa produksi arang dari bahan baku kayu bakau akan diperoleh rendemen yang tinggi pada perlakuan sampel dengan cara dipotong-potong secara manual. Variasi nilai rendemen arang pada umumnya dipengaruhi oleh berat jenis bahan kayu, dimana jenis kayu yang menunjukkan berat jenis tinggi akan cenderung untuk menghasilkan arang yang tinggi pula. Jenis kayu yang berat akan menghasilkan arang yang lebih baik daripada kayu yang ringan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembakaran antara lain kecepatan aliran udara, kecepatan pembakaran arang dan kenaikan temperatur. Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin pendek waktu pembakaran. Disamping itu pengaruh berat jenis, kekeringan kadar bahan dan suhu akhir pengarangan dapat menentukan hasil dan kualitas arang yang diperoleh. Besarnya kadar air bahan kayu untuk pengarangan dipakai kayu kering udara yang mempunyai kadar air berkisar 20-30. Kayu yang mempunyai berat jenis tinggi memerlukan waktu pengarangan yang lebih lama dibandingkan dengan kayu yang mempunyai berat jenis rendah. Adapun yang dimaksud dengan kayu yang mempunyai berat jenis tinggi yaitu kayu yang mempunyai berat jenis 0,6 sedangkan kayu yang mempunyai berat jenis rendah yaitu kayu yang mempunyai berat jenis 0,6. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang berupa limbah penebangan yaitu kayu jenis meranti yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpacea. Dipterocarpaceae memiliki pori yang soliter, berdiameter besar, berat jenis 0,67-0,75 yang tergolong kayu kelas kuat. Meranti termasuk ke dalam jenis kayu berat bila dilihat dari berat jenisnya sehingga jenis kayu ini sangat baik untuk bahan baku pembuatan arang. Arang yang dihasilkan dari jenis kayu daun lebar yang memiliki berat jenis 0,67-0,70 mempunyai rendemen sekitar 30-38 Syachri dan Hartoyo 1976. Selain itu jenis kayu berat apabila dibakar terlalu lama tidak mudah berubah menjadi abu dan juga menghasilkan permukaan arang yang luas. Semakin tinggi berat jenis kayu, semakin keras arang yang dihasilkan dan semakin tinggi rendemen arang, semakin tinggi kadar karbon terikatnya tetapi zat mudah menguap semakin rendah Syachri dan Hartoyo 1976. Limbah penebangan yang telah dikeringkan biomassa diubah dengan menggunakan teknologi atau metode untuk mengkonversi dari biomassa menjadi arang, meliputi pembakaran dengan metode gasifikasi, pirolisis dan metode langsung. Teknologi perubahan biomassa dengan metode gasifikasi pada dasarnya adalah usaha penggunaan bahan bakar padat yang lebih dahulu diubah dalam bentuk gas. Pada proses gasifikasi ini, biomassa dibakar dengan udara terbatas sehingga gas yang dihasilkan sebagian besar mengandung karbon monoksida CO. Teknologi perubahan biomassa dengan metode pirolisis yaitu pembakaran biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat terbang dalam biomassa cukup tinggi. Produk proses pirolisis ini berbentuk cair, gas dan padat arang. Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan adalah suatu proses untuk menaikkan nilai kalor biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan sedikit asap. Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon yang berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran oksigen. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga senyawa karbon yang kompleks sebagian besar terurai menjadi karbon atau arang. Sebagian besar pori-pori arang masih tertutup oleh hidrokarbon dan komponen lain seperti abu, air, nitrogen dan sulfur. Proses pembakaran langsung yaitu proses pembakaran yang paling mudah dibandingkan dengan lainnya. Limbah atau biomassa langsung dibakar tanpa proses-proses lainnya. Cara seperti ini sangat mudah dijumpai. Seperti halnya di pedesaan, banyak masyarakat memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar karena praktis dan mudah mendapatkannya walaupun secara umum efisiensinya sangat rendah. Sedangkan di dunia industri pembakaran langsung juga banyak digunakan untuk produksi listrik seperti di pabrik kelapa sawit dan gula yang memanfaatkan limbahnya sebagai bahan bakar. Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket ataupun batangan yang disesuaikan dengan penggunaan dan kondisi biomassa. Pada penelitian ini proses pembakaran langsung digunakan untuk mengubah biomassa berupa limbah penebangan menjadi arang. Pembakaran langsung menggunakan tungku drum seng sebagai media pembakar menghasilkan kadar abu yang cukup tinggi. Keberadaan abu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori arang sehingga luas permukaan arang berkurang. Selain itu juga menyebabkan korosi dimana kualitas arang berkurang. Tidak ada pengukuran suhu saat proses pembuatan arang menyebabkan suhu di dalam tungku drum seng tidak merata keseluruhan. Dimana di bagian bawah telah menjadi abu, di bagian tengah menjadi arang dan bagian atas belum terbakar sama sekali, hal ini juga mengakibatkan hasil rendemen arang kecil pada akhir pembakaran. Peningkatan suhu akan meningkatkan kadar abu yang disebabkan oleh kenaikan suhu karbonisasi yang memicu teroksidasinya sebagian besar zat mudah menguap termasuk juga karbon. Faktor-faktor yang juga harus diperhatikan dalam pembuatan arang selain jenis kayu yang digunakan adalah keadaan api serta keadaan tungku. Kondisi api pada saat proses pembakaran dijaga agar api tidak padam, karena jika keadaan api terganggu maka arang yang dihasilkan tidak sempurna bantat dan biasa disebut kepala arang. Keadaan tungku arang harus selalu diperhatikan agar tidak terjadi kebocoran pada saat pembakaran arang. Bahan baku dan keadaan tungku harus bersih dari kotoran yaitu berupa tanah, pasir dan benda-benda asing lainnya. Sebelum dilakukan proses pengarangan bahan baku terlebih dahulu dikeringkan atau dijemur pada udara terbuka hingga mencapai kering udara agar proses pengarangan berjalan cepat dan tidak banyak mengeluarkan asap. Dalam proses pembakaran membuat arang juga dipengaruhi oleh waktu. Semakin lama waktu, maka kadar abu juga akan semakin meningkat karena semakin lama proses pembakaran memicu penghilangan karbon. Perbedaan waktu yang dibutuhkan sampai terbentuknya arang tergantung pada kadar air, bentuk dan komposisi kimia limbah penebangan yang digunakan.

5.2.2 Parameter Pertumbuhan Semai Sengon pada Media Tanam Campuran