2.3 Pengaruh Iklim pada Tanaman Padi
Iklim sangat
berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah. Faktor iklim yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan padi antara lain adalah curah hujan, radiasi surya, suhu
udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Tanaman padi tumbuh di daerah tropis
atau subtropis dengan letak geografis 45
ᴼ LU sampai 45
ᴼ LS dan memiliki cuaca panas dan musim hujan 4 bulan.
2.3.1 Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh dominan terhadap
pertumbuhan dan produksi padi. Bey dan Las 1991 menyatakan curah hujan merupakan
unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap suatu sistem usaha tani, terutama pada lahan
kering dan tadah hujan
Berkurangnya curah
hujan dapat
mempengaruhi ketersediaan air sehingga dapat menurunkan produktivitas padi. Curah
hujan menyediakan air bagi tanaman padi. Air merupakan penghubung antara lingkungan
perakaran padi yaitu tanah dengan lingkungan daun dan batang. Air juga menghubungkan
lingkungan atas tanah yaitu cuaca atau iklim dengan tanaman padi.
2.3.2 Radiasi Surya
Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Fagi dan De
data 1981 mengemukakan bahwa intensitas radiasi surya yang tinggi selama 30 - 45 hari
sebelum panen menentukan pengisian malai dan hasil padi. Kebutuhan radiasi surya untuk
setiap fase pertumbuhan padi tidak sama, pada awal petumbuhan relatif kecil, kemudian
meningkat dan mencapai maksimum pada stadia pembungaan, selanjutnya menurun lagi
sampai panen.
Menurut Yoshida dan Parao 1978 apabila intensitas radiasi surya rendah pada
fase vegetatif tidak berpengaruh nyata terhadap gabah, tetapi bila intensitas radiasi
surya rendah pada fase reproduktif dan fase pematangan akan menurunkan hasil gabah
secara nyata. Maka untuk memproleh hasil gabah yang tinggi waktu tanam dapat diatur
agar fase reproduktif jatuh pada saat intensitas surya tinggi.
2.3.3 Suhu Udara
Suhu udara di daerah tropis umumnya bukan merupakan faktor pembatas bagi
tanaman, karena dari waktu ke waktu tidak banyak berbeda. Sedangkan faktor yang
menentukan fluktuasi suhu di daerah ini adalah pada penyebaran vertikal, dimana
semakin tinggi tempat maka suhu semakin rendah. Adapun kisaran suhu optimal untuk
varietas padi Indica adalah 25° - 33° C, sedangkan untuk Japonica berkisar antara 18°
- 33° C Chang dan Oka 1976.
Menurut Yoshida 1981 suhu udara rata- rata
harian yang
kurang dari
20
ᴼ
C menyebabkan
perkembangan tanaman
terhambat, diskolorasi daun, pembentukan malai tertahan, pembungaan terlambat, dan
kehampaan gabah tinggi. Sedangkan suhu udara rata-rata harian harian yang tinggi
meningkatkan laju respirasi yang pada akhirnya menurunkan jumlah gabah, karena
energi yang dihasilkan melalui proses fotosintesis lebih banyak digunakan untuk
respirasi dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman.
Suhu udara siang dan malam ternyata berpengaruh pada komponen hasil padi.
Limbong et
al. 1980
menyatakan peningkatan suhu di siang hari pada musim
kemarau dapat meningkatkan jumlah anakan asalkan suhu malam tidak terlalu tinggi. Ini
memberikan gambaran bahwa padi tidak selalu menghasilkan banyak malai pada musin
kemarau di semua mintakat agroklimat, Karena suhu malam juga menentukan. Di
dataran tinggi lebih dari 900 mdpl suhu malam yang rendah terjadi pada di musim
kemarau, sehinga menghasilkan suhu rataan harian rendah.
2.3.4 Kelembaban Udara
Kelembaban udara nisbi berpengaruh terhadap
evapotranspirasi. Pada
musin kemarau
dengan kelembaban
rendah, intensitas radiasi surya dan suhu tinggi
mempercepat laju evapotranspirasi. Bila laju evapotranspirasi tidak diimbangi dengan laju
translokasi air ke akar, maka tanaman padi akan mengalami kekeringan cekaman air
terutama bila kebutuhan atmosfer untuk evapotranspirasi tidak diimbangi dengan laju
penyerapan air oleh akar.
2.3.5 Kecepatan Angin
Angin mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman melalui
pertukaran bahang, uap air dan CO
2
antara tanaman dan lingkungannya. Disamping itu,
angin mempunyai dampak bagi tanaman melalui tanaman melalui proses transpirasi
dan persarian Bey dan Las 1991.
Menurut Chang 1986 kecepatan angin yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
pertumbuhan tanaman dan secara mekanis dapat merusak daun-daun sehingga terjadi
penurunan fotosintesis dan translokasi hasil fotosintesis. Angin juga berpengaruh terhadap
laju
evapotranspirasi. Disamping
itu kecepatan
angin yang
tinggi dapat
mengganggu proses penyerbukan karena menganggu
proses endosperm
akibat pergeseran
De Datta
1981. Angin
berpengaruh pada
penyerbukan dan
pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
2.4 Kekeringan
Kebutuhan air tanaman padi berbeda-beda pada setiap fase pertumbuhannya. Kebutuhan
air tersebut bergantung pada perubahan karakter
pertumbuhannya seperti
tinggi tanaman, jumlah anakan, luas permukaan
daun dan perubahan cuaca atau iklim seperti radiasi surya, temperatur udara, kelembaban
udara RH dan kecepatan angin. Boer 2002 menyatakan tanaman padi akan mengalami
ganguan pertumbuhan yang serius apabila terjadi kekurangan air pada fase pertumbuhan
anakan aktif dan fase pembungaan. Akan tetapi apabila kekurangan air terjadi pada saat
anakan maksimum atau saat panen, tidak akan menganggu pertumbuhan dan hasil.
Kekeringan merupakan keadaan tanpa hujan berkepanjangan atau masa kering
dibawah normal yang cukup lama. Faktor- faktor yang mempengaruhi kekeringan adalah
curah hujan sebagai sumber air tersedia, karakteristik tanah sebagai media penyimpan
air, dan jenis tanaman sebagai subjek yang menggunakan air.
Menurut Soenarno dan Syarif 1995 kekeringan air ada 2 kategori, yaitu kategori
terkena kekeringan dan terancam kekeringan. Kategori terkena kekeringan yaitu kondisi
ketika kekeringan
menyebabkan sawah
kering, retak-retak dan tanaman padi rusak atau mati. Sedangkan kategori terancam
kekeringan yaitu kondisi ketika sawah masih basah, suplai air ada tapi jumlahnya jauh di
bawah kebutuhan.
2.5 Indeks Luas Daun