pertumbuhan tanaman dan secara mekanis dapat merusak daun-daun sehingga terjadi
penurunan fotosintesis dan translokasi hasil fotosintesis. Angin juga berpengaruh terhadap
laju
evapotranspirasi. Disamping
itu kecepatan
angin yang
tinggi dapat
mengganggu proses penyerbukan karena menganggu
proses endosperm
akibat pergeseran
De Datta
1981. Angin
berpengaruh pada
penyerbukan dan
pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
2.4 Kekeringan
Kebutuhan air tanaman padi berbeda-beda pada setiap fase pertumbuhannya. Kebutuhan
air tersebut bergantung pada perubahan karakter
pertumbuhannya seperti
tinggi tanaman, jumlah anakan, luas permukaan
daun dan perubahan cuaca atau iklim seperti radiasi surya, temperatur udara, kelembaban
udara RH dan kecepatan angin. Boer 2002 menyatakan tanaman padi akan mengalami
ganguan pertumbuhan yang serius apabila terjadi kekurangan air pada fase pertumbuhan
anakan aktif dan fase pembungaan. Akan tetapi apabila kekurangan air terjadi pada saat
anakan maksimum atau saat panen, tidak akan menganggu pertumbuhan dan hasil.
Kekeringan merupakan keadaan tanpa hujan berkepanjangan atau masa kering
dibawah normal yang cukup lama. Faktor- faktor yang mempengaruhi kekeringan adalah
curah hujan sebagai sumber air tersedia, karakteristik tanah sebagai media penyimpan
air, dan jenis tanaman sebagai subjek yang menggunakan air.
Menurut Soenarno dan Syarif 1995 kekeringan air ada 2 kategori, yaitu kategori
terkena kekeringan dan terancam kekeringan. Kategori terkena kekeringan yaitu kondisi
ketika kekeringan
menyebabkan sawah
kering, retak-retak dan tanaman padi rusak atau mati. Sedangkan kategori terancam
kekeringan yaitu kondisi ketika sawah masih basah, suplai air ada tapi jumlahnya jauh di
bawah kebutuhan.
2.5 Indeks Luas Daun
Indeks luas daun ILD didefinisikan sebagai nisbah antara luas daun dengan luas
lahan tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan tajuk. Indeks luas daun
merupakan perbandingann antara luas daun dengan luas permukaan lahan yang menjadi
tempat tumbuh suatu tanaman. Indeks luas daun menggambarkan jumlah radiasi matahari
yang mampu diserap tanaman. Semakin tinggi ILD persatuan luas lahan akan meningkatkan
penyerapan radiasi oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis akan maksimal yang
menyebabkan produksi potensial meningkat. Konsep ILD telah lama dikembangkan
sebagai salah satu penentu hasil maksimal suatu tanaman. Nilai ILD bervariasi dari hari
ke hari sebagai akibat dari variasi pola radiasi surya harian dan bervariasi dari musim ke
musim sebagai akibat perubahan kanopi, area tumbuh, dan guguran daun Hadipoentyanti et
al. 1994.
Dalam kaitan dengan penyerapan radiasi oleh tanaman maka bentuk daun menjadi
penting, bentuk daun erat kaitannya dengan varietas. Varietas memiliki keragaman sifat
internal seperti umur, bentuk tajuk, dan akar, serta kepekaan atau ketahanan terhadap
kekurangan atau kelebihan air, hara, radiasi surya, suhu, hama, dan penyakit tertentu
Makarim 2009. Efisensi penggunaan radiasi matahari akan tergantung dari luas daun yang
mengintersepsi radiasi per satuan luas lahan. Semakin tinggi kerapatan tanaman akan
menaikkan ILD sehingga intersepsi radiasi akan optimum. Menurut Jumin 2002
intersepsi radiasi surya dapat dimanipulasi dengan varietas morfologi dan arsitektur
tanaman dan kerapatan tanaman setiap satuan luas lahan dengan pengaturan jarak tanam.
2.6 Intersepsi dan Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya
Radiasi surya merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang berkaitan dengan proses fisiologi tanaman. Radiasi yang jatuh pada
tajuk tanaman diantaranya akan diserap oleh tajuk dan ditransmisikan kebawah tajuk.
Radiasi surya diserap oleh tanaman melalui organ daun yang memiliki klorofil dalam
bentuk foton, sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadi
bahan utama
dalam pertumbuhan
dan produksi tanaman.
Efisiensi penggunaan radiasi surya atau yang biasa dikenal dengan istilah Radiation
Use Efficiency RUE adalah jumlah biomassa per unit radiasi yang diintersepsi oleh tanaman
dalam satuan g MJ
-1
Mavi Graeme 2004.
RUE merupakan parameter yang dapat digunakan dalam mempelajari produktivitas
tanaman Curt et al. 1998. RUE juga telah banyak digunakan dalam model pertumbuhan
tanaman
untuk memperkirakan
jumlah biomassa di atas tanah dan hasil panen
Apakupakul 1995. Efisiensi penggunaan radiasi di daerah sub tropis umumnya lebih
rendah jika dibandingkan dengan daerah tropis, hal ini berkaitan dengan jumlah radiasi
yang diintersepsi oleh tanaman. Di daerah tropis penerimaan radiasi hampir merata
sepanjang tahun dengan rata-rata penerimaan radiasi harian 12 jam.
Kiniry et al. 1989 menjelaskan nilai efisiensi penggunaan radiasi surya biomassa
kering tanaman padi adalah sebesar 2,2 gMJ
-1
dengan menggunakan radiasi PAR. Efisiensi penggunaan radiasi surya dipengaruhi oleh
faktor iklim dan faktor dari tanaman serta lingkungannya, seperti yang diungkapkan oleh
Monteith dan Unsworth 1973 beberapa faktor iklim yang mempengaruhi efisiensi
penggunaan radiasi surya antara lain: letak lintang dan musim, keawanan dan kandungan
aerosol di atmosfer, komposisi spektral radiasi surya,
konsentrasi CO
2
di lingkungan
tannaman, dan
kuantum cahaya
yang dibutuhkan
dalam proses
fotokimia. Sedangkan faktor tanaman dan lingkungan
yang berpengaruh antara lain: posisi dan susunan daun, indeks luas daun ILD,
struktur dan jenis pigmen daun, serta ketersediaan air dan hara dalam tanah.
BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini adalah:
Padi varietas Ciherang varietas yang umum dipakai petani di tempat penelitian,
Inpari 10 varietas toleran kekeringan, dan
Inpari 13
varietas berumur
genjahpendek. Paket sarana produksi pertanian untuk
budidaya tanaman padi. Alat pengukur unsur cuaca. Curah hujan
penakar hujan,
kecepatan angin
Anemometer, radiasi surya dan suhu udara sensor radiasi surya dan suhu
udara. Alat ukur tinggi tanaman padi.
Grain moisture meter, untuk mengukur kadar air gabah KAG.
Seperangkat komputer beserta Microsoft Word
dan Microsoft
Exel untuk
pengolahan data.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada lahan sawah milik petani yang terletak di Kecamatan
Lelea, Kabupaten Indramayu. Penelitian berlangsung mulai akhir bulan Maret hingga
Agustus 2011. Sedangkan penulisan dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 3.3 Metode Penelitian
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan pada penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok RAK. Perlakuan penelitian meliputi varietas
dan waktu tanam. Varietas yang digunakan adalah varietas Ciherang V1, Inpari 10 V2,
Inpari 13 V3. Waktu tanam dilakukan tiga kali. Tanam I W1 dilakukan sekitar dua
minggu sebelum petani setempat memulai musim tanam II, sedangkan waktu tanam II
W2 dilakukan bersamaan dengan para petani, dan waktu tanam III W3 dilakukan 1
bulan setelah waktu tanam kedua. Pada waktu tanam I dan tanam II kebutuhan air tanaman
tercukupi. Sedangkan pada tanam III tanaman mengalami cekaman air karena air irigasi
sudah tidak sampai di lahan penelitian dan tidak ada hari hujan sejak tanaman berumur
22 HST. Setiap perlakuan varietas terdiri dari tiga kali ulangan di setiap waktu tanam.
Sehingga pada setiap waktu tanam terdapat sembilan anak petak dengan luas masing-
masing anak petak 15 m x 13 m. Pada masing- masing anak petak terdapat tiga ulangan
pengamatan.
Analisis sidik
ragam menggunakan bantuan software Costat 6.4.
Model linier untuk RAK adalah: Y
ij
= μ + t
i
+ β
j
+ε
ij
dimana i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 Y
ij
= pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = nilai rata-rata populasi t
i
= pengaruh perlakuan ke-i β
j
= pengaruh kelompok ke-j ε
ij
= pengaruh acak perlakuan ke-i kelompok ke-j
Gambar 1 Pembagian petak, waktu semai, waktu tanam, dan penempatan varietas pada
petak Persiapan dan Penanaman
Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian diolah menggunakan
Varietas V VarietasV
Varietas V