Kondisi Cuaca HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

GH = Jumlah gabah hampa sub sampel A = Jumlah malai 4 rumpun Keterangan: rumus perhitungan produktivitas dan komponen hasil diperoleh dari Bpk. Ujang Sutarjo BB Padi Sukamandi melalui komunikasi pribadi. Rumus-rumus tersebut adalah rumus yang dipakai oleh BB Padi Sukamandi untuk perhitungan produktivitas dan komponen hasil padi.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

Kondisi Umum Penelitian Kendala yang ditemui saat tanam I yaitu tanaman rentan dengan serangan hama dan penyakit, karena lahan sekitar penelitian belum ditanami oleh petani. Pada tanam II tidak banyak kendala karena waktu tanam dilakukan serempak dengan petani sekitar. Sehingga hama dan penyakit yang menyerang lebih menyebar. Pada waktu tanam III di lahan penelitian sudah tidak mendapat air irigasi. Air yang digunakan untuk penanaman adalah sisa air dari lahan tanam II yang sudah siap panen. Sehingga pada saat pemupukan kedua yaitu pada saat tanaman padi berumur 25 HST 24 Juli 2011 kondisi air dilahan sudah macak – macak. Pada saat panen, kadar air tanah lapisan atas tinggal sekitar 11 VV, kadar air lapisan tengah antara 19 VV, dan kadar air lapisan bawah antara 21 VV. Selain kendala pada air, tanam III juga banyak diserang oleh hama penggerek batang. 2a 2b Gambar 2 Kondisi lahan tanam III saat pemupukan kedua pada umur 25 HST 2a dan saat tanaman umur 48 HST 2b. Hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman padi selama penelitian berlangsung pada tanam I yaitu tikus, burung, dan kresek. Pada tanam III yaitu penggerek batang dan tikus. Sedangkan hama yang banyak menyerang waktu persemaian adalah kupu putih dan keong mas. Hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan cukup parah pada tanaman serta sulit dikendalikan adalah tikus dan penggerek batang. Contoh persentase kerusakan tanaman akibat serangan tikus dapat dilihat pada Tabel 1. Varietas yang banyak terkena serangan hama tikus yaitu Inpari 10 dan Inpari 13 Tabel 1, hal tersebut dikarenakan varietas Inpari 10 dan Inpari 13 merupakan varietas yang baru ditanam di tempat penelitian sehingga tikus lebih suka menyerang Inpari 10 dan Inpari 13 dari pada Ciherang. Hama tikus mulai menyerang tanaman pada saat tanaman masuk pada fase primordia. Tabel 1 Persentase kerusakan tanaman pada tanam I akibat serangan hama tikus Petak Varietas Kerusakan Akibat Tikus I II III IV V VI VII VIII IX Inpari 10 Ciherang Inpari 10 Ciherang Inpari 13 Inpari 13 Ciherang Inpari 10 Inpari 13 5 - 35 - 10 10 - - 10 3a 3b Gambar 3 Kondisi tanaman yang terkena hama tikus 3a dan kondisi tanaman yang terkena hama penggerek batang 3b.

4.2 Kondisi Cuaca

Suhu udara rata-rata harian selama penelitian adalah 26,7 °C, sedangkan suhu minimumnya adalah 24,6 °C dan suhu maksimumnya adalah adalah 29,3 °C. Suhu udara tersebut memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Suhu udara rata-rata harian yang kurang dari 20 ᴼ C akan menyebabkan perkembangan tanaman terhambat dan kehampaan gabah tinggi. Sedangkan suhu udara rata-rata harian harian yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi yang pada akhirnya menurunkan jumlah gabah Yoshida 1981. Adapun kelembaban udara rata-rata harian selama bulan Maret – Agustus adalah 82. Kelembaban udara tersebut termasuk kelembaban optimum untuk tanaman padi. Menurut Tanaka 1976 kelembaban optimum untuk tanaman padi adalah 50 - 90, kelembaban nisbi yang terlalu rendah dapat menyebabkan kekeringan tanaman akibat laju transpirasi yang tinggi. Sebaliknya pada kondisi kelembaban nisbi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan persentase gabah hampa yang tinggi karena proses persarian tidak berlangsung sempurna akibat menggumpalnya tepung sari Gambar 4. Rata-rata radiasi surya harian selama penelitian adalah 19,3 MJm -2 hari -1 . Radiasi tertinggi terjadi pada tanggal 10 Mei Julian date 130 dengan jumlah radiasi sebesar 22,2 MJm -2 hari -1 . Radiasi terendah 7,8 MJm -2 hari -1 pada tanggal 9 April Julian date 99. Rata- rata kecepatan angin harian yang bertiup adalah 1,4 ms, laju kecepatan angin tertinggi adalah 3,5 ms, sedangkan kecepatan angin terendah adalah 0,6 ms. Kecepatan angin sebelum julian date 200 menjelang panen tanam II dan inisiasi malai tanam III kecepatan angin cenderung stabil. Setelah julian date 200 kecepatan angin semakin meningkat sehingga mengakibatkan sebagian tanaman waktu tanam II rebah Gambar 5. Pada waktu tanam I dan awal waktu tanam II intensitas curah hujan yang turun cukup tinggi dengan curah hujan tertinggi lebih dari 63 mm yang terjadi pada tanggal 14 April 2011 Julian date ke-104. Memasuki bulan Juli dan Agustus sudah tidak turun hujan dilahan penelitian. Hal ini berarti sejak tanaman pada tanam III berumur 22 HST sudah tidak lagi mendapat air hujan. Kondisi tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap petumbuhan dan perkembangan tanaman Gambar 6. Gambar 4 Suhu udara rata-rata harian biru dan kelembaban rata-rata udara harian merah. Gambar 5 Radiasi surya rata-rata harian biru dan kecepatan angin rata-rata harian merah. 60 70 80 90 100 20 22 24 26 28 30 83 133 183 233 K el em b a ba n uda ra S uh u uda ra h ar ia n ⁰ C Hari ke- dalam 1 tahunJulian date tahun 2011 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 83 103 123 143 163 183 203 223 243 K ec epa ta n a n gi n m s R adi as i sur ya M Jm -2 h ar i -1 Hari ke- dalam 1 tahunJulian date tahun 2011 Gambar 6 Curah hujan harian di Desa Langgengsari, Kecamatan Lelea, Indramayu.

4.3 Pertumbuhan Tanaman