rendah jika dibandingkan dengan daerah tropis, hal ini berkaitan dengan jumlah radiasi
yang diintersepsi oleh tanaman. Di daerah tropis penerimaan radiasi hampir merata
sepanjang tahun dengan rata-rata penerimaan radiasi harian 12 jam.
Kiniry et al. 1989 menjelaskan nilai efisiensi penggunaan radiasi surya biomassa
kering tanaman padi adalah sebesar 2,2 gMJ
-1
dengan menggunakan radiasi PAR. Efisiensi penggunaan radiasi surya dipengaruhi oleh
faktor iklim dan faktor dari tanaman serta lingkungannya, seperti yang diungkapkan oleh
Monteith dan Unsworth 1973 beberapa faktor iklim yang mempengaruhi efisiensi
penggunaan radiasi surya antara lain: letak lintang dan musim, keawanan dan kandungan
aerosol di atmosfer, komposisi spektral radiasi surya,
konsentrasi CO
2
di lingkungan
tannaman, dan
kuantum cahaya
yang dibutuhkan
dalam proses
fotokimia. Sedangkan faktor tanaman dan lingkungan
yang berpengaruh antara lain: posisi dan susunan daun, indeks luas daun ILD,
struktur dan jenis pigmen daun, serta ketersediaan air dan hara dalam tanah.
BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini adalah:
Padi varietas Ciherang varietas yang umum dipakai petani di tempat penelitian,
Inpari 10 varietas toleran kekeringan, dan
Inpari 13
varietas berumur
genjahpendek. Paket sarana produksi pertanian untuk
budidaya tanaman padi. Alat pengukur unsur cuaca. Curah hujan
penakar hujan,
kecepatan angin
Anemometer, radiasi surya dan suhu udara sensor radiasi surya dan suhu
udara. Alat ukur tinggi tanaman padi.
Grain moisture meter, untuk mengukur kadar air gabah KAG.
Seperangkat komputer beserta Microsoft Word
dan Microsoft
Exel untuk
pengolahan data.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada lahan sawah milik petani yang terletak di Kecamatan
Lelea, Kabupaten Indramayu. Penelitian berlangsung mulai akhir bulan Maret hingga
Agustus 2011. Sedangkan penulisan dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 3.3 Metode Penelitian
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan pada penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok RAK. Perlakuan penelitian meliputi varietas
dan waktu tanam. Varietas yang digunakan adalah varietas Ciherang V1, Inpari 10 V2,
Inpari 13 V3. Waktu tanam dilakukan tiga kali. Tanam I W1 dilakukan sekitar dua
minggu sebelum petani setempat memulai musim tanam II, sedangkan waktu tanam II
W2 dilakukan bersamaan dengan para petani, dan waktu tanam III W3 dilakukan 1
bulan setelah waktu tanam kedua. Pada waktu tanam I dan tanam II kebutuhan air tanaman
tercukupi. Sedangkan pada tanam III tanaman mengalami cekaman air karena air irigasi
sudah tidak sampai di lahan penelitian dan tidak ada hari hujan sejak tanaman berumur
22 HST. Setiap perlakuan varietas terdiri dari tiga kali ulangan di setiap waktu tanam.
Sehingga pada setiap waktu tanam terdapat sembilan anak petak dengan luas masing-
masing anak petak 15 m x 13 m. Pada masing- masing anak petak terdapat tiga ulangan
pengamatan.
Analisis sidik
ragam menggunakan bantuan software Costat 6.4.
Model linier untuk RAK adalah: Y
ij
= μ + t
i
+ β
j
+ε
ij
dimana i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 Y
ij
= pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = nilai rata-rata populasi t
i
= pengaruh perlakuan ke-i β
j
= pengaruh kelompok ke-j ε
ij
= pengaruh acak perlakuan ke-i kelompok ke-j
Gambar 1 Pembagian petak, waktu semai, waktu tanam, dan penempatan varietas pada
petak Persiapan dan Penanaman
Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian diolah menggunakan
Varietas V VarietasV
Varietas V
traktor sebanyak dua kali, pertama untuk membersihkan
sisa jerami
dari sisa
penanaman sebelumnya dan rumput-rumput yang ada di lahan, sedangkan yang kedua
untuk meratakan lahan. Penanaman dilakukan setelah umur persemaian 20 hari dengan
sistem tanam legowo 5 dan jarak tanam 25 x 25 x 12,5 cm.
Pemupukan dan Pemeliharaan Pupuk yang digunakan yaitu Urea, TSP,
dan Ponska. Pemupukan pada setiap waktu tanam dilakukan dua kali, pemupukan
pertama dilakukan pada 12 HST dengan dosis 50 Urea 12,5 Kg, 100 TSP 25 Kg, 50
Ponska 12,5 Kg. Sedangkan pemupukan kedua dilakukan pada 25 HST dengan dosis
50 Urea 50 Urea 12,5 Kg, 0 TSP 0 Kg, 50 Ponska 12,5 Kg.
Penyemprotan pestisida
untuk menanggulangi
hama dilakukan
secara kondisional
yaitu setiap
terjadi gejala
serangan hama.
Sedangkan penyiangan
rumput pengganggu hanya dilakukan satu kali pada waktu tanam I W1 karena rumput
pengganggu yang tumbuh relatif sedikit. Pengamatan Unsur-unsur Cuaca
Unsur-unsur cuaca yang diamati meliputi radiasi surya, suhu bola kering, suhu bola
basah, kecepatan angin, dan curah hujan. Pengamatan radiasi surya, suhu bola kering,
dan suhu bola basah menggunakan sensor yang dilengkapi dengan logger yang dapat
merekam data secara otomatis setiap 10 menit. Pengamatan kecepatan angin menggunakan
anemometer. Sedangkan alat pengukur curah hujan menggunakan alat penakar hujan.
Selain dari pengamatan secara langsung data radiasi surya juga didapat dari BB Padi
Pusakanegara. Karena pada pengamatan radiasi surya terdapat beberapa data yang
error maka data radiasi pada penelitian ini menngunakan
data dari
BB Padi
Pusakanegara. Khusus untuk bulan Agustus dikarenakan data dari BB Padi Pusakanegara
tidak ada dan data hasil pengamatan terdapat data error beberapa hari maka untuk
mendapatkan data pada bulan Agustus diambil dari rata-rata bulan Juli dengan rumus:
A
i
= J
i
+ J
i
-12 dimana A
i
= data bulan Agustus pada tanggal ke-i, J
i
= data bulan Juli pada tanggal ke-i, J
i
- 1= data bulan Juli sebelum data ke-i. hal ini
dilakukan karena pada bulan Agustus dan Juli memiliki karakteristik yang hampir sama.
Pengamatan Komponen Agronomi -
Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah anakan produktif.
Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah anakan produkif diamati setiap
minggu. Sampel yang diamati pada setiap petak terdiri dari tiga kali ulangan,
dimana setiap ulangan terdiri dari empat rumpun tanaman padi. Tinggi tanaman
diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun terpanjang. Jumlah anakan
padi merupakan jumlah total anakan padi baik yang menghasilkan malai maupun
yang tidak bermalai. Sedangkan anakan produktif
yaitu anakan
yang menghasilkan malai.
- Perkembangan tanaman.
Perkembangan tanaman yang diamati adalah
jumlah anakan
maksimum, primordia, keluar malai, pengisian bulir,
pemasakan, hingga tanaman siap panen. Jumlah anakan maksimum, dihitung dari
jumlah anakan
terbanyak yang
dihasilkan oleh tanaman. Fase primordia diamati dengan cara mengambil satu
batang anakan padi kemudian dilihat pada buku teratas jika sudah terdapat
kerucut putih yang berbentuk seperti kapas berarti tanaman padi sudah masuk
pada fase primordia. Tanaman padi dianggap masuk fase keluar malai jika
semua tanaman padi dalam satu petak 50 telah keluar malai. Ketika 50
bulir padi semua tanaman pada satu petak telah terisi maka tanaman padi
dianggap masuk pada fase pengisian bulir padi. Fase pemasakan diamati
ketika bulir padi muai menguning. Tanaman padi siap dipanen ketika 80
bulir padi telah menguning.
- Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman yang diamati meliputi berat kering batang, daun, dan
malai. Pengamatan
dimulai sejak
tanaman umur 0 HST sebelum tanam pindah sampai 70 HST. Tanaman
contoh diambil setiap dua minggu, kemudian
dibawa ke
BB Padi
Sukamandi untuk
di keringkan
menggunakan oven dengan suhu 70 ⁰C
selama 48 jam, setelah itu ditimbang bobotnya.
- Luas Daun
Luas Daun
diukur di
BB Padi
Sukamandi seiap dua minggu sekali. Luas daun merupakan kumulatif dari
semua daun dalam satu rumpun padi yang diamati.
Analisis Data -
Indeks Luas Daun ILD, menunjukkan rasio luas permukaan daun terhadap luas
lahan yang ditempati oleh tanaman. ILD = LDA
LD = luas daun total m
2
A = luas lahan yang ditutupi daun m
2
Karena pengukuran luas daun setiap dua minggu, maka data ILD juga per dua
minggu. Dugaan ILD pada hari-hari yang tidak dilakukan penelitian dicari
dengan persamaan polinomial.
- Radiasi Intersepsi oleh tajuk R
int
, mengikuti persamaan umum hukum
Beer. R
int
= 1-exp-k x ILD x I Dimana:
R
int
= radiasi intersepsi oleh tajuk MJ m
-2
hari
-1
I = radiasi diatas tajuk tanaman
MJ m
-2
hari
-1
ILD = indeks luas daun k = koefesien pemadaman tajuk.
Nilai k yang digunakan pada penelitian sebesar 0,5 karena nila ini merupakan
nilai yang banyak digunakan dalam litratur-literatur Yoshida 1981 dalam
Muyan 2011. Nilai k tanaman padi menurut Hayashi dan Ito 1962 adalah
0,4 untuk padi berdaun tegak dan 0,8 untuk padi berdaun terkulai. Ketiga
varietas
yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Ciherang, Inpari 10,
dan Inpari 13 semuannya memiliki bentuk daun yang tegak Suprihatno et
al. 2010. Radiasi diatas tajuk tanaman I
yang digunakan adalah dalam bentuk PAR.
Radiasi PAR didapat dari radiasi global dikalikan dengan 0,44 Impron. et al.
2008.
- Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya
Radiation Use
Efisiency, RUE.
Efisiensi penggunaan radiasi surya dihitung berdasarkan selisih berat kering
tanaman dengan total radiasi yang diintersepsi oleh tanaman padi selama
siklus hidupnya sejak tanam hingga panen. Satuan dari efisiensi penggunaan
radiasi surya adalah gMJ
-1
. � =
∆ BKT g m
−2
R
int
MJ m
−2
BKT = berat kering tanaman Produktivitas dan Komponen Hasil
Tanaman Padi -
Produktivitas Tanaman Padi Produktivitas padi diukur pada kadar air
14. Untuk menghitung produktivitas padi digunakan metode ubinan dengan
luas 7,5 m
2
atau sama dengan 120 rumpun padi. Gabah yang dihasilkan dari
120 rumpun padi tersebut ditimbang dan diukur kadar airnya menggunakan alat
Grain Moisture
meter. Kemudian
produktivitas padi dihitung dengan rumus ubinan:
P = 100
− KAG 100
− 14 x
160000 120
x BG atau
P = 100
− KAG 100
− 14 x
10.000 m2 7,5 m2
x BG P = produktivitas padi tonha
KAG = kadar air gabah BG = bobot gabah 120 rumpun
- Komponen Hasil Tanaman Padi
Tanaman contoh untuk komponen hasil diambil pada saat tanaman siap panen,
setiap ulangan terdiri dari empat tanaman contoh 4 rumpun dimana
setiap anak petak terdapat tiga ulangan. Komponen hasil yang diukur yaitu:
jumlah malai 4 rumpun, bobot jerami kering oven 4 rumpun, bobot gabah 4
rumpun, bobot gabah sub sampel, bobot gabah isi sub sampel, bobot gabah
hampa sub sampel, jumlah gabah isi sub sampel, jumlah gabah hampa sub
sampel, bobot akar kering sub sampel, bobot gabah 1000 butir, persentase
gabah isi, persentase gabah hampa, jumlah gabah per malai.
Rumus bobot 1000 butir KAG 14 :
= 1000
� �
100 − 3
100 − 14
BSB = Bobot 1000 butir GI = Jumlah gabah isi sub sampel
BGI = Bobot gabah isi sub sampel Rumus persentase gabah isi:
GI = +
� 100 GI =Persentase gabah hampa
GI = Jumlah gabah isi sub sampel GH = Jumlah gabah hampa sub sampel
Rumus persentase gabah hampa:
GH = +
� 100 GH = Persentase gabah hampa
GI = Jumlah gabah isi sub sampel GH = Jumlah gabah hampa sub sampel
Rumus jumlah gabah per malai:
= �
+ JG = Jumlah gabah per malai
C = Bobot gabah 4 rumpun D = Bobot gabah sub sampel
GI = Jumlah gabah isi sub sampel
GH = Jumlah gabah hampa sub sampel A = Jumlah malai 4 rumpun
Keterangan: rumus perhitungan produktivitas dan komponen hasil diperoleh dari Bpk.
Ujang Sutarjo BB Padi Sukamandi melalui komunikasi pribadi. Rumus-rumus tersebut
adalah rumus yang dipakai oleh BB Padi Sukamandi untuk perhitungan produktivitas
dan komponen hasil padi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1