perkecambahan sampai matang fisiologis. Pengamatan
fase perkembangan
pada penelitian ini dimulai sejak tanaman berada di
persemaian. Umur tanaman selama di persemaian sampai tanaman siap ditanam
tanam pindah untuk waktu tanam I adalah 22 hari, waktu tanam II 19 hari, dan waktu tanam
III 22 hari. Pembentukan anakan pada tanaman padi berlangsung sejak anakan
pertama muncul sampai anakan maksimum. Setelah anakan maksimum tercapai, sebagian
anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai. Anakan tersebut dinamakan anakan
tidak produktif. Anakan maksimum pada tanam I untuk varietas Ciherang dan Inpari 13
tercapai pada saat tanaman berumur 35 HST57 HSS, sedangkan varietas Inpari 10
tercapai pada 43 HST65 HSS. Pada tanam II anakan maksimum semua varietas terjadi pada
saat tanaman berumur 35 HST54 HSS, begitu juga dengan tanam III anakan maksimum
semua varietas terjadi pada saat tanaman berumur 43 HST65 HSS Tabel 7.
Fase primordia tanaman padi dapat terjadi bersamaan,
sebelum, atau
sesudah pembentukan
anakan maksimum.
Fase primordia pada penelitian ini terjadi sebelum
anakan maksimum. Varietas Inpari 13 masuk fase primordia paling cepat, hal ini karena
Inpari 13
merupakan varietas
genjah. Sedangkan Ciherang dan Inpari 10 masuk fase
primordia pada umur yang hampir sama Tabel 8.
Varietas Inpari 13 memiliki perkembangan yang lebih cepat dari varietas Ciherang dan
Inpari 10, hal ini karena faktor genetik dari varietas Inpari 13 yang memiliki umur genjah
dimana umur varietas Inpari 13 adalah 103 hari Suprihatno et al. 2010. Pada penelitian
ini umur varietas Inpari 13 kurang dari 103 hari, pada tanam I dan tanam II varietas Inpari
13 sudah siap dipanen pada umur 99 hari sedangkan pada tanam III tanaman siap panen
pada umur 89 hari. Varietas Ciherang dan Inpari 10 memiliki fase perkembangan yang
hampir sama, kedua varietas tersebut pada tanam I memiliki umur panen berturut-turut
103 dan 104 hari, pada tanam II berumur 102 dan 103 hari, dan pada tanam III kedua
varietas tersebut memiliki umur yang sama yaitu 99 hari Tabel 8.
Varietas yang paling responsif terhadap terjadinya kekeringan yaitu varietas Inpari13.
Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan umur panen Inpari 13 tanam III yang memiliki
perbedaan umur 10 hari lebih cepat dari tanam I dan tanam II. Sedangkan varietas Ciherang
dan Inpari 10 hanya berbeda 2
– 5 hari lebih cepat dari tanam I dan tanam II Tabel 8.
Tabel 8 Fase perkembangan tanaman tiga varietas padi pada tiga waktu tanam Waktu
Tanam Varietas
Hari Setelah Semai HSS Semai
∑ Anakan Maksimum
Primordia Keluar Malai
Pengisian Bulir
Pemasakan Panen
masak I
Ciherang 57
53 74
81 90
103 Inpari 10
65 53
73 80
90 104
Inpari 13 57
52 69
76 88
99 II
Ciherang 54
51 75
80 88
102 Inpari 10
54 52
73 80
86 101
Inpari 13 54
51 69
76 84
99 III
Ciherang 65
57 71
82 90
99 Inpari 10
65 56
71 80
90 99
Inpari 13 65
52 63
68 79
89
4.6 Produktivitas dan Komponen Hasil
Produktivitas padi dihitung menggunakan metode ubinan dengan mengambil luas 7,5 m
2
atau sama dengan 120 rumpun padi. Analisis sidik ragam perbandingan produktivitas antar
waktu tanam menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua varietas Tabel 9. Waktu
tanam II memiliki produktivitas paling tinggi. Faktor
yang mempengaruhi
tingginya produktivitas tanam II diantaranya adalah
kebutuhan air tanaman padi tercukupi serta kondisi cuaca yang cocok untuk pertumbuhan
dan perkembangan padi. Hama dan penyakit yang menyerang tanam II juga relatif sedikit
dibandingkan tanam I dan III, karena waktu tanam II bersamaan dengan petani setempat
sehingga hama dan penyakit yang menyerang lebih menyebar.
Waktu tanam III memiliki produktivitas yang paling rendah, dimana varietas Ciherang
hanya memiliki produktivitas 1,42 tonha, varietas Inpari 10 lebih rendah lagi hanya 0,75
tonha, dan Inpari 13 memiliki produktivitas sebesar 2,42 tonha. Produktivitas yang rendah
tersebut karena waktu tanam III berada pada kondisi yang sangat ekstrim kering, dimana
tanaman sejak umur 22 HST sudah tidak mendapat hujan dan irigasi. Kondisi tanaman
yang sangat kering ini mengakibatkan kehampaan gabah yang tinggi. Persentase
gabah hampa pada tanam III untuk varietas Ciherang sebesar 56, Inpari 10 sebesar 75,
dan Inpari 10 sebesar 53. Selain kehampaan gabah yang tinggi, kekeringan pada tanam III
juga menurunkan bobot gabah 1000 butir
ketiga varietas. O’toole dan Chang 1979 menyatakan stres air pada fase generatif
menurunkan pembungaan, jumlah bulir, bobot per 1000 butir dan meningkatkan gabah
hampa.
Hasil sidik ragam jumlah gabah per malai untuk varietas Ciherang dan Inpari 13 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap waktu tanam. Sedangkan varietas Inpari
10 berbeda nyata untuk setiap waktu tanam, tanam II memiliki jumlah gabah per malai
paling tinggi dan tanam III memiliki jumlah gabah per malai terendah. Analisis sidik
ragam bobot gabah 1000 butir varietas Ciherang dan Inpari 10 pada tanam III
berbeda nyata dengan tanam I dan tanam II, bobot gabah 1000 butir tanam III lebih rendah
dari tanam I dan tanam II. Sidik ragam bobot gabah 1000 butir varietas Inpari 13 berbeda
nyata disetiap waktu tanam, bobot gabah 1000 butir tertinggi pada waktu tanam II dan
terendah
pada tanam
III Tabel
9. Produktivitas yang tinggi pada waktu tanam II
dapat dilihat pada jumlah gabah per malai dan bobot gabah 1000 butir pada waktu tanam II
yang lebih tinggi dari waktu tanam I dan waktu tanam III.
Analisis sidik
ragam perbandingan
produktivitas antar varietas menunjukkan pada tanam I dan tanam II tidak terdapat
perbedaan yang nyata antar ketiga varietas. Pada tanam III terdapat perbedaan yang nyata
untuk ketiga varietas Tabel 10. Varietas Inpari 13 memiliki produktivitas tertinggi
pada
waktu tanam
III, sedangkan
produktivitas terendah terdapat pada varietas Inpari 10.
Tabel 9 Perbandingan produktivitas dan komponen hasil antar waktu tanam Produktivitas dan
Komponen Hasil Waktu tanam
Ciherang Inpari 10
Inpari 13 Produktivitas tonha
Tanam I 5,29b
5,15b 4,81b
Tanam II 6,94a
6,74a 6,76a
Tanam III 1,42c
0,75c 2,42c
Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14 gram
Tanam I 25,8a
29,3a 26,0b
Tanam II 26,4a
29,6a 27,1a
Tanam III 21,1b
22,8b 22,9c
Gabah Isi Tanam I
90a 90a
83a Tanam II
91a 92a
90a Tanam III
44b 25b
47b Gabah Hampa
Tanam I 10b
10b 17b
Tanam II 9b
8b 10b
Tanam III 56a
75a 53a
Jumlah GabahMalai Tanam I
103a 88b
119a Tanam II
115a 107a
131a Tanam III
109a 77c
114a Keterangan : Angka pada masing
– masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5
Tabel 10 Perbandingan produktivitas dan komponen hasil antar varietas Produktivitas dan Komponen
Hasil Varietas
Tanam I Tanam II
Tanam III Produktivitas tonha
Ciherang 5,29a
6,94a 1,42b
Inpari 10 5,15a
6,74a 0,75c
Inpari 13 4,81a
6,76a 2,42a
Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14 gram
Ciherang 25,8b
26,4b 21,1b
Inpari 10 29,3a
29,6a 22,8a
Inpari 13 26,0b
27,1b 22,9a
Gabah Isi Ciherang
90a 91ab
44a Inpari 10
90a 92a
25b Inpari 13
83b 90b
47a Gabah Hampa
Ciherang 10b
9ab 56b
Inpari 10 10b
8b 75a
Inpari 13 17a
10a 53b
Jumlah GabahMalai Ciherang
103b 115b
109a Inpari 10
88c 107a
77a Inpari 13
119a 131b
114a Keterangan : Angka pada masing
– masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5
Bobot gabah 1000 butir varietas Inpari 10 pada tanam I dan tanam II memiliki bobot
tertinggi dan berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan Inpari 13. Sedangkan pada
tanam III varietas Ciherang memiliki bobot gabah 1000 butir lebih rendah dari Inpari 10
dan Inpari 13. Varietas Inpari 13 memiliki persentase gabah hampa cukup tinggi pada
tanam I dan tanam II. Sedangkan pada tanam III Inpari 10 merupakan varietas yang
memiliki kehampaan gabah yang paling tinggi. Varietas Inpari 13 merupakan varietas
yang memiliki jumlah gabah per malai yang paling banyak dari pada Ciherang dan Inpari
10, akan tetapi varietas ini juga memiliki tingkat kehampaan gabah yang cukup tinggi
sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap potensi hasil produktivitas Inpari 13 Tabel
10.
Inpari 13 merupakan varietas yang paling tahan
terhadap kondisi
kekeringan dibandingkan Ciherang dan Inpari 10. Hal
tersebut dapat dilihat dari produktivitas Inpari 13 yang lebih tinggi dibandingkan Ciherang
dan Inpari 10 pada waktu tanam III. Oleh karena itu, jika diprediksi akan terjadi
kekeringan para petani dapat menggunakan varietas Inpari 13 untuk mengantisipasi
besarnya kerugian akibat kekeringan. Pada kondisi normal atau tidak dalam kondisi
kekeringan
Inpari 13
juga memiliki
produktivitas yang hampir sama dengan Ciherang dan Inpari 10.
1 2
3 4
5 6
14 28
42 56
70
In de
ks l
ua s
da un
Umur tanaman HST
1 2
3 4
5 6
14 28
42 56
70
In de
ks l
ua s
da un
Umur tanaman HST
1 2
3 4
5 6
14 28
42 56
70
In de
ks l
ua s
da un
Umur tanaman HST
Gambar 8 Indeks luas daun pada waktu tanam I gambar atas, waktu tanam II gambar tengah, waktu tanam III gambar bawah, untuk varietas Ciherang , Inpari 10 , Inpari 13
4.7 Indeks Luas Daun