Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Rancangan Strukutral

16

3.4. Pengumpulan Data

1. Data Primer Data primer diambil dengan melakukan pengukuran secara langsung ke lapangan, yang akan dilakukan di PTPN XI Pabrik Gula Semboro, Jember, Jawa Timur. 2. Data Sekunder Data sekunder yang akan digunakan diperoleh dari literatur.

3.5. Perancangan dan Pembuatan Tajak

3.5.1. Kriteria Perancangan

Perancangan suatu alat maupun mesin akan terdapat beberapa masalah, baik masalah dari hasil rancangan alat dan mesin sebelumnya mupun masalah dari rancangan alat dan mesin yang akan dibuat. Maka dari itu dilakukan perumusan masalah-masalah yang ada untuk mempermudah pembuatan alat dan mesin selanjutnya. Dalam parang penebang sebelumnya terdapat beberapa masalah, yaitu : 1. Sisa tunggul tebu di lahan terlalu tinggi. 2. Tunggul tersisa yang terlalu tinggi akan menyebabkan semakin banyaknya gula yang hilang di lahan. 3. Penggunaan parang membuat penebang harus membungkuk untuk menebang tebu di pangkalnya. Masalah-masalah yang terdapat pada parang penebang sebelumnya, diharapkan adanya penyelesaian masalah supaya rancangan alat dan mesin selanjutnya lebih baik. Penyelesaian masalah yang timbul dari rancangan parang sebagai alat tebang tebu manual sebelumnya, yaitu : 1. Perlunya pengembangan alat tebang tebu yang bisa menghasilkan tunggul tebu yang rendah atau rata dengan permukaan guludanrata tanah. 2. Perlunya rancangan alat tebang tebu dimana dalam penggunaannya memudahkan penebang, membuat penebang tidak harus membungkuk saat menebang. 17

3.5.2. Rancangan Fungsional

Rancangan fungsional dari alat tebang tebu manual ini terdiri dari : a. Mata pisau b. Pegangan pisau Dari komponen di atas dapat diketahui fungsi – fungsi yang digunakan pada rancangan alat ini adalah sebagai berikut : a. Memotong tebu di pangkal tebu b. Memotong tebu dengan mengusahakan agar penebang tidak membungkuk saat menebang tabu. Adapun alasan pemakaian mekanisme komponen sesuai fungsinya, yaitu : a. Mengusahakan tebu terpotong rata tanahguludan. b. Penggunaannya memudahkan penebang, dengan tidak membungkuk saat menebang. c. Sederhana dan praktis.

3.5.3. Rancangan Strukutral

a. Mata pisau Prinsip pemotongan tebu dengan prinsip tajak ini adalah dengan menghunjamkan menajak tajak ke pangkal tebu. Sehingga mata pisau tajak harus tahan dengan benturan benda keras seperti batu yang terdapat di lahan tebu. Mata pisau berasal dari pisau gergaji pemotong kayu yang biasa digunakan untuk menebang pepohonan besar. Bahan dari mata pisau ini adalah plat baja tebal 4 mm. Penentuan sudut ketajaman kelancipan pisau berdasarkan hasil penelitian Wirza 2002, Lisyanto 2007 dan ketajaman parang penebang. Berdasarkan penelitian Wirza 2002, sudut mata pisau yang dipakai untuk memotong rumput pada pisau pemangkas rumput tipe rotari sebesar 15°. Sedangkan pada penelitian Lisyanto 2007, sudut mata piring untuk pengeprasan tebu sebesar 34°. Berdasarkan data tersebut, maka ditentukan sudut dari mata pisau tajak ini adalah 20°. Mata pisau tajak ini dibuat lebih tajam dari sudut mata piring pada penelitian Lisyanto 2007 untuk 18 menghindari pecahnya tunggul Lampiran 9-12. Pembuatan mata pisau ini dengan cara ditempa di “Pandai Besi”. Gambar 12. Rancangan mata pisau dari tajak b. Pegangan pisau Pegangan pisau dibuat dari kayu kapuk, dengan pertimbangan kayu ini ringan, cukup kuat, mudah dibentuk dan mudah didapat. Sebagian besar pegangan dari parang penebang juga menggunakan kayu kapuk. Diameter pegangan pisau ini sebesar 5 cm dan panjangnya 100 cm Lampiran 13. Disesuaikan dengan genggaman tangan orang dewasa. Gambar 13. Rancangan pegangan pisau tajak 19

3.6. Pengamatan dan Pengukuran