Penebangan Tebu TINJAUAN PUSTAKA

8 kebun bibit pokok dapat dijadikan bibit untuk empat hektar kebun bibit nenek. Begitu seterusnya sampai dengan meperoleh bibit untuk kebun bibit datar. Bibit pada kebun bibit datar setelah berusia enam sampai tujuh bulan, bibit ini ditebang untuk dijadikan bibit pada kebun tebu giling. Satu hektar tebu dari kebun bibit datar dapat dijadikan bibit untuk empat hektar kebun tebu giling. Bibit pada kebun tebu giling setelah berusia 12 – 13 bulan ditebang untuk dijadikan bahan baku utama produksi gula Pramana, 2008. Tanaman keprasan Ratoon Cane merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul setelah penebangan, yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan Koswara, 1989 dalam Feri 2008. Tanaman keprasan merupakan hasil tunas tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah ditebang Barnes, 1964 dalam Lisyanto 2007. Budidaya tebu dengan cara keprasan banyak dipakai di perkebunan tebu karena menghemat biaya produksi. Alat kepras yang dipakai pada umunya adalah cangkul dan golok, per hektar dibutuhkan 10 sampai dengan 14 orang untuk menyelesaikan pengeprasan Pramana, 2008.

2.3. Penebangan Tebu

Pemotongan didefinisikan sebagai proses pemisahan secara mekanik dari sebuah benda padat sepanjang garis pemotongan menggunakan alat pemotong berupa mata pisau Persson, 1987. Pemotongan produk hasil pertanian, baik untuk keperluan pangan maupun untuk keperluan lain, biasanya dilakukan dengan alat atau mesin pemotong yang menggunakan pisau pada landasan. Akan tetapi, pekerjaan memotong ini dapat juga dikerjakan tanpa landasan. Untuk mencegah kerusakan struktur bahan yang dipotong, misalnya mejadi memar atau pecah, baik pada pemotongan menggunakan mesin maupun secara manual, arah gerakan pemotongan biasanya membentuk sudut dengan arah poros bahan yang dipotong, terutama pada pemotongan bahan-bahan yang lunak atau mudah hancur Wiraatmadja, 1995. 9 Gambar 5. Arah gerakan pemotongan tidak membentuk sudut a dan membentuk sudut b Wiraatmadja, 1995 Gambar 5.a menunjukkan pemotongan dengan arah gerak pisau pemotong tegak lurus terhadap poros bahan yang dipotong. Pemotongan dengan cara ini kemungkinan akan menyebabkan ujung bahan yang dipotong memar atau rusak akibat dari tekanan pisau, terutama bila pisaunya kurang tajam dan bahan yang dipotongnya berserat. Pada pemotongan tanpa menggunakan landasan, cara pemotongan dengan arah tegak lurus tersebut sulit dilakukan karena tekanan dari pisau hanya ditahan oleh bahan yang dipotong Wiraatmadja, 1995. Gambar 5.b menunjukkan pemotongan dengan arah gerak pisau membentuk sudut dengan poros bahan yang dipotong. Cara pemotongan seperti itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Selain itu, tenaga yang digunakan akan lebih kecil. Pemotongan tanpa landasan umumnya dilakukan dengan cara tersebut Wiraatmadja, 1995. Terdapat empat metode pemotongan yang umum digunakan untuk bahan- bahan pertanian Sitkei, 1986 dalam Lisyanto, 2007. Pertama countermoving blade kedua belah pisau potong bergerak berlawanan arah. Metode pemotongan tersebut sama halnya dengan menggunting Gambar 6.a, sehingga hasil potongannya memiliki permukaan yang lebih rata dan halus. Kedua, resting and moving blade landasan diam dan pisau pemotongan bergerak. Contoh praktis pada proses ini adalah pada perajangan keripik singkong dengan alat chipper Gambar 6.b. Ketiga, pemotongan lapisan tipis atau mengiris Gambar 6.c, dimana distribusi tegangan di sekitar mata pisau mengalami distorsi yang sangat besar akibat permukaan bebas pada sekitar bidang pemotongan. Keempat, free a b 10 cutting pemotongan secara impak. Pemotongan dilakukan menggunakan gaya yang tinggi sehingga kecepatan pisau merupakan parameter yang sangat penting. Metode ini adalah metode pemotongan yang saat ini banyak dilakukan Gambar 6.d. Gambar 6. Beberapa metode pemotongan bahan pertanian Sitkei, 1986 dalam Lisyanto, 2007 Penebangan adalah salah satu kegiatan penyiapan tebu untuk diangkut ke pabrik. Tebang didefinisikan sebagai kegiatan penebasan atau pemotongan batang tebu 5 cm dari tanah dengan menggunakan parang, pemotongan pucuk tebu dan pembersihan tebu dari daun dan kotoran sampai penumpukan tebu menjadi 1 ikatan tebu. Penebangan pada waktu yang tepat serta pengangkutan yang dilakukan secepat mungkin sampai proses digiling, merupakan syarat penting untuk mencapai hasil pengolahan gula yang produktif dan berkualitas. Penebangan yang dilakukan apabila tebu telah masak atau cukup umur mempunyai rendemen cukup tinggi Pramana, 2008. Gambar 7. Penebangan Tebu Pramana, 2008 a b c d 11 Penebangan manual dilakukan dengan menggunakan golok atau parang Gambar 8 Pramana, 2008.Tanaman tebu harus ditebang pada umur rata-rata antara 12-14 bulan. Apabila tanaman telah cukup umur, usaha terpenting adalah penentuan awal giling dan penentuan kebun-kebun mana yang ditebang terlebih dahulu, sesuai dengan tingkat kemasakan tebu Notojoewono, 1968. Tanaman tebu yang dipanen harus memiliki umur tebang optimum. Umur tebang optimum bervariasi menurut varietas dan iklim. Pada dasarnya tanaman tebu ditebang apabila telah mencapai tingkat kemasakan yang maksimal berdasarkan analisa pendahuluan. Saat yang lazim untuk memulai kegiatan tebang adalah apabila hasil analisis pendahuluan menunjukan bahwa luas tanaman tebu atau jumlah petak tebangan telah mencapai tingkat kemasakan yang cukup tinggi. Kemasakan tebu sebelum dipanen dapat diketahui melalui analisa pendahuluan yang dilakukan setiap 15 hari sekali. Berdasarkan hasil analisa dapat segera ditentukan areal kebun yang telah mencapai kemasakan optimum, sehingga perlu segera ditebang. Jalannya proses kemasakan tebu berjalan dari ruas bawah ke ruas atas. Tingkat kemasakan dari tiap ruas akan berbanding lurus dengan umurnya. Ruas-ruas tebu bagian bawah mengandung kadar gula yang lebih tinggi dari ruas- ruas bagian atas. Sistem pemanenan akan mempengaruhi besarnya susut yang terjadi. Pemanenan dengan tenaga manusia sebenarnya mempunyai kemungkinan untuk menebang batang tebu pada bagian yang tepat. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan memerlukan sistem pengawasan yang ketat. Sedangkan ketepatan pemotongan batang tebu dengan menggunakan mesin panen tebu mekanis banyak ditentukan oleh keadaan lahan serta keadaan tanaman tebu itu sendiri saat dipanen. Keadaan tanah yang relative seragam dan sedikitnya jumlah tebu yang rebah akan banyak membantu dalam usaha pengurangan susut yang terjadi saat pemanenan Pramudya, 1989.

2.4. Parang dan Ketajamannya